853 http://sosains.greenvest.co.id
JURNAL
SOSAINS
JURNAL SOSIAL DAN SAINS
VOLUME 2 NOMOR 8 2022
P-ISSN 2774-7018, E-ISSN 2774-700X
LITERATURE REVIEW: ANALISIS FAKTOR PENGHAMBAT
PROGRAM PENANGGULANGAN TUBERCULOSIS DI
PUSKESMAS
Rifka Noviyanti
1
, Agus Aan Adriansyah
2
12
Fakultas Kesehatan, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
1
, aan.naufal87@unusa.ac.id
2
Kata Kunci:
Tuberculosis,
Faktor
Penghambat,
Puskemas
Keywords:
Tuberculosis,
Inhibiting
Factors,
Puskesmas
ABSTRAK
Latar Belakang: Tuberculosis masih menjadi masalah kesehatan yang utama di
Indonesia. Puskesmas mempunyai peran yang sangat penting dalam mensukseskan
program ini, namun di lapangan masih banyak permasalahan dalam pelaksanaan
program penanggulangan Tuberculosis, seperti kurangnya dalam hal sarana prasarana,
sumber daya manusia an kurangnya anggaran
Tujuan: Menganalisis faktor penghambat program penanggulangan Tuberculosis di
Puskesmas.
Metoode : Penelitian ini menggunakan metode Literatur review berasal dari google
scholar dan portal garuda dalam rentang waktu 2017-2021. Kata kunci yang digunakan
yaitu implementasi TBC, penghambat program, Puskesmas.
Hasil:. 6 artikel menyatakan kurangnya sarana pemeriksaan dahak, 5 artikel
menyatakan poli Tuberculosis tidak optimal. Faktor penghambat berdasarkan sumber
daya manusia menyatakan 5 artikel menyatakan kurangnya jumlah tenaga kesehatan, 6
artikel menyatakan petugas melakukan tugas rangkap, dan 2 artikel menyatakan tidak
adanya pelatihan untuk petugas. Faktor penghambat berdasarkan dana menunjukan
bahwa 11 artikel menyatakan bahwa keterbatasan dana untuk program.
Kesimpulan: sumber daya sangat berperan penting dalam keberlangsungan program.
Jika sumber daya tidak terpenuhi maka akan menghambat implementasi program
sehingga diharapkan bagi Puskesmas untuk selalu melakukan evaluasi program
sebagai bahan atas penilaian program yang dilaksanakan.
ABSTRACT
Background: Tuberculosis is still a major health problem in Indonesia. The
Puskesmas has a very important role in the success of this program, but in the field
there are still many problems in the implementation of the Tuberculosis prevention
program, such as the lack of infrastructure, human resources, and lack of budget.
Objective: To analyze the inhibiting factors of the Tuberculosis prevention program at
the Puskesmas.
Method: The literature review comes from Google Scholar and the Garuda Portal in
the 2017-2021 timeframe. The keywords used are TB implementation, program
Literature Review: Analisis Faktor Penghambat
Program Penanggulangan Tuberculosis di Puskesmas
2022
Rifka Noviyanti, Agus Aan Adriansyah 854
blockers, Puskesmas.
Results:. 6 articles stated the lack of sputum examination facilities, 5 articles stated
that the Tuberculosis polyclinic was not optimal. The inhibiting factor based on human
resources stated that 5 articles stated that there was a lack of health workers, 6
articles stated that officers carried out double duty, and 2 articles stated that there was
no training for officers. The limiting factor based on funding shows that 11 articles
state that there are limited funds for the program.
Conclusion: resources play an important role in the sustainability of the program. If
the resources are not met, it will hinder the implementation of the program, so it is
hoped that the Puskesmas will always carry out program evaluations as material for
evaluating the implemented programs.
PENDAHULUAN
Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit menular yang menjadi salah satu
penyebab utama permasalahan kesehatan di dunia, sekitar 911,1 juta orang tertular
kuman Mycobacterium tuberculosis (Hendri, Rasyid, & Suryadi, 2021). Tuberculosis
masih menjadi masalah kesehatan yang utama dan kejadian penyakit ini meningkat setiap
tahunnya, Saat ini diperkirakan ada satu dari setiap tiga kasus Tuberculosis yang masih
belum terdeteksi oleh program (Lestari, Widagdo, & Adi, 2019). Menurut WHO (2020)
10 juta orang di dunia menderita Tuberculosis (TBC) dan menyebabkan 1,2 juta orang
meninggal setiap tahunnya. Indonesia berada pada peringkat ke-2 dengan beban
Tuberculosis tertinggi di dunia setelah India dengan perkiraan jumlah orang yang jatuh
sakit akibat Tuberculosis mencapai 845.000 dengan angka kematian sebanyak 98.000
atau setara dengan 11 kematian/jam.
Berdasarkan jumlah kasus Tuberculosis hanya sebesar 67% yang ditemukan dan
diobati, sehingga terdapat sebanyak 283.000 pasien Tuberculosis yang belum diobati dan
berisiko menjadi sumber penularan bagi orang di sekitarnya. Jumlah kasus Tuberculosis
tertinggi dilaporkan dari provinsi dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat,
Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Kasus Tuberculosis di ketiga provinsi tersebut hampir
mencapai setengah dari jumlah seluruh kasus Tuberculosis di Indonesia 46%
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2021). Penelitian Indriyani et al. (2021)
angka penemuan kasus Tuberculosis paling rendah ditahun 2019 yaitu sebesar 40,8%,
Wilis et al. (2021) angka keberhasilan pengobatan tahun 2018 sebesar 74,7%, menurun
jika dibandingkan dengan tahun 2017 sebesar 84%. Angka penemuan kasus dan angka
keberhasilan pengobatan Tuberculosis hingga akhir 2017 masih rendah yaitu 35,8% dan
65,5% (Chomaerah, 2020).
Capaian angka kesembuhan Tuberculosis Nasional tahun 2021 hanya 73%, angka
ini masih di bawah target dimana capaian harus 90%, bila masih di bawah target maka
penularan penyakit Tuberculosis akan terus terjadi (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2021). Untuk menilai kemajuan atau keberhasilan penanggulangan
Tuberculosis digunakan beberapa indikator. Indikator penanggulangan Tuberculosis
secara Nasional ada 2 yaitu Angka Penemuan Pasien baru Tuberculosis BTA positif
(Case Detection Rate) dan Angka Keberhasilan Pengobatan (Success Rate) (Chomaerah,
2020). Pemerintah melakukan penanggulangan Tuberculosis dengan membuat program
yang disebut Program Pencegahan dan Penanggulangan TB (P2TB) (Indriyani et al.,
2021). Upaya penanggulangan Tuberculosis tertuang dalam Permenkes Nomor 67 Tahun
2016. Penghapusan Tuberculosis merupakan pencapaian dalam bentuk penekanan angka
kasus Tuberculosis menjadi 1 per 1.000.000 penduduk. Namun, pada kenyataannya di
tahun 2018 angka kasus Tuberculosis menembus 254 per 100.000 penduduk
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).
