810 http://sosains.greenvest.co.id
JURNAL
SOSAINS
JURNAL SOSIAL DAN SAINS
VOLUME 2 NOMOR 7 2022
P-ISSN 2774-7018, E-ISSN 2774-700X
PENGARUH METODE AUDITORY INTELLECTUALLY
REPETITON (AIR) TERHADAP HASIL BELAJAR IPA BIOLOGI
PESERTA DIDIK KELAS IX
Nurhidayah Khusnul Fitriah
Fakultas Pascasarjana FPMIPA, Universitas Indraprasta PGRI, Indonesia
Info Artikel :
Diterima : 1 Juni 2022
Disetujui : 6 Juli 2022
Dipublikasikan : 15 Juli 2022
Kata Kunci:
Kepatuhan, cuci
tangan, beban
kerja, motivasi
Keywords:
Compliance,
hand washing,
workload,
motivation
ABSTRAK
Latar Belakang: Penelitian ini dilatarbelakangi bahwa proses pembelajaran yang
berlangsung hanya satu arah yang didominasi oleh guru (Teacher Centered), hal ini
menyebabkan siswa cenderung malas dan acuh, sehingga mengakibatkan rendahnya
hasil belajar siswa. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh
Model Pembelajaran Audiotory Intellectually Repatition (AIR) Terhadap Hasil Belajar
IPA Biologi Siswa Kelas IX SMP Muhammadiyah 48 Cikupa. Metode: Jenis
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan quasi eksperimen
dengan rancangan pretest posttest control group design. Hasil: Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran Auditory, Intellectually,
Repetition (AIR) terhadap hasil belajar IPA Biologi siswa kelas IX SMP
Muhammadiyah 48 Cikupa. Hal ini
diketahui dari hasil uji nilai t, yaitu nilai t
hitung
yang diperoleh sebesar 2,280 dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 25+ 24 2 = 47
sebesar 1,677 maka t
hitung
> t
table
(2,280 > 1,677). Dengan demikian, hipotesis nol
(H
0
) ditolak dan hipotesis alternatif (H
a
) diterima
. Kesimpulan: Nilai rata-rata kelas
eksperimen adalah 85,1, sedangkan kelas kontrol nilai rata-rata kelasnya adalah
77,8 hal ini dibuktikan dengan uji statistik menggunakan uji-t yaitu diperoleh
t
hitung
sebesar 2,280 dan nilai t
tabel
sebesar 1,677 Karena t
hitung
> t
tabel,
ini berarti Ho
ditolak dan Ha
diterima yang artinya penggunaan model pembelajaran Auditory
Intellectually Repetition (AIR) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa SMP
Muhammadiyah 48 Cikupa pada pelajaran IPA Biologi.
ABSTRACT
Backround: The background of this research is that the learning process that takes
place in only one direction is dominated by the teacher (Teacher Centered), this
causes students to tend to be lazy and indifferent, resulting in low student learning
outcomes. Purpose: This study aims to determine the effect of the Audiotory
Intellectually Repatition (AIR) Learning Model on Biology Science Learning Outcomes
for Class IX Students of SMP Muhammadiyah 48 Cikupa. Method: This type of
research is a quantitative study using a quasi-experimental approach with a pretest
posttest control group design. Results: The results of this study indicate that there is
an effect of the Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) learning model on the
learning outcomes of Science Biology for class IX students of SMP Muhammadiyah 48
Cikupa. It is known from the results of the t-value test, namely the tcount value
Pengaruh Metode Auditory Intellectually Repetiton
(Air) Terhadap Hasil Belajar Ipa Biologi Peserta Didik
Kelas IX
2022
Nurhidayah Khusnul Fitriah 811
obtained is 2.280 with a significance level of 5% and dk = 25+ 24 2 = 47 is 1.677,
so tcount > ttable (2.280 > 1.677). Thus, the null hypothesis (H0) is rejected and the
alternative hypothesis (Ha) is accepted. Conclusion: The average value of the
experimental class is 85.1, while the control class has an average value of 77.8. This is
evidenced by statistical tests using the t-test, which means that tcount is 2,280 and
ttable is 1,677. Because tcount > ttable, this means Ho is rejected and Ha is accepted,
which means that the use of the Auditory Intellectually Repetition (AIR) learning
model has an effect on student learning outcomes at SMP Muhammadiyah 48 Cikupa
in Biology.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang perkembangan suatu bangsa.
