1070 http://sosains.greenvest.co.id
JURNAL
SOSAINS
JURNAL SOSIAL DAN SAINS
VOLUME 2 NOMOR 9 2022
P-ISSN 2774-7018, E-ISSN 2774-700X
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI KERJA
TERHADAP KINERJA PEGAWAI
DI PUSKESMAS WONOKROMO SURABAYA
Ratu Sylvia Salsabillah Ashanda Putri
1
, Satriya Wijaya
2
12
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, Indonesia
ratusylvia012.km18@student.unusa.ac.id
1
, swijaya7@unusa.ac.id
2
Kata Kunci:
Kinerja pegawai,
Motivasi kerja,
Gaya
kepemimpinan,
Sumber Daya
Manusia
Keywords:
Employee
Performance,
Work Motivation,
Leadership Style,
Human Resources
ABSTRAK
Latar Belakang: Pegawai merupakan SDM yang dapat dimanfaatkan oleh seorang
pemimpin mencapai tujuan organisasi. Akan tetapi masih ditemukan beberapa
pegawainya yang kinerjanya kurang baik seperti tidak menaati peraturan cara berpakaian
dan disiplin waktu yang dapat berdampak pada kuantitas, kualitas kerja pegawai
tersebut. Untuk itu seorang pemimpin harus memiliki gaya kepemimpinan yang baik
untuk meningkatkan motivasi pegawai agar menimbulkan kinerja baik untuk mencapai
tujuan instansi.
Tujuan: Tujuan penelitian ini yaitu Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja
terhadap Kinerja Pegawai di Puskesmas Wonokromo Surabaya.
Metode : Penelitian ini merupakan deskriptif kuantitatif, desain cross sectional.
Populasi yaitu 38 pegawai, sampel penelitian ini sebanyak 38 pegawai, penentuan
sampel dengan Non Probability Sampling dan pengambilan sampel memakai teknik
sampling jenuh.
Hasil :. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden sangat sesuai 92,1%
dengan gaya kepemimpinan demokratis dan memiliki tingkat motivasi kerja tinggi
55,3%. hasil uji silang antara gaya kepemimpinan dengan kinerja diperoleh 44,7% yang
berarti semakin sesuai gaya kepemimpinan maka semakin baik juga kinerja pegawainya.
Hasil uji silang antara motivasi kerja dengan kinerja diperoleh 44,7% yang berarti
semakin tinggi motivasi pegawai maka semakin baik juga kinerja yang dilakukan oleh
pegawai tersebut.
Kesimpulan :Simpulan penelitian ini yaitu terdapat pengaruh antara gaya
kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai di Puskesmas
Wonokrokomo Surabaya. Saran untuk puskesmas, diharapkan pimpinan selalu menjaga
dan meningkatkan gaya kepemimpinan yang selama ini diterapkan, dengan demikian
para pegawai bisa meningkatkan kinerjanya agar lebih baik dari yang sebelum-
sebelumnya
ABSTRACT
Background: Employees are human resources that can be utilized by a leader to achieve
organizational goals. However, there are still some employees whose performance is
not good, such as not obeying the rules of dress code and time discipline which can have
an impact on the quantity and quality of the employee's work. For that a leader must
have a good leadership style to increase employee motivation in order to lead to good
performance to achieve agency goals..
Objective: The purpose of this study is the influence of leadership style and work
motivation on employee performance at the Wonokromo Health Center Surabaya.
Volume 2, Nomor 9, September 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1071 http://sosains.greenvest.co.id
Methods: This research is a quantitative descriptive, cross sectional design. The
population is 38 employees, the sample of this research is 38 employees, the
determination of the sample by Non Probability Sampling and sampling using saturated
sampling technique.
Results:. The results of this study indicate that most of the respondents are very suitable
92.1% with democratic leadership style and have a high level of work motivation 55.3%.
The results of the cross-test between leadership style and performance obtained 44.7%,
which means that the more appropriate the leadership style, the better the employee's
performance. The results of the cross-test between work motivation and performance
obtained 44.7%, which means the higher the employee's motivation, the better the
performance of the employee..