Volume 2, Nomor 8, Agustus 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
855 http://sosains.greenvest.co.id
Puskesmas mempunyai peran yang sangat penting dalam menyukseskan program
ini karena dalam pelaksanaanya Puskesmas terlibat langsung dari mulai perencanaan,
pelaksanaan, hingga pengawasan pengendalian dan penilaian. Bisa jadi baik atau buruk
capaian program Tuberculosis dikarenakan Puskesmas di wilayah tersebut. Permenkes no
67 tahun 2016 ada beberapa peran Puskesmas dalam pelaksanaan program
penanggulangan Tuberculosis antara lain yaitu promosi kesehatan, surveilans
Tuberculosis, penemuan dan penanganan kasus baru, pengobatan, pencatatan dan
pelaporan pasien Tuberculosis (Chomaerah, 2020).
Program Tuberculosis yang diselenggarakan pemerintah untuk mengakhiri kasus
Tuberculosis antara lain yaitu melalui strategi promosi dengan menyelenggarakan
program TOSS TBC (Temukan Obati Sampai Sembuh Tuberculosis). Program ini
dilakukan untuk menemukan, mendiagnosis, mengobati, menyembuhkan pasien
Tuberculosis serta menghentikan penularan Tuberculosis (Dewi, Damsar, & Azwar,
2019). Pada awal tahun 2022 Stop Tuberculosis Partnership Indonesia (STPI) melakukan
strategi promosi kesehatan berbasis komunikasi digital untuk mengurangi risiko berat dari
penyakit Tuberculosis. Tujuan utama dari promosi ini adalah untuk mendorong kesadaran
masyarakat Indonesia yang masih rendah memeriksakan dirinya bila mempunyai gejala
batuk terus menerus selama 14 hari atau lebih ke fasilitas pelayanan kesehatan
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2022).
Puskesmas memiliki peran yang sangat penting dalam menemukan kasus
Tuberculosis baik secara aktif maupun pasif. Intervensi temuan kasus aktif dapat
meningkatkan keberhasilan pengobatan dan mengurangi kegagalan pengobatan
Tuberculosis dan kematian. Namun dilapangan masih banyak permasalahan dalam yang
menghambat peran Puskesmas dalam program penanggulangan Tuberculosis. Faktor
yang dapat menghambat suatu program yaitu faktor komunikasi, faktor sumber daya
(sumber daya manusia, sumber daya anggaran, sumber daya peralatan, dan sumber daya
wewenang), sikap pelaksana dan struktur birokrasi (Abraham, 2018).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian menggunakan metode literature review dengan judul Literature Review:
Analisis Faktor Penghambat Program Penanggulangan Tuberculosis di Puskesmas”.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode Traditional Literature Review. Sumber
artikel berasal dari Google Scholar dan Portal Garuda. Pada Google Scholar
mendapatkan 2.195 artikel dan pada Portal Garuda mendapatkan 27 artikel. Terdapat 3
tahapan screening yang dilakukan, yaitu screening pertama memilih jurnal yang tidak
berbayar. Apabila jurnal tersebut berbayar, maka tidak masuk dalam screening
berikutnya. Selanjutnya pada screening kedua, peneliti memilih artikel yang sudah dipilih
sebelumnya dengan memperhatikan judul dan abstrak artikel yang relevan dengan
penelitian ini. Apabila judul dan abstrak artikel penelitian menyertakan variabel yang
terkait dalam penelitian ini (sumber daya manusia, sarana prasarana, dan dana), maka
artikel penelitian masuk dalam tahap ini dan dilanjutkan screening berikutnya. Pada
screening ketiga, peneliti memilih artikel yang telah melewati screening sebelumnya
dengan me-review latar belakang, metode, hasil serta pembahasan.
Pada proses pengolahan data dilakukan dengan cara mereview artikel terkait faktor
penghambat sumber daya manusia terhadap program penanggulangan Tuberculosis di
Puskesmas, faktor sarana prasarana terhadap program penanggulangan Tuberculosis di
Puskesmas, dan faktor penghambat dana terhadap program penanggulangan Tuberculosis
di Puskesmas. Analisis data dilakukan dengan menganalisis faktor penghambat sumber
daya manusia terhadap program penanggulangan Tuberculosis di Puskesmas,
Literature Review: Analisis Faktor Penghambat
Program Penanggulangan Tuberculosis di Puskesmas
2022
Rifka Noviyanti, Agus Aan Adriansyah 856
menganalisis faktor penghambat sarana prasarana terhadap program penanggulangan
Tuberculosis di Puskesmas, dan menganalisis faktor penghambat dana terhadap program
penanggulangan Tuberculosis di Puskesmas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Faktor Penghambat Program Penanggulangan Tuberculosis di Puskesmas
Berdasarkan Sarana Prasarana
Berdasarkan proses pencarian artikel, telah didapatkan hasil temuan artikel yang
telah diproses melalui kesesuaian faktor penghambat program penanggulangan
Tuberculosis berdasarkan sarana prasarana. Adapun hasil temuan artikel sebagai berikut:
Tabel 1 Faktor Penghambat Program Penanggulangan Tuberculosis di Puskesmas
Berdasarkan Sarana Prasarana
No
Penulis
Judul
1.
Pitaloka dan
Nur Siyam
(2018)
Penerapan Empat
Pilar Program
Pencegahan dan
Pengendalian
Infeksi
Tuberculosis Paru
2.
Dewi et
al.(Dewi et al.,
2019)
Analisis Kendala
Implementasi
Program
Penanggulangan
Tuberculosis di
Kecamatan Meral
Kabupaten
Karimun
3.
Inayah dan
Bambang
Wahyono
(2019)
Penanggulangan
Tuberculosis Paru
dengan Strategi
DOTS
4.
Deswinda et
al.,(2019)
Evaluasi
Penanggulangan
Tuberkulosis Paru
di Puskesmas
dalam Penemuan
Penderita
Tuberkulosis Paru
di Kabupaten
Sijunjung
5.
Novfattra et
al.(2019)
Analisis
Implementasi
Kebijakan
Tentang Gerakan
Volume 2, Nomor 8, Agustus 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
857 http://sosains.greenvest.co.id
No
Penulis
Judul
Nagari Peduli
Tuberkolosis Di
Kenagarian
Magek
Kecamatan
Kamang Magek
Kabupaten Agam
Tahun 2018
6.
Zarwita et
al.(2019)
Analisis
Implementasi
Penemuan Pasien
TB Paru dalam
Program
Penanggulangan
TB Paru di
Puskesmas Balai
Selasa
7.
Chomaerah
(Chomaerah,
2020)
Program
Pencegahan dan
Penanggulangan
Tuberculosis di
Puskesmas
8.