Pendidikan juga merupakan hak asasi setiap Warga Negara Indonesia dan untuk itu setiap
Warga Negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan
minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, status ekonomi, suku,
etnis, agama, dan gender (Arikunto, 2010).
Paradigma pendidikan yang memberikan kewenangan seluas-luasnya kepada
sekolah dalam mengembangkan berbagai potensi memerlukan peningkatan kemampuan
tenaga pendidik dalam berbagai aspek dan bidang agar dapat mencapai tujuan sesuai
dengan visi dan misi yang diemban sekolah, sehingga apa yang diamanatkan dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa dapat terwujud. Makna yang terkandung dalam fungsi
dan tujuan pendidikan tersebut adalah untuk menciptakan Sumber Daya Manusia yang
berkualitas diperlukan pendidikan. Melalui pendidikan, kepribadian, kecerdasan,
keterampilan serta wawasan menjadi lebih luas sehingga lebih dapat meningkatkan dan
mengembangkan potensi diri pribadi.
Upaya mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional tersebut, Pemerintah Republik
Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terus melakukan perbaikan
sistem, peningkatan kualitas tenaga pendidik, manajemen, pembaharuan kurikulum,
penataran guru, peningkatan manajemen pendidikan, serta pembangunan sarana dan
prasarana pendidikan. Menurut Riduwan (2010:109) proses pendidikan tidak akan terjadi
dengan sendirinya melainkan harus direncanakan, diprogram, dan difasilitasi dengan
dukungan dan partisipasi aktif guru sebagai pendidik.
Melalui peningkatan kualitas tenaga pendidik, diharapkan dalam pendidikan terjadi
proses yang dinamis dan efektif. Guru merupakan salah satu faktor penting dalam
menentukan berhasilnya proses belajar mengajar. Oleh karena itu, guru dituntut untuk
meningkatkan peran dan kompetensinya. Guru yang berkompeten akan lebih mampu
menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengarahkan serta
mendorong semangat belajar siswa. Menurut Riduwan (2010:110) tugas dan tanggung
jawab guru adalah mengubah prilaku siswa ke arah pencapaian tujuan pendidikan. Oleh
karena itu, pencapaian tujuan pendidikan sangat bergantung kepada pelaksanaan tugas
dan kinerja guru di samping kemampuan siswa itu sendiri serta dukungan komponen
sistem pendidikan lainnya. Setiap guru harus dapat mengajar di depan kelas. Bahkan
menurut (Purwanto, 2007). mengajar itu dapat dilakukan pula pada sekelompok siswa di
luar kelas atau dimana saja. Banyak upaya yang telah dilakukan oleh guru untuk
mendorong semangat siswa, ada mata pelajaran yang mesti mendapatkan perhatian
khusus, salah satunya mata pelajaran yang sering dirasa sulit adalah mata pelajaran
biologi, karena sering menggunakan bahasa latin yang sering membuat siswa merasa
bosan.