Conclusion: The conclusion of this study is that there is an influence between leadership
style and work motivation on employee performance at the Wonokroko Health Center
Surabaya. Suggestions for puskesmas, it is hoped that the leadership will always
maintain and improve the leadership style that has been applied so far, so that
employees can improve their performance to be better than before.
PENDAHULUAN
Setiap organisasi memiliki orang di dalamnya, baik organisasi yang berskala kecil
maupun besar, orang atau manusia merupakan unsur penting dalam menentukan apakah
sebuah organisasi dapat beroperasi sesuai dengan efektif dan efisiensi untuk mencapai
tujuan organisasi tersebut. Pada dasarnya, gagal atau suksesnya sebuah organisasi dalam
mencapai tujuannya sangat tergantung pada manusia yang mengelola organisasi tersebut.
Manusia atau pegawai yang berada dalam suatu organisasi biasanya disebut dengan
Sumber Daya Manusia atau SDM (Setiyati & Hikmawati, 2019).
Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang ada dalam organisasi
yang dapat dimanfaatkan pemimpin untuk pencapaian tujuan organisasi. Pegawai
merupakan sumber daya manusia yang dapat dimanfaatkan oleh seorang pemimpin dalam
mencapai tujuan organisasi. Untuk itu, sangat penting bagi seorang pemimpin untuk dapat
menggunakan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan organisasi, dalam upayanya untuk
meningkatkan motivasi kerja pegawai, yang berpengaruh terhadap kinerja pegawai untuk
mendukung pencapaian tujuan organisasi (Dalimunthe, 2018)
Menurut (Khairizah, 2015) mengungkapkan bahwa keberadaan seorang pemimpin
dalam organisasi dibutuhkan untuk membawa organisasi kepada tujuan yang telah
ditetapkan. Pemimpin biasanya menerapkan gaya kepemimpinan tertentu untuk
mempengaruhi kinerja bawahannya. Menurut (Hasibuan, 2016) gaya kepemimpinan
adalah cara seorang pemimpin memengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja sama
secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Gaya kepemimpinan yang ditujukan
seorang pemimpin untuk memberikan arahan kepada bawahan merupakan hal penting lain
yang harus dipahami oleh seorang pemimpin.
Menurut (Thoha, 2016) motivasi merupakan salah satu unsur pokok dalam perilaku
seseorang. Seseorang akan dapat melakukan kegiatan apabila ada keinginan yang timbul
dari dalam diri orang tersebut. Perilaku manusia itu pada hakikatnya adalah berorientasi
pada tujuan yang berarti bahwa perilaku seseorang itu pada umumnya didukung oleh
keinginan untuk mencapai beberapa tujuan. Bagi seorang pimpinan perlu untuk mengetahui
keinginan serta kebutuhan pegawainya yang mengundangnya untuk mau mengerjakan
suatu aktivitas tertentu. Seorang pimpinan harus dapat mengetahui unsur-unsur motivasi
yang ada pada diri pegawainya dan dapat memenuhi kebutuhan tersebut agar pegawai dapat
termotivasi untuk mau bekerja yang nantinya akan dapat tercapainya tujuan organisasi.
Melaksanakan sasaran kerja dan program kerja organisasi atau instansi yang telah
disusun pada dasarnya digunakan untuk mewujudkan keberhasilan tujuan organisasi atau
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Pegawai Di Puskesmas Wonokromo
Surabaya
2022
Ratu Sylvia Salsabillah Ashanda Putri, Satriya Wijaya 1072
instansi. Salah satu cara untuk mewujudkan keberhasilan tujuan organisasi atau instansi
yaitu dengan meningkatkan kualitas serta kuantitas kinerja pegawai yang ada di dalam
organisasi atau instansi tersebut. Kinerja pada dasarnya merupakan usaha yang dilakukan
dari hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
organisasi atau instansi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing
dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar
hukum, dan sesuai dengan moral maupun etika (Hamdani & Nurjanah, 2014).