Komalasari
dan Fitri
Indrawati
(2020)
Penatalaksanaan
Program
Pengendalian
Tuberculosis
Multi Drug
Resistant
9.
Sany Mufti’ah
et al.(2021)
Gambaran
Pelaksanaan
Program Tb Paru
Di Puskesmas
Gang Kelor Kota
Bogor Tahun
2019-2020
10.
Indriyani et
al.,(Indriyani
et al., 2021)
Analisis
Pelaksanaan
Program
Tuberculosis Di
Puskesmas
Harapan Raya
Kota Pekanbaru
11.
Faradillah et
al.,(2021)
Determinan
Keberhasilan
Pengobatan Pada
Pasien
Tuberkulosis Di
Literature Review: Analisis Faktor Penghambat
Program Penanggulangan Tuberculosis di Puskesmas
2022
Rifka Noviyanti, Agus Aan Adriansyah 858
No
Penulis
Judul
Wilayah
Kabupaten Muara
Enim
Berdasarkan Tabel 1 hasil temuan yang telah dijabarkan terdapat 11 artikel yang
membahas faktor penghambat program penanggulangan Tuberculosis di Puskesmas
berdasarkan sarana dan prasarana dengan 6 artikel membahas sarana dan 5 artikel
membahas prasarana.
1. Faktor Penghambat Program Penanggulangan Tuberculosis Di Puskesmas
Berdasarkan Sarana
Sarana adalah segala hal yang dapat dipakai sebagai penunjang untuk
memudahkan pekerjaan dan untuk mencapai apa yang diharapkan (Ellong, 2018).
Tabel 2 Faktor Penghambat program penanggulangan Tuberculosis di Puskesmas
berdasarkan Sarana
No
Penulis
Judul
1.
Inayah dan
Bambang
Wahyono
(Inayah &
Wahyono,
2019)
Penanggulangan
Tuberculosis Paru
dengan Strategi
DOTS
2.
Novfattra et
al., (Novfattra
et al., 2019)
Analisis
Implementasi
Kebijakan
Tentang Gerakan
Nagari Peduli
Tuberkolosis Di
Kenagarian
Magek
Kecamatan
Kamang Magek
Kabupaten Agam
Tahun 2018
3.
Zarwita et
al.,(Zarwita et
al., 2019)
Analisis
Implementasi
Penemuan Pasien
TB Paru dalam
Program
Penanggulangan
TB Paru di
Puskesmas Balai
Selasa
4.
Komalasari
dan Fitri
Indrawati
(Komalasari &
Indrawati,
Penatalaksanaan
Program
Pengendalian
Tuberculosis
Multi Drug
Volume 2, Nomor 8, Agustus 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
859 http://sosains.greenvest.co.id
No
Penulis
Judul
2020)
Resistant
5.
Sany Mufti’ah
et al.,(Sany
Mufti’ah et al.,
2021)
Gambaran
Pelaksanaan
Program Tb Paru
Di Puskesmas
Gang Kelor Kota
Bogor Tahun
2019-2020
6.
Indriyani et
al.,(Indriyani
et al., 2021)
Analisis
Pelaksanaan
Program
Tuberculosis Di
Puskesmas
Harapan Raya
Kota Pekanbaru
Dari data Tabel 2 menunjukan hasil identifikasi faktor penghambat program
penanggulangan Tuberculosis di Puskesmas berdasarkan sarana, terdapat 6 artikel yang
menggambarkan faktor penghambat program penanggulangan Tuberculosis di
Puskesmas. Hasil diatas didapatkan bahwa berdasarkan sarana 3 artikel yang membahas
tentang kurangnya dalam media promosi, 2 artikel yang membahas tentang kurangnya
ketersediaan alat pemeriksaan diagnosa Tuberculosis, 1 artikel membahas kurangnya
obat-obatan.
Hal ini dapat diinformasikan bahwa sarana merupakan alat bantu untuk
memperlancar dan mempermudah keberlangsungan program penanggulangan
Tuberculosis di Puskesmas jika sarana tidak dapat tercukupi maka akan mengakibatkan
terhambatnya implementasi program. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih
baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya, juga dibutuhkan bahan/materi sebagai
salah satu sarana. Hal ini disebabkan antara materi dan sarana tidak bisa dipisahkan.
Hal ini sejalan dengan penelitian Ruba et al. (2021) menjelaskan bahwa
ketersediaan sarana merupakan salah satu faktor yang mendukung pelaksanaan program
jika sarana tidak terpenuhi maka akan menghambat pelaksaan suatu program. Pada
penelitian Bibu (2019) menjelaskan bahwa kurangnya sarana dapat menghambat
pelayanan yang diberikan kepada pasien. Pada penelitian Calista, silvia, dan Kristanto
(2021) menjelaskan bahwa kurangnya sarana seperti peralatan kesehatan menghambat
pelayanan.
2. Faktor Penghambat Program Penanggulangan Tuberculosis di Puskesmas
Berdasarkan Prasarana
Prasarana segala sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu
proses baik berupa usaha ataupun pembangunan yang bersifat permanen (Khikmah &
Winarno, 2019).
Tabel 3 Faktor Penghambat Program Penanggulangan Tuberculosis di Puskesmas
Berdasarkan Prasarana
No
Penulis
Judul
Literature Review: Analisis Faktor Penghambat
Program Penanggulangan Tuberculosis di Puskesmas
2022
Rifka Noviyanti, Agus Aan Adriansyah 860
No
Penulis
Judul
1.
Pitaloka dan
Nur Siyam
(Pitaloka &
Siyam, 2018)
Penerapan Empat
Pilar Program
Pencegahan dan
Pengendalian
Infeksi
Tuberculosis Paru
2.
Dewi et
al.(Dewi et al.,
2019)
Analisis Kendala
Implementasi
Program
Penanggulangan
Tuberculosis di
Kecamatan Meral
Kabupaten
Karimun
3.
Deswinda et
al.,(Deswinda
et al., 2019)
Evaluasi
Penanggulangan
Tuberkulosis Paru
di Puskesmas
dalam Penemuan
Penderita
Tuberkulosis Paru
di Kabupaten
Sijunjung
4.
Chomaerah
(Chomaerah,
2020)
Program
Pencegahan dan
Penanggulangan
Tuberculosis di
Puskesmas
5.
Faradillah et
al., (Faradillah
et al., 2021)
Determinan
Keberhasilan
Pengobatan Pada
Pasien
Tuberkulosis Di
Wilayah
Kabupaten Muara
Enim
Dari data Tabel 3 menunjukan hasil identifikasi faktor penghambat program
penanggulangan Tuberculosis di Puskesmas berdasarkan prasarana, terdapat 5 artikel
yang menggambarkan faktor penghambat program penanggulangan Tuberculosis di
Puskesmas berdasarkan prasarana. Hasil tabel diatas menunjukkan bahwa, 3 artikel
membahas tentang letak ruangan poli Tuberculosis belum memenuhi standart
dikarenakan sempit dan bergabung dengan poli lainnya, 2 artikel membahas tentang tidak
adanya ruangan tempat membuang dahak.