Volume 2, Nomor 7, Juli 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
812 http://sosains.greenvest.co.id
Biologi merupakan cabang Ilmu Pengetahuan Alam yang mempelajari gejala alam
dan interaksinya dengan menerangkan bagaimana gejala-gejala alam tersebut terukur
melalui penelitian dan pengamatan. Biologi terdiri dari produk-produk, nilai dan sikap
ilmiah. Oleh karena itu, pembelajaran biologi akan lebih baik apalagi disajikan
menggunakan model pembelajaran yang bervariasi. Hal ini bertujuan agar hasil belajar
siswa dapat ditingkatkan. Pembelajaran biologi di sekolah-sekolah masih banyak yang
menggunakan metode ceramah. Kebanyakan siswa merasa bosan pada saat guru ceramah
di depan kelas sehingga kegiatan belajar-mengajar tidak berjalan dengan baik. Metode
ceramah digunakan karena alasan keterbatasan waktu atau tidak tersedianya fasilitas yang
memadai di sekolah (Palguna, Agustini, Si, & Sugihartini, 2016). Penggunan metode
tergantung pada situasi dan kondisi pada saat proses belajar-mengejar berlangsung.
Berdasarkan hasil observasi awal di SMP Muhammadiyah 48 Cikupa, diketahui
bahwa proses pembelajaran yang berlangsung hanya satu arah yang didominasi guru.
Guru tidak dapat mengkondisikan dan menyesuaikan berbagai keadaan dalam kelas
seperti dalam menyampaikan materi. Salah satu hal pokok yang sering terlupakan dalam
proses pembelajaran adalah pemberian pengulangan (repetition) bermakna pengulangan.
Dengan tidak adanya pemberian pengulangan (repetition) pemahaman siswa tentang
materi pelajaran yang diberikan. Hal tersebut mengakibatkan kecenderungan siswa
melakukan kesalahan yang sama, berulang- ulang dan tidak diperbaiki. Pada akhirnya
salah satu penyebab kesulitan belajar siswa adalah kurangnya peranan pengelolaan proses
belajar mengajar di kelas untuk menetapkan lingkungan belajar yang kondusif.
Kenyataannya lainnya, pada saat pembelajaran berlangsung sebagian siswa tidak
memperhatikan penjelasan guru, siswa seringkali terlambat masuk kelas, izin keluar kelas
pada saat berlangsung pembelajaran dan kembali ketika jam pelajaran hampir selesai,
bahkan mengantuk saat pembelajaran berlangsung. Ketika guru memberikan pekerjaan
rumah, siswa tidak mengerjakannya dirumah. Siswa seringkali mengerjakan pekerjaan
rumah di sekolah dan mengandalkan jawaban teman. Ketika ada waktu luang, siswa
jarang sekali memanfaatkan waktu untuk belajar sendiri tanpa diperintah. Hal ini
menunjukkan siswa belum dapat merancang belajar sendiri. Kondisi yang demikian
menunjukan kurangnya kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran IPA Biologi.
Menyikapi hal di atas, guru biologi dituntut untuk memahami dan mengembangkan
kemampuannya. Guru harus mampu menggunakan berbagai model pembelajaran agar
siswa lebih termotivasi, namun tidak merugikan siswa itu sendiri. Tidaklah cukup bagi
guru hanya menggunakan satu model pembelajaran, guru harus dapat memilih model
yang baik untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu atau model pembelajaran yang
sesuai dengan lingkungan belajar siswa (Rosmala, 2021). Penggunaan model
pembelajaran yang tidak melibatkan siswa secara penuh dalam kegiatan belajar mengajar
sangat mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar yang dicapai siswa. Model mengajar
guru yang kurang baik akan mempengaruhi cara belajar siswa yang kurang baik pula.
Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka model mengajar harus diusahakan yang
tepat, efisien dan seefektif mungkin.