Beberapa penelitian yang dilakukan di Indonesia, termasuk penelitian yang
dilakukan oleh (Fazira & Mirani, 2019) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai” mengatakan bahwa adanya pengaruh yang
signifikan antara kepemimpinan terhadap kinerja pegawai. Menurut (Irfan Rizka Akbar,
Prasetiyani, & Nariah, 2020) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Motivasi
terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Unggul Abadi Di Jakarta” mengatakan bahwa
Motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan dengan nilai
persamaan regresi Y = 10,945 + 0,799X, dan nilai koefisien korelasi 0,767 atau memiliki
tingkat hubungan yang kuat dengan nilai determinasi 58,9%.
Berdasarkan wawancara dengan pihak Puskesmas Wonokromo Surabaya bahwa
masih terdapat beberapa pegawai yang kinerjanya kurang baik seperti tidak menaati
peraturan tentang berpakaian saat bekerja dan masih ada yang tidak disiplin waktu terkait
jam kerja saat datang maupun saat pulang hal ini dapat berdampak pada kuantitas kerja
pegawai tersebut, untuk menanggapi hal itu kepala Puskesmas melakukan tindakan teguran
dan apabila masih dilakukan lebih dari dua kali maka akan diberikan surat pernyataan untuk
pegawai yang melanggarnya. Hal tersebut mampu meningkatkan kinerja pegawai agar
lebih baik dalam bekerja dan taat terhadap peraturan yang telah dibuat serta mempunyai
rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap pekerjaannya. (Wanasaputra & Dewi, 2017)
menjelaskan bahwa kinerja yang menyebabkan tidak maksimal dan membuat tujuan usaha
tidak tercapai karena tidak ada tanggung jawab dan keseriusan dalam bekerja pada masing-
masing anggota yang menyebabkan tujuan usaha tidak tercapai dan kinerja anggota
menjadi tidak maksimal. Anggota harus mempunyai tanggung jawab, keseriusan dan
komitmen yang sama untuk mencapai tujuan usaha dan prestasi kerja. Hal tersebut
membuat pegawai yang kinerjanya baik akan mendapatkan reward atau pujian dari Kepala
Puskesmas dan membuat rekan-rekan kerja lain termotivasi untuk meningkatkan kinerja
yang baik.
Mengingat pentingnya suatu konsep dalam progres suatu kualitas manajemen
sumber daya manusia di Puskesmas Wonokromo Surabaya, diharapkan pihak-pihak yang
berkepentingan mampu meningkatkan kinerja baik itu internal maupun eksternal Instansi.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Gaya
Kepemimpinan dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Pegawai di Puskesmas Wonokromo
Kota Surabaya.
Tujuan penelitian ini secara umum adalah menganalisis pengaruh gaya
kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai Puskesmas Wonokromo
Surabaya.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan menggunakan
pendekatan desain cross sectional. Penelitian deskriptif ini meliputi penyajian kesimpulan
melalui pemaparan statistik. Tujuan utama analisis tersebut adalah untuk memberikan
gambaran ilustrasi dan/atau ringkasan yang dapat membantu pembaca memahami jenis
variabel dan keterkaitannya (Tashakkori & Teddlie, 2010). Metode penelitian kuantitatif,
sebagaimana dikemukakan oleh (Sugiyono, 2016) yaitu metode penelitian yang
Volume 2, Nomor 9, September 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1073 http://sosains.greenvest.co.id
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau
sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian analisis data
bersifat kuantitatif/statistik. Cross sectional Notoadmojo adalah suatu penelitian untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time
approach) (Setia, 2016).