Hal ini dapat diinformasikan bahwa prasarana merupakan segala sesuatu yang
digunakan sebagai penunjang dalam melaksanakan suatu kegiatan, karena dalam program
Volume 2, Nomor 8, Agustus 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
861 http://sosains.greenvest.co.id
Tuberculosis tidak terlepas dari tersedianya sarana dan prasarana untuk mendukung
keberhasilan program. Prasarana merupakan hal yang penting untuk berlangsungnya
suatu program, karena prasarana merupakan tempat untuk berlangsungnya kegiatan
pelayanan program. Hal ini sejalan dengan penelitian Suhbah et al (2019) menjelaskan
bahwa ketersediaan prasarana dapat menghambat pelaksanaan program di Puskesmas
sehingga program tidak berjalan dengan lancar. Pada penelitian menjelaskan Darmansyah
(2021) prasarana yang kurang menyebabkan program tidak terlaksana sehingga program
menjadi terkendala dan program terhambat.
B. Faktor Penghambat Program Penanggulangan Tuberculosis di Puskesmas
berdasarkan Sumber Daya Manusia
Tabel 4 Faktor Penghambat Program Penanggulangan Tuberculosis di Puskesmas
berdasarkan Sumber Daya Manusia
No
Penulis
Judul
1.
Rosiska et
al.,(2018)
Pelaksanaan
Program
Pengendalian TB
dengan
Menggunakan
Strategi Directly
Observed
Treatment Short-
Course di
Puskesmas Siulak
Mukai Wilayah
Kerja Dinas
Kesehatan
Kabupaten
Kerinci
2.
Dewi et
al.,(Dewi et
al., 2019)
Analisis Kendala
Implementasi
Program
Penanggulangan
Tuberculosis di
Kecamatan Meral
Kabupaten
Karimun
3.
Inayah dan
Bambang
Wahyono
(Inayah &
Wahyono,
2019)
Penanggulangan
Tuberculosis Paru
dengan Strategi
DOTS
4.
Deswinda et
al.,(Deswinda
et al., 2019)
Evaluasi
Penanggulangan
Tuberkulosis Paru
di Puskesmas
dalam Penemuan
Penderita
Literature Review: Analisis Faktor Penghambat
Program Penanggulangan Tuberculosis di Puskesmas
2022
Rifka Noviyanti, Agus Aan Adriansyah 862
No
Penulis
Judul
Tuberkulosis Paru
di Kabupaten
Sijunjung
5.
Zarwita et
al.,(Zarwita et
al., 2019)
Analisis
Implementasi
Penemuan Pasien
TB Paru dalam
Program
Penanggulangan
TB Paru di
Puskesmas Balai
Selasa
6.
Damanik
(2019)
Analisis
Pelaksanaan
Strategi Directly
Observed
Treatment
Shortcourse
(Dots) Dalam
Program
Penanggulangan
TB Di Puseksmas
Bromo
Kecamatan
Medan Denai
Tahun 2018
7.
Chomaerah
(Chomaerah,
2020)
Program
Pencegahan dan
Penanggulangan
Tuberculosis di
Puskesmas
8.
Putri et
al.,(2020)
Evaluasi
Pelaksanaan
Program
Penanggulangan
Tuberkulosis Paru
(P2tb) Di
Puskesmas
Bandarharjo Kota
Semarang
9.
Ulfa dan
Mardiana
(2021)
Implementasi
Penemuan Kasus
TB Paru dalam
Penanggulangan
Tuberculosis di
Puskesmas
Karangmalang
kota Semarang
Volume 2, Nomor 8, Agustus 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
863 http://sosains.greenvest.co.id
No
Penulis
Judul
10.
Wilis et
al.,(Wilis et
al., 2021)
Analisis
Pelaksanaan
Program
Penanggulangan
Tuberculosis Paru
Di Puskesmas
Purwoyoso Kota
Semarang
11.
Sany Mufti’ah
et al., (Sany
Mufti’ah et al.,
2021)
Gambaran
Pelaksanaan
Program Tb Paru
Di Puskesmas
Gang Kelor Kota
Bogor Tahun
2019-2020
12.
Indriyani et
al.,(Indriyani
et al., 2021)
Analisis
Pelaksanaan
Program
Tuberculosis Di
Puskesmas
Harapan Raya
Kota Pekanbaru
13.
Faradillah et
al.,(Faradillah
et al., 2021)
Determinan
Keberhasilan
Pengobatan Pada
Pasien
Tuberkulosis Di
Wilayah
Kabupaten Muara
Enim
Berdasarkan tabel 4 didapatkan 13 artikel untuk faktor penghambat sumber daya
manusia, didapatkan 5 artikel membahas kuantitas, 6 artikel membahas beban kerja , dan
2 artikel membahas pelatihan.
1. Faktor Penghambat Program Penanggulangan Tuberculosis di Puskesmas
berdasarkan Kuantitas Sumber Daya Manusia
Tabel 5 Faktor Penghambat Program Penanggulangan Tuberculosis di Puskesmas
berdasarkan Kuantitas Sumber Daya Manusia
No
Peneliti
Judul
1.
Rosiska et al.,
(Rosiska et al.,
2018)
Pelaksanaan
Program
Pengendalian TB
dengan
Literature Review: Analisis Faktor Penghambat
Program Penanggulangan Tuberculosis di Puskesmas
2022
Rifka Noviyanti, Agus Aan Adriansyah 864
No
Peneliti
Judul
Menggunakan
Strategi Directly
Observed
Treatment Short-
Course di
Puskesmas Siulak
Mukai Wilayah
Kerja Dinas
Kesehatan
Kabupaten
Kerinci
2.
Dewi et
al.,(Dewi et
al., 2019)
Analisis Kendala
Implementasi
Program
Penanggulangan
Tuberculosis di
Kecamatan Meral
Kabupaten
Karimun
3.
Ulfa dan
Mardiana
(Ulfa &
Mardiana,
2021)
Implementasi
Penemuan Kasus
TB Paru dalam
Penanggulangan
Tuberculosis di
Puskesmas
Karangmalang
kota Semarang
4.
Indriyani et
al.,(Indriyani
et al., 2021)
Analisis
Pelaksanaan
Program
Tuberculosis Di
Puskesmas
Harapan Raya
Kota Pekanbaru
5.