Dengan adanya teknik mengajar umumnya baik untuk semua pengajaran, namun
ada teknik- teknik yang tidak bisa digunakan pada semua materi pembelajaran, terutama
mata pelajaran biologi. Teknik belajar mengajar yang efektif untuk mencapai tujuan
tertentu itu tergantung pada kondisi masing-masing unsur yang terlibat dalam proses
belajar mengajar secara faktual di dalam kelas (Suardi, 2018). Sebagai upaya untuk
mengatasi permasalahan tersebut, guru harus bekerja lebih keras mencari cara untuk
mengoptimalkan kegiatan belajar yang terarah pada tujuan yang diharapkan. Semakin
berkembangnya model-model pembelajaran yang ada menuntut guru berinovasi dan
memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukan selama ini. Ada beberapa model
Pengaruh Metode Auditory Intellectually Repetiton
(Air) Terhadap Hasil Belajar Ipa Biologi Peserta Didik
Kelas IX
2022
Nurhidayah Khusnul Fitriah 813
pembelajaran yang menitikberatkan pada pengoptimalan peranan dan fungsi antara guru
dan siswa dalam proses belajar-mengajar, salah satunya adalah model pembelajaran
Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) yang merupakan salah satu model yang
temasuk dalam pendekatan berpikir dan berbasis masalah yang menekankan pada
keaktifan siswa.
Dengan demikian, model ini dirancang untuk mengajak siswa terlibat aktif dalam
tugas-tugas kognitif. Berusaha fokus pada respon siswa dalam mengerjakan tugas dan
melibatkan siswa sebagai rekan dalam proses pembelajaran. Hampir separuh dari waktu
siswa berada di sekolah dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas,
siswa dituntut untuk memperhatikan dan menyimak setiap materi yang disampaikan.
penggunaan model pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) dapat
membuat siswa memiliki kemampuan yang lebih dalam pemahaman, kreativitas, dan
keaktifan dalam pembelajaran, kemampuan memecahkan masalah, dan daya ingat yang
kuat.
Model pembelajaran AIR (Auditory Intellectually Repetition) adalah suatu model
pembelajaran yang menekankan pada kegiatan belajar siswa, dimana siswa secara aktif
membangun sendiri pengetahuannya secara pribadi maupun kelompok, dengan cara
mengintegrasikan ketiga aspek tersebut. Menurut Huda (2013 : 289) model pembelajaran
AIR mirip dengan SAVI (Somatic Auditory Visualization Intellectually) dan VAK
(Visualization Auditory Kinesthetic), bedanya hanyalah pada Repetisi yaitu pengulangan
yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui
pemberian tugas atau quis.
Istilah AIR diambil dari kependekan unsur-unsur yaitu Auditory, Intellectually,
Repetition. Auditory (audio) yang mengutamakan berbicara dan mendengarkan,
Intellectually adalah belajar dengan berfikir untuk menyelesaikan masalah, dan
Repetition (pengulangan) yang bermakna pendalaman, perluasan, dan pemantapan
dengan cara pemberian tugas dan kuis. Pemberian pengulangan dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana daya ingat dan respon siswa terhadap materi pelajaran yang
telah disampaikan. Dengan demikian, diharapkan model pembelajaran Auditory,
Intellectually, Repetition (AIR) dapat menjadi pilihan bagi guru dalam upaya mencapai
hasil belajar yang tinggi, akan tetapi kelebihan dan kelemahan dari model ini, diharapkan
dapat menjadi pertimbangan dan menyesuaikan penggunaannya sesuai dengan keadaan
siswa dan materi belajar yang disampaikan. Adanya hal tersebut, menjadi salah satu
upaya dan pola pikir yang baik bagi guru guna mencapai kompetensi belajar yang telah
ditetapkan.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
kuantitatif dengan pendekatan quasi eksperimen yang diartikan sebagai metode penelitian
yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam
kondisi yang terkendalikan (Prasetya, 2012). quasi eksperimental termasuk penelitian
kuantitatif, karena data berupa angka. Quasi eksperimental merupakan penelitian yang
terdiri atas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol belum mampu mengontrol
variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Saharsa, Qaddafi, &
Baharuddin, 2018). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretes
posttest control group design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok, kemudian diberi
pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen
dan kelompok control (Setyaningsih, Rusijono, & Wahyudi, 2020). Hasil pretest yang
baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Pretest dilakukan
Volume 2, Nomor 7, Juli 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
814 http://sosains.greenvest.co.id
sebelum pelajaran dimulai dan posttest dilakukan setelah kegiatan belajar mengajar.
Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan dokumentasi. Instrumen pengumpulan
data menggunakan tes pilihan ganda yang sebelummnya diuji validitas dan
reliabilitasnya.setelah data dilapangan diperoleh kemudian dianalisis normalitas dan
homogenitasnya setelah itu diuji t- test.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari data awal dapat diperoleh nilai rata-rata siswa pada kelas kontrol sebesar
49,4 dengan skor tertinggi 67 dan skor terendah 27 sedangkan pada kelas eksperimen
nilai rata-rata siswa sebesar 50,6 dengan skor tertinggi 67 dan skor terendah 33. Hal ini
disebabkan karena pengetahuan awal siswa masih dibawah KKM. Setelah diberikan
proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Auditory Intellectuaclly
Repetition (AIR) pada kelas eksperimen terdapat pengaruh dan menyebabkan
peningkatan pada nilai siswa, dimana nilai rata-rata siswa pada kelas eksperimen
meningkat menjadi 85,1 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 60 sedangkan kelas
kontrol yang tidak menggunakan “model pembelajaran Auditory Intellectuaclly
Repetition” nilai rata-rata yang diperoleh siswa hanya 77,8 dengan nilai tertinggi 93 dan
nilai terendah 53.
Data tersebut membuktikan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition
(AIR) dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa (Hidayati & Darmuki,
2021). Sebagaimana penelitian bahwa penggunaan model pembelajaran Auditory
Intellectually Repetition (AIR) dalam pembelajaran biologi mampu meningkatkan
pemahaman konsep dan hasil belajar siswa (Syahliani, Jamal, & An’nur, 2014).
Hasil belajar IPA biologi pada siswa kelas eksperimen yang menerapkan model
pembelajaran Auditory Intellectuaclly Repetition lebih baik atau lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol yang hanya menggunakan metode ceramah dan tanya
jawab. Hal ini disebabkan karena pada saat belajar siswa tidak merasa dipaksa atau
diharuskan menghafal fakta-fakta, tetapi siswa belajar mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga, warga negara dan pekerja (Jannah, 2015). Selain itu, siswa akan
mampu bersikap ilmiah dalam memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan alam
sekitar, yang pada akhirnya dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari, serta siswa
dapat memupuk rasa cinta terhadap ilmu pengetahuan (Nurdyansyah & Fahyuni, 2016).
Dalam model pembelajaran ini siswa ditempatkan sebagai pusat perhatian utama
dalam kegiatan pembelajaran melalui tahapan-tahapannya, siswa diberikan kesempatan
secara aktif membangun sendiri pengetahuannya secara pribadi maupun kelompok
(Anindhyta, Budiharti, & Rahardjo, 2019). Model pengajaran ini dirancang khusus untuk
menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan Auditory Intellectually Repetition
(AIR), sehingga dapat meningkatkan penguasaan dan pengetahuan faktual siswa.
Pencapaiannya dapat dilihat dari hasil pembelajaran siswa yang mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM).
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang mengungkapkan bahwa biologi
merupakan salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam, dan merupakan ilmu yang
lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan
hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep
(Andriawan, Supriadi, & Syafruddin, 2018). Pembelajaran IPA khususnya Biologi
melalui model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) sudah seharusnya
menjadi model pembelajaran yang digemari oleh siswa dalam proses belajar mengajar,
Pengaruh Metode Auditory Intellectually Repetiton
(Air) Terhadap Hasil Belajar Ipa Biologi Peserta Didik
Kelas IX
2022
Nurhidayah Khusnul Fitriah 815
karena sangat membantu siswa terutama dalam mengembangkan keterampilan berfikir
siswa.