Pada penelitian ini pengumpulan data diperoleh melalui wawancara kemudian
memberikan lembar kuesioner kepada responden yang sebelumnya sudah menyetujui dan
bersedia menjadi responden pada penelitian ini. Pada saat pengumpulan data peneliti
menjelaskan waktu, tujuan, dan prosedur pelaksanaan kepada calon responden dan diminta
untuk menandatangani informed consent. Adapun teknik pengumpulan data primer yang
digunakan yaitu lembar kuesioner. Data yang diperoleh adalah data yang secara tidak
langsung atau data yang sudah tercatat di Puskesmas Wonokromo Surabaya seperti profil
puskesmas dan juga bisa berasal dari buku, artikel atau jurnal tertentu sesuai dengan objek
penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gaya Kepemimpinan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diinformasikan bahwa dari
keseluruhan responden memilih sangat sesuai pada gaya kepemimpinan di
Puskesmas Wonokromo Surabaya. Dari ketiga indikator variabel gaya
kepemimpinan tersebut keseluruhan memiliki masing-masing kategori sangat
sesuai.
Gaya kepemimpinan ini merupakan perilaku seorang pemimpin dalam
mempengaruhi pegawainya guna mencapai tujuan organisasi. Gaya
kepemimpinan seorang pemimpin sangat penting untuk memengaruhi
pegawainya agar meningkatkan kinerjanya dan memiliki motivasi yang tinggi
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu dibutuhkan
seorang pemimpin yang dapat bekerja sama dengan pegawainya dan mempunyai
sifat keterbukaan untuk memberikan ide atau saran kepada pegawainya.
1. Gaya kepemimpinan otoriter
Pada indikator gaya kepemimpinan otoriter sebagian besar responden
memilih cukup sesuai, pemimpin masih tertutup dikarenakan pemimpin tidak
menerima usulan/saran/ide bawahannya untuk menyelesaikan masalah. Hal
ini sejalan dengan (Hanafi, Almy, & Siregar, 2018) pada gaya kepemimpinan
otoriter, pemimpin tertutup dalam pengambilan keputusan dan kebijaksanaan
hanya ditetapkan sendiri oleh pimpinan, bawahan tidak diikutsertakan untuk
memberikan saran, ide, dan pertimbangan dalam proses pengambilan
keputusan. Lalu sisanya responden memilih sangat sesuai pada gaya
kepemimpinan otoriter ini, dari seluruh pegawai yang bekerja di Puskesmas
Wonokromo Surabaya cukup sesuai dengan gaya kepemimpinan otoriter.
Akan tetapi dampak negatif dari gaya kepemimpinan otoriter ini dapat
membuat pegawai hanya bergantung pada pemimpin dan tidak memiliki
motivasi dan inisiatif dalam bekerja. Hal ini juga sejalan dengan (Nawawi &
Martini, 2012) dampak negatif dari gaya kepemimpinan otoriter yaitu di
antaranya, a) karyawan hanya bergantung pada pemimpin sehingga menjadi
manusia penurut dan tidak memiliki inisiatif; b) ketika melakukan pekerjaan
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Pegawai Di Puskesmas Wonokromo
Surabaya
2022
Ratu Sylvia Salsabillah Ashanda Putri, Satriya Wijaya 1074
karyawan melakukannya dengan terpaksa dan berpura-pura karena sedang
diawasi; c) organisasi tidak berkembang secara dinamis karena pemimpin
kehabisan kreativitas dan inisiatif.
Menurut (Sari, 2016) pemimpin otokratis biasanya merasa bahwa
mereka mengetahui apa yang mereka inginkan dan cenderung
mengekspresikan kebutuhan-kebutuhan tersebut dalam bentuk perintah-
perintah langsung kepada bawahan. Dalam kepemimpinan otokrasi terjadi
adanya keketatan dalam pengawasan, sehingga sukar bagi bawahan dalam
memuaskan kebutuhan egoistisnya.