Faradillah et
al.,(Faradillah
et al., 2021)
Determinan
Keberhasilan
Pengobatan Pada
Pasien
Tuberkulosis Di
Wilayah
Kabupaten Muara
Enim
Dari data Tabel 4 menunjukan hasil identifikasi faktor penghambat program
penanggulangan Tuberculosis di Puskesmas berdasarkan sumber daya manusia, terdapat
5 artikel yang menggambarkan faktor penghambat program penanggulangan Tuberculosis
di Puskesmas berdasarkan kuantitas sumber daya manusia. Hal ini dapat diinformasikan
bahwa kuantitas sumber daya manusia sangat penting dalam keberlangsungan program
penanggulangan Tuberculosis di Puskesmas. Menurut Dewi et al.(Dewi et al., 2019)
Volume 2, Nomor 8, Agustus 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
865 http://sosains.greenvest.co.id
jumlah tenaga kesehatan Tuberculosis yang memadai dapat memberdayakan petugas
Tuberculosis dalam pelaksanaan program penanggulangan Tuberculosis, dimana dengan
jumlah yang memadai pembagian tugas dapat dijalankan dengan baik. Hal ini sejalan
dengan Artyasari et al. (2021) sumber daya manusia yaitu meliputi kecukupan baik
kualitas maupun kuantitas implementor yang dapat mewadahi kelompok sasaran. Jika
jumlah pelaksana terbatas atau belum mencukupi kebutuhan baik dalam jumlah dan
kemampuan dapat memberikan dampak dalam pelaksanaan program menjadi tidak
optimal. Jika pelaksana belum memadai maka harus adanya peningkatan kemampuan
para pelaksana melalui manajemen sumber daya manusia agar dapat meningkatkan
kinerja.
Menurut permenkes No 67 tahun 2016 menjelaskan bahwa program
penanggulangan Tuberculosis paling sedikit harus memiliki tenaga kesehatan dengan
kompetensi di bidang kesehatan masyarakat dan tenaga non kesehatan dengan
kompetensi tertentu program yang terdiri dari dokter, perawat, dan analis laboratorium
terlatih yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program penanggulangan
Tuberculosis (Pitaloka & Siyam, 2018).
2. Faktor Penghambat Program Penanggulangan Tuberculosis Berdasarkan
Beban kerja Sumber Daya Manusia
Tabel 6 Faktor Penghambat Program Penanggulangan Tuberculosis Berdasarkan
Beban kerja Sumber Daya Manusia
No
Peneliti
Judul
1.
Inayah dan
Bambang
Wahyono
(Inayah &
Wahyono,
2019)
Penanggulangan
Tuberculosis Paru
dengan Strategi
DOTS
2.
Deswinda et
al.,(Deswinda
et al., 2019)
Evaluasi
Penanggulangan
Tuberkulosis Paru
di Puskesmas
dalam Penemuan
Penderita
Tuberkulosis Paru
di Kabupaten
Sijunjung
3.
Zarwita et
al.,(Zarwita et
al., 2019)
Analisis
Implementasi
Penemuan Pasien
TB Paru dalam
Program
Penanggulangan
TB Paru di
Puskesmas Balai
Selasa
4.
Putri et
al.,(Putri et al.,
Evaluasi
Pelaksanaan
Literature Review: Analisis Faktor Penghambat
Program Penanggulangan Tuberculosis di Puskesmas
2022
Rifka Noviyanti, Agus Aan Adriansyah 866
No
Peneliti
Judul
2020)
Program
Penanggulangan
Tuberkulosis Paru
(P2tb) Di
Puskesmas
Bandarharjo Kota
Semarang
5.
Wilis et
al.,(Wilis et
al., 2021)
Analisis
Pelaksanaan
Program
Penanggulangan
Tuberculosis Paru
Di Puskesmas
Purwoyoso Kota
Semarang
6.
Sany Mufti’ah
et al.,(Sany
Mufti’ah et al.,
2021)
Gambaran
Pelaksanaan
Program Tb Paru
Di Puskesmas
Gang Kelor Kota
Bogor Tahun
2019-2020
Dari data Tabel 3.6 menunjukan hasil identifikasi faktor penghambat program
penanggulangan Tuberculosis di Puskesmas berdasarkan sumber daya manusia, terdapat
6 artikel yang menggambarkan faktor penghambat program penanggulangan Tuberculosis
di Puskesmas berdasarkan beban kerja sumber daya manusia.
Hal ini dapat diinformasikan bahwa tenaga yang memiliki pekerjaan rangkap
membuat beban kerja semakin meningkat, karena semakin banyak pekerjaan yang
diberikan makan semakin berat pula beban kerja yang dirasakan. Hal ini sejalan dengan
Aan (2020) dikarenakan petugas melakukan pekerjaan rangkap sehingga beban kerja
menjadi meningkat sehingga mengakibatkan tidak maksimalnya pelayanan yang
dilakukan yang seharusnya, sehingga capaian indikator tidak mencapai target karena
terjadi ketidak efisiensi waktu, biaya, dan tempat.
3. Faktor Penghambat Program Penanggulangan Tuberculosis di Puskesmas
Berdasarkan Pelatihan Sumber Daya Manusia
Tabel 7 Faktor Penghambat Program Penanggulangan Tuberculosis di
Puskesmas Berdasarkan Pelatihan Sumber Daya Manusia
No
Peneliti
Judul
1.
Damanik
(Damanik,
2019)
Analisis
Pelaksanaan
Strategi Directly
Observed
Treatment
Shortcourse
(Dots) Dalam
Program
Volume 2, Nomor 8, Agustus 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
867 http://sosains.greenvest.co.id
No
Peneliti
Judul
Penanggulangan
TB Di Puseksmas
Bromo
Kecamatan
Medan Denai
Tahun 2018
2.
Chomaerah
(Chomaerah,
2020)
Program
Pencegahan dan
Penanggulangan
Tuberculosis di
Puskesmas
Dari data Tabel 7 menunjukan hasil identifikasi faktor penghambat program
penanggulangan Tuberculosis di Puskesmas berdasarkan sumber daya manusia, terdapat
2 artikel yang menggambarkan faktor penghambat program penanggulangan Tuberculosis
di Puskesmas berdasarkan pelatihan sumber daya manusia. Hal ini dapat diinformasikan
bahwa pelatihan berfungsi untuk memberikan bekal keterampilan pada saat yang tepat
guna mendukung tugas-tugas dalam suatu organisasi sehingga tercapai tujuan dan sasaran
yang telah ditentukan. Pelatihan merupakan salah satu upaya peningkatan sumber daya
manusia dengan cara meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan petugas dalam
rangka meningkatkan kompetensi dan kinerja petugas Tuberculosis.
Menurut Kementerian Kesehatan Tahun 2016, konsep pelatihan dalam program
Tuberculosis yaitu pelatihan dalam tugas (in service training), berupa aspek klinis
maupun aspek manajemen program seperti pelatihan penyegaran, yaitu pelatihan formal
yang dilakukan terhadap peserta yang telah mengikuti pelatihan sebelumnya minimal 5
tahun atau ada up-date materi, dan On the job training (pelatihan ditempat
tugas/refresher), yaitu telah mengikuti pelatihan sebelumnya tetapi masih ditemukan
masalah dalam kinerjanya, dan cukup diatasi hanya dengan dilakukan supervisi. Hal ini
sejalan Clara et al. (2019) menjelaskan bahwa kurangnya pelatihan bagi tenaga kesehatan
menyebabkan terhambatnya pelaksanaan program dikarenakan kurangnya kompeten dan
kurangnya pengetahuan sehingga saat melakukan pekerjaan belum optimal. Pada
penelitian Faradis dan Indarjo (2018) menjelaskan bahwa kurangnya pelatihan
menyebabkan terhambatnya program. Pelatihan merupakan upaya penting dalam rangka
meningkatkan mutu dan kinerja petugas.