Pada saat menerapkan metode pembelajaran konvensional siswa kurang aktif dan
jenuh, karna dalam proses pembelajaran hanya berjalan satu arah sehingga siswa kurang
terlatih untuk mengembangkan daya nalarnya dalam memecahkan permasalahan
(Andriawan et al., 2018). Hal ini berdampak terhadap hasil belajar siswa yang kurang
memuaskan. Keadaan siswa setelah diterapkan model pembelajaran Auditory
Intellectually Repetition (AIR) di dalam kelas eksperimen, keaktifan siswa ditunjukkan
dengan siswa dan guru masuk kelas tepat pada waktunya, sebelum pembelajaran dimulai
siswa memperhatikan penjelasan dari guru, saat pembelajaran berlangsung tidak
ditemukan lagi siswa yang mengantuk didalam kelas, ijin keluar masuk kelas dalam
waktu yang cukup lama di karenakan siswa merasa bebas dalam berpendapat, saling
bekerjasama dengan teman kelompok, dan menyampaikan pendapatnya kepada kelompok
lainnya, guru hanya bersifat fasilitator (memperhatikan, menyimak, dan mengambil titik
tengah apabila ada perbedaan pendapat yang akan meluas).
Berdasarkan hasil temuan data tentang pengaruh model pembelajaran Auditory
Intellectually Repetition (AIR) terhadap hasil belajar IPA Biologi siswa kelas IX SMP
Muhammadiyah 48 Cikupa, diperoleh thitung sebesar 2,280 sedangkan ttabel dengan dk
= 25 + 24 2 = 47 pada taraf signifikansi 5% sebesar 1,677, didapatkan bahwa harga
thitung lebih besar harga ttabel (2,280 >1,677). Dengan demikian hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Artinya, hipotesis alternatif atau hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini diterima yaitu ada pengaruh model pembelajaran Auditory
Intellectually Repetition (AIR) terhadap hasil belajar IPA Biologi siswa kelas IX SMP
Muhammadiyah 48 Cikupa.
Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Khotimah (2013: 62) di
mana hasil penelitiannya yang menunjukkan bahwa melalui metode pembelajaran
Auditory Intellectually Repetition (AIR) dapat membuat siswa memiliki kemampuan
yang lebih dalam pemahaman, kreativitas, dan keaktifan dalam pembelajaran,
kemampuan memecahkan masalah, dan daya ingat yang kuat. Model pembelajaran ini
juga terletak pada pengulangan (repetisi) yang bermakna pendalaman, perluasan, dan
pemantapan dengan cara pemberian tugas dan kuis. Pembelajaran melalui model
Auditory Intellectually Repetition (AIR) sangat efektif dalam rangka meningkatkan
kualitas keterampilan menyimak dan berfikir siswa, karena siswa terlibat secara aktif dan
juga dituntut untuk mengelola sendiri permasalahan yang ditemukan serta menemukan
sendiri konsep atau prinsip dan kemudian membuat suatu kesimpulan sendiri. Ketika
siswa belajar dengan aktif, siswa akan merasakan suasana yanag lebih menyenangkan
sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan (Sinambela, 2017). Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa Ada Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Auditory
Intellectually Repetition (AIR) Terhadap Hasil Belajar IPA Biologi Siswa Kelas IX
SMP Muhammadiyah 48 Cikupa.
Volume 2, Nomor 7, Juli 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
816 http://sosains.greenvest.co.id
KESIMPULAN
Berdasarkan data hasil penelitian, analisis data dan pengujian hipotesis yang telah
dipaparkan sebelumnya. Maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata
kelas eksperimen adalah 85,1, sedangkan kelas kontrol nilai rata-rata kelasnya adalah
77,8 hal ini dibuktikan dengan uji statistik menggunakan uji-t yaitu diperoleh thitung
sebesar 2,280 dan nilai ttabel sebesar 1,677 Karena thitung > ttabel, ini berarti Ho ditolak
dan Ha diterima yang artinya penggunaan model pembelajaran Auditory Intellectually
Repetition (AIR) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa SMP Muhammadiyah 48
Cikupa pada pelajaran IPA Biologi.