2. Gaya kepemimpinan demokratis
Menurut hasil penelitian ini menunjukkan bahwa indikator yang paling
dominan yaitu gaya kepemimpinan demokratis karena hampir seluruhnya
memilih kategori sangat sesuai. Pada gaya kepemimpinan Puskesmas
Wonokromo Surabaya memiliki gaya kepemimpinan demokratis dikarenakan
pemimpin dapat menghargai dan memuji pegawainya yang mempunyai
kinerja bagus, hal ini sangat penting bagi pegawai karena hubungan antara
pemimpin dan bawahannya terjalin baik yang akan dapat memengaruhi
pegawainya untuk selalu meningkatkan kinerja yang baik untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Hal ini sejalan dengan (Laliasa, Nur, & Tambunan, 2018) yang
menyatakan bahwa gaya kepemimpinan demokratis merupakan kemampuan
mempengaruhi untuk orang lain agar mau bekerja sama dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan
dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan. Gaya
kepemimpinan demokratis yaitu dalam pelaksanaan pekerjaan membuka
ruang untuk berkonsultasi dalam penyelesaian pekerjaan, dan bawahan
didorong untuk mengambil keputusan terkait penyelesaian pekerjaan.
Akan tetapi, terdapat kategori cukup sesuai dan kategori yang kurang
sesuai pada gaya kepemimpinan demokratis. Hal ini menunjukkan bahwa
kesesuaian gaya kepemimpinan demokratis terhadap kinerja pegawai masih
belum menyeluruh. Gaya kepemimpinan demokratis sangat berpengaruh
terhadap kinerja pegawai, menurut penelitian (Olla & Andriyani, 2017)
seorang pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang lebih menekankan
pada kerja kelompok sampai di tingkat bawah. Untuk mewujudkan hal
tersebut, pemimpin biasanya menunjukkan keterbukaan dan memberikan
kepercayaan yang tinggi pada bawahan, sehingga dalam proses pengambilan
keputusan dan penentuan target pemimpin selalu melibatkan bawahan. Dalam
hal ini pun, pola komunikasi yang terjadi adalah pola dua arah dengan
memberikan kebebasan kepada bawahan untuk mengungkapkan seluruh ide
ataupun permasalahan yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan.
Menurut (Yosua, 2018) mengatakan bahwa gaya kepemimpinan
demokratis pada umumnya berasumsi bahwa pendapat orang banyak lebih
baik dari pendapatnya sendiri dan adanya partisipasi akan menimbulkan
tanggung jawab bagi pelaksanaanya. Asumsi lain bahwa partisipasi
memberikan kesempatan kepada para anggota untuk mengembangkan diri
para karyawannya sehingga para karyawan dapat terus inovatif dan kreatif.
Volume 2, Nomor 9, September 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1075 http://sosains.greenvest.co.id
3. Gaya kepemimpinan kendali bebas
Pada indikator gaya kepemimpinan kendali bebas sebagian besar
responden memilih sangat sesuai dan beberapa memilih cukup sesuai. Pada
gaya kendali bebas ini pemimpin sepenuhnya menyerahkan tanggung jawab
pelaksanaan pekerjaan kepada pegawainya. Hal ini bahwa sebagian
responden memilih sangat sesuai dikarenakan pemimpin memberikan
kepercayaan kepada pegawai untuk menentukan hasil pekerjaanya.
Menurut Nawawi dan Martini (Nawawi & Martini, 2012) mengatakan
pada gaya kepemimpinan kendali bebas ini menunjukkan bahwa pemimpin
tidak berpatisipasi secara penuh, minimal sehingga karyawan diberikan
kebebasan penuh untuk mengambil suatu keputusan sehingga dalam diskusi
jarang menimbulkan komentar.
Sejalan dengan (Prayitno, 2018) Gaya kepemimpinan kendali bebas
adalah cara seorang pimpinan dalam menghadapi bawahannya dengan
memakai metode pemberian keleluasaan pada bawahan. Pada gaya
kepemimpinan bebas ini pemimpin memberikan kebebasan secara mutlak
kepada bawahannya sedangkan pemimpin sendiri hanya memainkan peranan
kecil, pemimpin memfungsikan dirinya sebagai penasihat yang dilakukan
dengan memberi kesempatan berkompromi atau bertanya bagi anggota
kelompok yang memerlukan.