C. Faktor Penghambat Program Penanggulangan Tuberculosis Berdasarkan
Dana
Tabel 3. 8 Faktor Penghambat Program Penanggulangan Tuberculosis Berdasarkan
Dana
No
Penulis
Judul
Hasil dan Temuan Data Sesuai Topik
1.
Pitaloka dan
Nur Siyam
(Pitaloka &
Siyam, 2018)
Penerapan Empat
Pilar Program
Pencegahan dan
Pengendalian
Infeksi
Tuberculosis Paru
Keterlambatan dalam pendanaan sering
terjadi sehingga harus menggunakan
dana cadangan namun belum mencukupi
untuk semua kegiatan.
2.
Deswinda et
Evaluasi
keterbatasan anggaran dari pemerintah
Literature Review: Analisis Faktor Penghambat
Program Penanggulangan Tuberculosis di Puskesmas
2022
Rifka Noviyanti, Agus Aan Adriansyah 868
No
Penulis
Judul
Hasil dan Temuan Data Sesuai Topik
al., (Deswinda
et al., 2019)
Penanggulangan
Tuberkulosis Paru
di Puskesmas
dalam Penemuan
Penderita
Tuberkulosis Paru
di Kabupaten
Sijunjung
daerah serta pembiayaan program
Tuberculosis bergabung dengan program
lainnya.
3.
Faizah dan
Bambang Budi
Raharjo (2019)
Penanggulangan
Tuberculosis Paru
dengan Strategi
DOTS (Directly
Observed
Treatment Short
course)
Dana yang tersedia untuk
penanggulangan Tuberculosis masih
sangat terbatas, sedangkan kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan banyak.
4.
Novfattra et
al.,(Novfattra
et al., 2019)
Analisis
Implementasi
Kebijakan
Tentang Gerakan
Nagari Peduli
Tuberkolosis Di
Kenagarian
Magek
Kecamatan
Kamang Magek
Kabupaten Agam
Tahun 2018
Dana untuk mendukung pelaksanaan
kegiatan Tuberculosis dalam bentuk
(dana insentif dan dana tranportasi
kader) dalam menjalankan kegiatan
tidak tersedia alokasi dana untuk
pelaksanaan kebijakan.
5.
Zarwita et
al.,(Zarwita et
al., 2019)
Analisis
Implementasi
Penemuan Pasien
TB Paru dalam
Program
Penanggulangan
TB Paru di
Puskesmas Balai
Selasa
Dana yang tersedia belum dianggarkan
untuk kegiatan penemuan penderita
Tuberculosis Paru seperti sweeping.
6.
Damanik
(Damanik,
2019)
Analisis
Pelaksanaan
Strategi Directly
Observed
Treatment
Shortcourse
(Dots) Dalam
Program
Penanggulangan
TB Di Puseksmas
Bromo
Kecamatan
Medan Denai
Anggaran untuk program TB yang
berasal APBD dirasa belum cukup untuk
mendanai seluruh kegiatan yang
diperlukan.
Volume 2, Nomor 8, Agustus 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
869 http://sosains.greenvest.co.id
No
Penulis
Judul
Hasil dan Temuan Data Sesuai Topik
Tahun 2018
7.
Chomaerah
(Chomaerah,
2020)
Program
Pencegahan dan
Penanggulangan
Tuberculosis di
Puskesmas
Tidak ada dana yang diberikan oleh
pemegang program Tuberculosis kepada
gasurkes dan kader Tuberculosis.
8.
Putri et
al.,(Putri et al.,
2020)
Evaluasi
Pelaksanaan
Program
Penanggulangan
Tuberkulosis Paru
(P2tb) Di
Puskesmas
Bandarharjo Kota
Semarang
Tidak semua kegiatan tercakup dana
yang diberikan
9.
Ulfa dan
Mardiana
(Ulfa &
Mardiana,
2021)
Implementasi
Penemuan Kasus
TB Paru dalam
Penanggulangan
Tuberculosis di
Puskesmas
Karangmalang
kota Semarang
a. Sumber dana berasal dari Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK).
b. Dana program penanggulangan
Tuberculosis khususnya penemuan
kasus masih minim dan belum
memadai
10.
Wilis et
al.,(Wilis et
al., 2021)
Analisis
Pelaksanaan
Program
Penanggulangan
Tuberculosis Paru
Di Puskesmas
Purwoyoso Kota
Semarang
Dana belum mencakup seluruh kegiatan
program TB. Dana hibah nasional global
fund tidak diberikan secara pasti
11.
Indriyani et
al.,(Indriyani
et al., 2021)
Analisis
Pelaksanaan
Program
Tuberculosis Di
Puskesmas
Harapan Raya
Kota Pekanbaru
a. Belum ada dana tersendiri untuk
pelaksanaan program Tuberculosis.
b. Sumber dana dari BOK dan dana
untuk menangani program tersebut
masih kurang mencukupi.
Dari data Tabel 8 menunjukan hasil identifikasi faktor penghambat program
penanggulangan Tuberculosis di Puskesmas berdasarkan dana, terdapat 11 artikel yang
menggambarkan faktor penghambat program penanggulangan Tuberculosis di Puskesmas
berdasarkan dana. Berdasarkan tabel diatas didapatkan 7 artikel yang membahas
keterbatasan dana, 3 artikel yang membahas tidak tersedianta dana untuk program
Tuberculosis, dan 1 artikel membahas tentang keterlambatan dalam hal pendanaan
program Tuberculosis. Sebagian besar dana di dapatkan dari dana BOK (Bantuan
Operasional Kesehatan). Hal ini dapat diinformasikan bahwa dana merupakan faktor
penghambat keberlangsungan program, dikarenakan dana merupakan faktor penunjang
Literature Review: Analisis Faktor Penghambat
Program Penanggulangan Tuberculosis di Puskesmas
2022
Rifka Noviyanti, Agus Aan Adriansyah 870
dalam mendukung kegiatan program penanggulangan Tuberculosis di Puskesmas,
sehingga jika program menjadi terhambat apabila dana yang dibutuhkan tidak tersedia.
