Volume 2, Nomor 8, Agustus 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
956 http://sosains.greenvest.co.id
hasil penelitian Ammah & Fanida (2016) partisipasi petugas dalam menerapkan e-health
masih kurang tepat karena e-health dioperasikan secara manual sehingga tetap
menimbulkan antrean pada fasilitas pelayanan kesehatan.
Masyarakat pada dasarnya mengaku puas dengan keberadaan e-health, namun
dalam penelitian Marshela (2016) dan Putri (2016) menunjukkan bahwa hampir semua
masyarakat belum dapat memanfaatkan e-health sebaik mungkin dengan
mengoperasikanya secara mandiri. Selain masyarakat dengan lansia, masyarakat dengan
usia produktif cenderung malas untuk beradaptasi dengan keberadaan e-health.
Masyarakat selalu meminta bantuan petugas untuk mendapatkan nomor antrean, sehingga
e-health tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
6. Perspektif dan rekomendasi penerapan E-Health di fasilitas pelayanan
kesehatan Kota Surabaya
E-health pada beberapa lokasi di Kota Surabaya masih belum seutuhnya
dilaksanakan sebagaimana mestinya. Ammah & Fanida (2016) e-health tidak digunakan
langsung oleh masyarakat namun dioperasikan oleh petugas yang hanya digunakan
sebatas print out nomor antrean. Masyarakat tetap melakukan antre secara manual
sehingga tumpukan pasien masih sering dijumpai. E-health sebagai alat bantu untuk
mengurai antrean harusnya dapat digunakan secara maksimal dengan mandiri oleh
masyarakat dengan arahan petugas, sosialisasi secara maksimal dan dengan inovasi harus
dilakukan guna mengedukasi masyarakat bahwa e-health dapat diakses pula dari rumah
secara online. E-health yang tidak digunakan sebagaimana fungsinya tentu tidak
berfungsi sebagaimana mestinya, hal tersebut bertolak belakang dengan sejarah e-health
yang diharapkan dapat mengurai antrean pada fasilitas pelayanan kesehatan. Penggunaan
e-health digunakan pada 65 fasilitas pelayanan kesehatan di Kota Surabaya, 63 di
puskesmas dan 2 rumah sakit. Dinas Kesehatan Kota Surabaya (2019) terdapat 37 rumah
sakit umum dan khusus yang ada di Kota Surabaya, e-health sebagai alat bantu antrean
akan lebih optimal penggunaanya apabila lebih tersebar diseluruh faskes di Kota
Surabaya.
Indikator yang berkaitan dengan nomor antrean menunjukkan bahwa e-health
telah berjalan sebagaimana fungsinya, namun terdapat beberapa hal yang perlu
dimaksimalkan seperti penggunaan e-health agar digunakan secara mandiri oleh
masyarakat dan petugas sebagai pendamping. Prasarana pada e-health di fasilitas
pelayanan kesehatan juga perlu ditingkatkan karna terdapat ketidakmerataan kelengkapan
sarana di fasilitas pelayanan kesehatan. Kepuasan penggunaan pada e-health merupakan
salah satu indikator penting dalam e-health. E-health memberikan kepuasan karena
membantu petugas serta masyarakat dalam mendapatkan dan memberikan pelayanan,
namun pada penelitian terdahulu yang diambil dalam skripsi tidak terdapat data riil yang
menunjukkan jumlah kepuasan atau penurunan kepuasan penggunaan e-health tetapi
hanya penjelasan secara deskriptif.
E-health merupakan inovasi pemerintah Kota Surabaya berbasis elektronik yang
memudahkan masyarakat untuk diakses secara efisien, namun hal tersebut membuat
beberapa elemen masyarakat kesulitan untuk menggunakanya seperti kelompok lansia
dan masyarakat yang tidak mau belajar akan perkembangan teknologi. Petugas
pendamping e-health mengambil peran penting untuk kelompok masyarakat tersebut.
Sosialisasi penggunaan e-health juga perlu lebih digalakkan secara menyeluruh kepada
masyarakat. Petugas faskes dapat membuat inovasi metode sosialisasi yang lebih menarik
atau membuat kuis diakhir kegiatan.
E-health berdampak baik pada antrean di faskes. E-health dapat memangkas
jumlah antrean di loket pendaftaran, namun masih ditemui di beberapa faskes e-health