Pada gaya kepemimpinan ini seorang pegawai memiliki kebebasan
penuh untuk pengambilan keputusan dan juga untuk menyelesaikan tugasnya,
oleh karena itu pada gaya kepemimpinan ini jarang menimbulkan komentar
saat diskusi. Pemimpinan memberikan kepercayaan sepenuhnya beserta
wewenang kepada pegawainya sehingga pemimpin tidak mengambil andil
dalam proses kepemimpinannya.
B. Motivasi Kerja
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diinformasikan bahwa dari
keseluruhan responden memilih tinggi, lalu beberapa responden memilih cukup
tinggi, dan rendah pada motivasi kerja di Puskesmas Wonokromo Surabaya.
Motivasi kerja di Puskesmas Wonokromo Surabaya terhadap kinerja pegawai
memiliki kategori tinggi. Ada beberapa yang membuat motivasi kerja pegawai
tinggi yaitu pegawai senang berinteraksi dengan setiap pegawai lain, pegawai
selalu mendapat umpan balik dari hasil yang telah dilakukannya, pegawai
bersedia melakukan setiap pekerjaan untuk meningkatkan posisinya,
penghargaan yang diberikan instansi mampu memotivasi pegawai dalam
bekerja.
1. Penghargaan
Pada motivasi kerja ini, pegawai selalu mendapat umpan balik dari hasil
yang telah dilakukannya, seperti pujian ataupun reward. Pada indikator ini
sebagian pegawai memiliki motivasi tinggi, hal ini mampu meningkatkan
motivasi pegawai agar lebih baik dalam bekerja dari sebelumnya karena
penghargaan sangat penting untuk meningkatkan kinerja pegawai dan
membantu untuk lebih fokus mencapai tujuan instansi yang telah ditetapkan.
Menurut (Prabu & Wijayanti, 2016) mengatakan dalam penelitiannya
penghargaan didasarkan pada asas keadilan dalam pemberiannya, apresiasi
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Pegawai Di Puskesmas Wonokromo
Surabaya
2022
Ratu Sylvia Salsabillah Ashanda Putri, Satriya Wijaya 1076
atas prestasi kerja yang diraih sudah tentu akan meningkatkan kinerja dalam
diri pegawai. Sehingga akan muncul dorongan atau motivasi dalam dirinya
untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, bersamaan dengan
penghargaan (reward) yang diterapkan oleh pihak perusahaan itu sendiri.
Sejalan dengan yang dikatakan oleh (Kasmir, 2014) reward adalah
ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan yang bertujuan agar seseorang
menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau meningkatkan
kinerja yang telah dicapai. Reward merupakan salah satu alat pengendalian
terpenting yang digunakan untuk membangkitkan semangat atau memotivasi
karyawannya dalam bertindak agar mencapai tujuan dan sasaran yang
diharapkan.
Menurut (Saleh & Mardiana, 2021) motivasi dalam hal ini tidak berarti
harus dalam bentuk materi saja tetapi bisa dalam bentuk penghargaan, pujian
dan sejenisnya. Perhatian kecil yang diberikan oleh seorang pimpinan juga
dapat menjadi motivasi untuk karyawannya sehingga mereka mampu
meningkatkan kinerja karyawan menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.
2. Kekuasaan
Pada indikator ini sebagian pegawai memiliki motivasi tinggi, beberapa
individu memiliki dorongan yang kuat dan berhasil. Pegawai tersebut lebih
berjuang untuk memperoleh pencapaian pribadi daripada memperoleh
penghargaan. Mereka memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu dengan
lebih baik atau lebih efisien. Hal itu dapat membantu untuk meningkatkan
kekuasaan dalam bekerja.