Hal ini sejalan dengan Faradis dan Indarjo (Faradis & Indarjo, 2018) dapat
berpengaruh pada pelaksanaan program sebab, semakin sedikit dana yang tersedia maka
program akan berjalan semakin lambat dan tidak ada kemajuan. Pada penelitian
Marhamah et al.(2022) menjelaskan bahwa dana merupakan faktor penghambat
penanggulangan Tuberculosis dikarenakan dana yang diterima kurang untuk memenuhi
pelaksanaan program. Menurut Azwar (2010) anggaran disebut cukup apabila anggaran
yang digunakan dapat mencapai sasaran sesuai perencanaan dan bermanfaat pada
program tersebut. Kecukupan anggaran dapat dianalisis pada tahap perencanaan.
Sehingga untuk mengetahui kecukupan anggaran program Tuberculosis di Puskesmas
maka diperlukan analisis manfaat dan ketepatan biaya. Berdasarkan kementrian
pendanaan untuk program Tuberculosis berasal dari APBN (Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara), BOK (Bantuan Operasional Kesehatan), APBD (Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah), dan dana hibah.
D. Prespektif/Rekomendasi Penulis
Rekomendasi yang dapat diberikan oleh penulis dalam literature review ini yaitu:
1. Hasil penelitian yang menjelaskan faktor penghambat program penanggulangan
Tuberculosis di Puskesmas berdasarkan sarana yaitu sebagian besar kurangnya
dalam hal media promosi, sehingga para pemegang program Tuberculosis perlu
menambahkan sarana yang diperlukan dalam melakukan promosi.
2. Hasil penelitian yang menjelaskan faktor penghambat program penanggulangan
Tuberculosis di Puskesmas berdasarkan prasarana yaitu letak poli Tuberculosis
belum optimal dikarenakan letaknya bergabung dengan poli lainnya, sehingga
pemegang program Tuberculosis perlu mengusulkan untuk pemindahan ruangan
poli Tuberculosis.
3. Hasil penelitian yang menjelaskan faktor penghambat program penanggulangan
Tuberculosis di Puskesmas berdasarkan kuantitas sumber daya manusia yaitu
kurangnya tenaga kesehatan untuk program penanggulangan Tuberculosis di
Puskesmas, sehingga pemegang program penanggulangan Tuberculosis perlu
menambah tenaga kesehatan untuk program Tuberculosis.
4. Hasil penelitian yang menjelaskan faktor penghambat program penanggulangan
Tuberculosis di Puskesmas berdasarkan beban kerja sumber daya manusia yaitu
tenaga kesehatan banyak yang merangkap tugas, sehingga petugas program
Tuberculosis perlu fokus akan tugasnya untuk program Tuberculosis tidak
melakukan pekerjaan di poli lainnya dan Pimpinan Puskesmas perlu melakukan
analisis jabatan sebelum menempatkan petugas pada suatu jabatan, untuk melihat
besarnya beban kerja. .
5. Hasil penelitian yang menjelaskan faktor penghambat program penanggulangan
Tuberculosis di Puskesmas berdasarkan pelatihan sumber daya manusia yaitu
tidak adanya pelatihan untuk petugas program penanggulangan Tuberculosis,
sehingga pemegang pimpinan Puskesmas perlu memberikan pelatihan kepada
pemegang program minimal satu tahun sekali.
Hasil penelitian yang menjelaskan faktor penghambat program penanggulangan
Tuberculosis di Puskesmas berdasarkan dana yaitu keterbatasan dana untuk program
penanggulangan Tuberculosis, sehingga Puskemas perlu meningkatkan komitmen melalui
kerjasama dalam hal pendanaan dengan pihak-pihak terkait baik instansi pemerintah
Volume 2, Nomor 8, Agustus 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
871 http://sosains.greenvest.co.id
ataupun swasta agar pelaksanaan penanggulangan Tuberculosis berjalan dengan
maksimal.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil identifikasi dan telaah beberapa artikel atau penelitian lain
terkait faktor penghambat program penanggulangan Tuberculosis di Puskesmas, dapat
disimpulkan bahwa; Faktor penghambat program penanggulangan Tuberculosis di
puskesmas berdasarkan sarana dan prasarana sebagian besar dikarenakan kurangnya alat
pemeriksaan dahak dan ruangan poli Tuberculosis tidak optimal dikarenakan ruangan
bergabung dengan poli lainnya. Faktor penghambat berdasarkan sumber daya manusia,
meliputi kurangnya jumlah tenaga kesehatan program penanggulangan Tuberculosis,
banyaknya petugas kesehatan yang melakuka rangkap tugas sehingga menyebabkan
beban kerja yang berat, dan petugas program penanggulangan Tuberculosis belum
melakukan pelatihan. Faktor penghambat berdasarkan dana meliputi, keterbatasan
anggaran yang digunakan untuk program penanggulangan Tuberculosis di Puskesmas,
sebagian besar dana berasal dari dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan).
BIBLIOGRAFI
Aan, Subekti. (2020). Analisis Faktor-Faktor Kendala Di Dalam Penyelenggaraan
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di UPT Puskesmas Palenggaan Pada
Dinas Kesehatan Kabupaten Pamekasan. Paper Knowledge . Toward a Media
History of Documents.
Abraham, Royke. (2018). Implementasi Kebijakan Penanggulangan Penyakit
Tuberkulosis di Puskemas Kamonji Kota Palu. Katalogis, 6(5), 118123.
Artyasari, Addela Sekar Pramesthi, Surjoputro, Antono, & Budiyanti, Rani Tiyas. (2021).
Pelaksanaan Program Intervensi Pada Penyakit Hipertensi di Puskesmas Purwoyoso
Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 9(3), 394401.
Bibu, Oktaviana. (2019). Kualitas Pelayanan Rawat Inap Puskesmas Dinoyo Kota
Malang. 8(3), 153.
Calista, silvia, Retno Sunu Astuti, & Kristanto, dan Yuliana. (2021). Analisis Daya
Dukung Pelayanan Antenatal Terpadu Di Puskesmas Tlogosari Wetan Kota
Semarang. Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, (1), 117.
Chomaerah, Siti. (2020). Program Pencegahan Dan Penanggulangan Tuberkulosis Di
Puskesmas. Higeia Journal of Public Health Research and Development, 4(3), 398
410.
Clara, Karwur Regina, Engkeng, Sulaemana, Malonda, Nancy S. H., Kesehatan, Fakultas,
Universitas, Masyarakat, & Ratulangi, Sam. (2019). Analisis Pelaksanaan Program
Promosi Kesehatan Tentang Penyuluhan Asi Eksklusif Di Desa Kolongan
Kabupaten Minahasa Utara. Kesmas, 8(7), 18.
Damanik, Balqis Nurmaulik. (2019). Analisis Pelaksanaan Strategi Directly Observed
Treatment Shortcourse (DOTS) dalam Program Penanggulangan TB di Puskesmas
Bromo Kecamatan Medan Denai Tahun 2018.
Darmansyah. (2021). Analisis Pelaksanaan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan
Keluarga (PIS-PK) Pada Puskesmas di Kabupaten Nagan Raya. Jurnal SAGO: Gizi
Dan Kesehatan, 3(1), 8594.