BIBLIOGRAFI
Andriawan, Andriawan, Supriadi, Supriadi, & Syafruddin, Syafruddin. (2018). Pengaruh
Model Pembelajaran Auditory, Intellectually, Repetition (Air) Terhadap Hasil
Belajar Ipa Biologi Siswa Kelas Ix Smp Negeri 4 Sumbawa Besar Tahun Pelajaran
2016/2017. Jurnal Pendidikan Dan Riset Biologi, 1(2), 2733.
Anindhyta, Chyta, Budiharti, Rini, & Rahardjo, Dwi Teguh. (2019). Penerapan Model
Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectually, and Repetition) untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir kritis Siswa Kelas XI MIA 1 SMAN 2 Karanganyar pada
Materi Suhu, Kalor dan Perpindahan Kalor. Jurnal Materi Dan Pembelajaran
Fisika, 9(2), 132137.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
Rineka Cipta..(2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi
VI. Jakarta: Rineka Cipta.
Hidayati, Nur Alfin, & Darmuki, Agus. (2021). Penerapan Model Auditory Intellectually
Repetition (AIR) untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Pada Mahasiswa.
Jurnal Educatio FKIP UNMA, 7(1), 252259.
Jannah, Fathul. (2015). Implementasi Model Pembelajaran Kontekstual dalam
Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran di Sekolah Dasar. -, 1(2), 1924.
Nurdyansyah, Nurdyansyah, & Fahyuni, Eni Fariyatul. (2016). Inovasi model
pembelajaran sesuai kurikulum 2013. Nizamia Learning Center.
Palguna, I. Made Adi, Agustini, Ketut, Si, M., & Sugihartini, Nyoman. (2016). Studi
Komparatif Model Pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually
(SAVI) dan Auditory, Intellectually, Repetition (AIR) Terhadap Hasil Belajar TIK
Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Mengwi Tahun Ajaran 2015/2016. KARMAPATI
(Kumpulan Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika), 5(2), 459467.
Prasetya, Tri Indra. (2012). Meningkatkan keterampilan menyusun instrumen hasil
belajar berbasis modul interaktif bagi guru-guru IPA SMP N Kota Magelang.
Journal of Research and Educational Research Evaluation, 1(2).
Purwanto. (2007). Instrumen penelitian sosial dan pendidikan: pengembangan dan
pemanfaatan. Pustaka Pelajar.
Rosmala, Amelia. (2021). Model-model pembelajaran matematika. Bumi Aksara.
Saharsa, Ulfi, Qaddafi, Muhammad, & Baharuddin, Baharuddin. (2018). Efektivitas
Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan Video Based
Laboratory Terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep Fisika. JPF (Jurnal
Pendidikan Fisika) Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 6(2), 5764.
Setyaningsih, Sri, Rusijono, Rusijono, & Wahyudi, Ari. (2020). Pengaruh penggunaan
media pembelajaran interaktif berbasis Articulate Storyline terhadap motivasi
belajar dan hasil belajar siswa pada materi Kerajaan Hindu Budha di Indonesia.
Pengaruh Metode Auditory Intellectually Repetiton
(Air) Terhadap Hasil Belajar Ipa Biologi Peserta Didik
Kelas IX
2022
Nurhidayah Khusnul Fitriah 817
Didaktis: Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Pengetahuan, 20(2).
Sinambela, Pardomuan N. J. M. (2017). Kurikulum 2013 dan implementasinya dalam
pembelajaran. Generasi Kampus, 6(2).
Suardi, Moh. (2018). Belajar & pembelajaran. Deepublish.
Syahliani, Mita, Jamal, M. Arifuddin, & An’nur, Syubhan. (2014). Penerapan Model
Pembelajaran Auditory Intelectually Repetition (AIR) Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika, 2(3), 213221.