Menurut (Susanto, 2018) kebutuhan akan kekuasaan (nPow)
merupakan keinginan untuk memiliki pengaruh, menjadi yang berpengaruh,
dan mengendalikan individu lain. McClelland merinci bahwa seseorang yang
memiliki nPow tinggi, akan cenderung memiliki karakter bertanggung jawab,
berjuang untuk mempengaruhi individu lain, senang ditempatkan dalam
situasi kompetitif, dan berorientasi pada status sosial. Apabila dikaitkan
dengan pendidikan, kebutuhan kekuasaan akan dapat membuat suasana
belajar yang kompetitif. Hal ini sejalan dengan pendapat (Dany, 2016).
tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan individu
tersebut. Seseorang yang memiliki tingkat Kebutuhan Kekuasaan yang tinggi
cenderung berperilaku lebih tegas.
Menurut (Pinder, 2013) berpendapat bahwa motivasi kerja merupakan
seperangkat kekuatan baik yang berasal dari dalam diri maupun dari luar diri
seseorang yang mendorong untuk memulai berperilaku kerja, sesuai dengan
format, arah, intensitas dan jangka waktu tertentu.
3. Kebutuhan keamanan kerja
Pada indikator kebutuhan keamanan kerja, sebagian pegawai memiliki
motivasi tinggi. Motivasi kerja sangat penting yang harus dimiliki seorang
pegawai karena dengan memiliki motivasi, dapat mendorong pegawai untuk
mengerjakan tugas yang telah diberikan dengan baik dan semangat serta akan
berdampak positif bagi instansi. Sejalan dengan (Rasyidah, 2017) motivasi
seseorang berawal dari kebutuhan, keinginan dan dorongan untuk bertindak
demi tercapainya kebutuhan atau tujuan. Hal ini menandakan seberapa kuat
Volume 2, Nomor 9, September 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1077 http://sosains.greenvest.co.id
dorongan, usaha, intensitas, dan kesediaannya untuk berkorban demi
tercapainya tujuan, semakin kuat dorongan atau motivasi dan semangat akan
semakin tinggi kinerjanya.
Menurut (Susanto, 2018) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua
manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan
yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah.
Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan
Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang
lebih kompleks yang hanya akan penting apabila setelah keinginan dasarnya
terpenuhi.
Masih terdapat kategori rendah pada beberapa pegawai, jika pegawai
merasa motivasi kerja yang dimiliki rendah maka kinerja pegawai tersebut
akan menurun. Hal ini juga sejalan dengan (Miliki Akbar, 2017) kurangnya
pendekatan secara personal dari pimpinan atau kepala bagian yang
menyebabkan kurangnya dukungan kerja secara emosional yang dapat
mengakibatkan karyawan kurang semangat dalam bekerja. Belum
terpenuhinya semua hak karyawan menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan karyawan kurang motivasi dalam bekerja. Karyawan merasa
kurang bergairah dalam bekerja karena seringnya terjadi keterlambatan
pemberian hak karyawan seperti gaji. Hal tersebut menyebabkan merasa
jenuh dalam melaksanakan tugasnya dan pada akhirnya kurangnya tanggung
jawab karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya yang dapat merugikan
perusahaan.
4. Kinerja Pegawai
Kinerja pegawai di Puskesmas Wonokromo Surabaya memiliki
kategori baik. Ada beberapa yang membuat kinerja pegawai baik yaitu
pegawai dapat bekerja sama dengan pegawai lain, pegawai bekerja sesuai
arahan/perintah dari atasan, terkadang pegawai menyelesaikan pekerjaan
tepat waktu dan teliti. Menurut (Kusjono & Ratnasari, 2019) kinerja adalah
hal yang sangat penting untuk kemajuan suatu organisasi atau perusahaan,
semakin tinggi kinerja pegawai maka akan semakin mudah bagi organisasi
untuk mencapai tujuan organisasi.
Hal ini sejalan dengan (Sutrisno & Hamdani, 2019) mengatakan bahwa
kinerja adalah kesuksesan seseorang dalam melaksanakan tugas, hasil kerja
yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing atau
tentang bagaimana seseorang diharapkan dapat berfungsi dan berperilaku
sesuai dengan tugas yang telah dibebankan kepadanya serta kuantitas,
kualitas dan waktu yang digunakan dalam menjalankan tugas. Hal tersebut
berarti pegawai dapat melaksanakan tugas dengan baik secara kualitas dan
kuantitas dan mampu bekerja sama dengan pegawai yang lain.