Deswinda, Rasyid, Roswita, & Firdawati. (2019). Evaluasi Penanggulangan Tuberkulosis
Paru di Puskesmas dalam Penemuan Penderita Tuberkulosis Paru di Kabupaten
Sijunjung. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(2), 211.
https://doi.org/10.25077/jka.v8.i2.p211-219.2019
Dewi, Seri, Damsar, & Azwar. (2019). Analisis Kendala Implementasi Program
Penanggulangan Tuberkulosis Di Kecamatan Meralkabupaten Karimun. Jurnal Ilmu
Literature Review: Analisis Faktor Penghambat
Program Penanggulangan Tuberculosis di Puskesmas
2022
Rifka Noviyanti, Agus Aan Adriansyah 872
Sosial Dan Ilmu Politik, 9(1), 20152019.
Ellong, TD. Abeng. (2018). Manajemen Sarana dan Prasarana di Lembaga Pendidikan
Islam. Jurnal Ilmiah Iqra’, 11(1). https://doi.org/10.30984/jii.v11i1.574
Faizah, Isna Lutfiyatul, & Raharjo, Bambang Budi. (2019). Penanggulangan Tuberkulosis
Paru dengan Strategi DOTS ( Directly Observed Treatment Short course ).
Kesehatan Masyarakat, 3(3), 430441.
Faradillah, Misnaniarti, Rizma Adlia Syakurah, & Ella Amalia. (2021). Determinan
Keberhasilan Pengobatan Pada Pasien Tuberkulosis Di Wilayah Kabupaten Muara
Enim. Prepotif : Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(1), 3546.
https://doi.org/10.31004/prepotif.v5i1.1245
Faradis, Naili Akrima, & Indarjo, Sofwan. (2018). Implementasi Kebijakan Permenkes
Nomor 67 Tahun 2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis. HIGEIA (Journal of
Public Health Research and Development), 2(2), 307319.
https://doi.org/10.15294/higeia.v2i2.21291
Hendri, Muhammad, Rasyid, Rosyfita, & Suryadi, Deni Hendra. (2021). Analisis Upaya
Penemuan Kasus Tuberkulosis Anak Di Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2019.
Jurnal Human Care, 6(1), 182191.
Inayah, Samhatul, & Wahyono, Bambang. (2019). Penanggulangan Tuberkulosis Paru
dengan Strategi DOTS. Higeia J Public Heal Res Dev, 3(2), 223233.
Indriyani, Okti, Yanthi, Dami, & Sando, Welly. (2021). Media Kesmas ( Public Health
Media ). 1, 263272.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Laporan Nasional Riskesdas. Badan
Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, p. 198. Jakarta: Kemenkes.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Profil Kesehatan Indonesia 2020. In
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2022). Annual Report - Stop TB
Partnership Indonesia.
Khikmah, Akhidatul, & Winarno, Mashuri Eko. (2019). Survei Sarna dan Prasarana
Pendidikan Jasmani di Madrasah Tsanawiyah (Mts) Se-Kecatan Ganjig Tahun 2017.
Indonesia Journal of Sport and Physical Education, 1(1), 1219.
Komalasari, Wiwid, & Indrawati, Fitri. (2020). Penatalaksanaan Program Pengendalian
Tuberkulosis Multi Drug Resistant. Higeia Journal of Public Health Research and
Development, 4(Special 4), 887897.
Lestari, Ita Puji, Widagdo, Laksmono, & Adi, Sakundarno. (2019). Pengendalian
Tuberkulosis di Puskesmas Wilayah Kabupaten Magelang. Jurnal ProHelath, 1(2),
16.
Marhamah, FS, Zakiyuddin, Maisyaroh, Siti, & Yarmaliza. (2022). Evaluasi Pelaksanaan
Program Penanggulangan Tuberculosis Paru (P2TB) di Puskesmas Ie Mirah
Kecamatan Babarot Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2020. Jurnal Jurmakes, 2,
133147.
Novfattra, Hardisman, & Semiarty, Rima. (2019). Analisis Implementasi Kebijakan
Tentang Gerakan Nagari Peduli Tuberkolosis Di Kenagarian Magek Kecamatan
Kamang Magek Kabupaten Agam Tahun 2018. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(2),
331. https://doi.org/10.25077/jka.v8i2.1009
Pitaloka, Winda, & Siyam, Nur. (2018). Penerapan Empat Pilar Program Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Tuberkulosis Paru. Higeia Journal of Public Health Research
and Development, 1(3), 8494.
Putri, Farida Arisalah, Suryawati, Chriswardani, & Kusumastuti, Wulan. (2020). Evaluasi
Pelaksanaan Program Penanggulangan Tuberkulosis Paru ( P2Tb ) Di Puskesmas
Bandarharjo Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(3), 311322.
Volume 2, Nomor 8, Agustus 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
873 http://sosains.greenvest.co.id
Rosiska, Mimi, Machmud, Rizanda, & Yeni, Fitra. (2018). Pelaksanaan Program
Pengendalian TB dengan Menggunakan Strategi DOTS di Puskesms Siulak Mukai
Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci. Jurnal Kesehatan Medika Saintika Volume,
10(2), 1124.
Ruba, Y. E., Joko, T., & Budiyono, B. (2021). Faktor Pendukung dan Penghambat
Program Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di Wilayah Kerja Puskesmas
MaronggelaFaktor Pendukung dan Penghambat Program Stop Buang Air Besar
Sembarangan (BABS) di Wilayah Kerja Puskesmas Maronggela Kecamatan Riung
Bara. Jurnal Riset Kesehatan …, 111.
Sany Mufti’ah, Wilda, Syari, Wirda, & Dwimawati, Eny. (2021). Gambaran Pelaksanaan
Program Tb Paru Di Puskesmas Gang Kelor Kota Bogor Tahun 2019-2020.
Promotor, 4(4), 395. https://doi.org/10.32832/pro.v4i4.5606
Suhbah, Wulan Dendy Alviana, Suryawati, Chriswardani, & Kusumastuti, Wulan.
(2019). Evaluasi Pelaksanaan Program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak
Menular (Posbindu Ptm) Puskesmas Sukolilo I Kabupaten Pati. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal), 7(4), 647657.
Ulfa, Siti Lutfiyah, & Mardiana. (2021). Implementasi Penemuan Kasus TB Paru dalam
Penanggulangan Tuberkulosis di Puskesmas Karangmalang Kota Semarang.
Indonesian Journal of Public Health and Nutrition, 1(1), 3141.
WHO Global Tuberculosis Report. (2020).
Wilis, Nahari Ratu Cempaka, Warsono, Hardi, & Adi, M. Sakundaro. (2021). Analisis
Pelaksanaan Program Penanggulangan Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Purwoyoso
Kota Semarang. Visikes Jurnal Kesehatan, 20(1), 127137.
Zarwita, Deri, Rasyid, Rosfita, & Abdiana. (2019). Analisis Implementasi Penemuan
Pasien TB Paru dalam. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(3), 689699.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License.