Inisiatif merupakan hal yang penting bagi setiap SDM dalam organisasi
guna meningkatkan kinerja pegawai, tanpa menunggu arahan dari pemimpin
pegawainya yang sudah memiliki inisiatif maka akan melakukan tugas
dengan sendirinya. Hal ini juga sejalan dengan (Mangkunegara, 2016)
Inisiatif dari dalam diri anggota perusahaan untuk melakukan pekerjaan serta
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Pegawai Di Puskesmas Wonokromo
Surabaya
2022
Ratu Sylvia Salsabillah Ashanda Putri, Satriya Wijaya 1078
mengatasi masalah dalam pekerjaan tanpa menunggu perintah dari atasan
atau menunjukkan tanggung jawab dalam pekerjaan yang sudah menjadi
kewajiban seorang pegawai.
C. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja
Pegawai di Puskesmas Wonokromo
Berdasarkan hasil uji silang pada variabel bebas dengan variabel terikat
masing-masing mendapatkan hasil yang sangat bagus. Berdasarkan dari hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa hasil uji silang antara gaya kepemimpinan
dengan kinerja sangat sesuai dan baik yang berarti semakin sesuai gaya
kepemimpinan yang ada di Puskesmas Wonokromo Surabaya maka akan
semakin baik juga kinerja pegawai yang bekerja di Puskesmas tersebut. Hal
ini sangat berpengaruh antara gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai,
apabila gaya kepemimpinan kepada pegawai lebih ditingkatkan, maka kinerja
pegawai akan meningkat, begitu juga sebaliknya apabila gaya kepemimpinan
yang diberikan untuk pegawai sangat rendah maka kinerja pegawai akan
menurun.
Hal tersebut sejalan dengan (Pratama, 2016) pada penelitiannya
menunjukkan bahwa berdasarkan analisis statistik diperoleh hasil bahwa
terdapat pengaruh yang positif dan signifikan gaya kepemimpinan terhadap
kinerja pegawai. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam melaksanakan tugas
pekerjaan pegawai Bappeda Kabupaten Morowali bahwa kinerja yang
mereka hasilkan atau meningkat ditentukan oleh gaya kepemimpinan yang
diterapkan oleh pimpinan (Kepala) Bappeda Kabupaten Morowali.
Menurut (Noldison, Sontje, & Sofia, 2021) mengatakan bahwa gaya
kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
memberikan arahan kepada karyawan apalagi pada saat-saat ini semua serba
terbuka, maka pemimpin yang dibutuhkan adalah pemimpin yang mampu
memberdayakan karyawannya. Gaya kepemimpinan yang tepat pula dapat
menjadi peranan penting bagi karyawan untuk lebih berprestasi. Dalam dunia
kerja, seseorang dapat bekerja dengan baik apabila ia mendapatkan pengaruh
kerja yang baik pula dari seorang pemimpin.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil uji silang
antara motivasi kerja dengan kinerja diperoleh 42,1% yang berarti semakin
tinggi motivasi pegawai maka akan semakin baik juga kinerja yang dilakukan
oleh pegawai tersebut. Hal ini sangat berpengaruh antara motivasi kerja dan
kinerja pegawai, karena semakin tinggi motivasi yang dimiliki seorang
pegawai maka akan semakin baik kinerja pegawai untuk melaksanakan tugas
yang diberikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut (Rasyidah, 2017) Para karyawan mampu melakukan pekerjaan
dan ingin mencapai hasil maksimal dalam pekerjaannya. Perwujudan kinerja
yang maksimal, dibutuhkan suatu dorongan untuk memunculkan kemauan
dan semangat kerja, yaitu dengan motivasi. Motivasi berfungsi untuk
merangsang kemampuan karyawan maka akan tercipta hasil kinerja
maksimal. Motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.
Volume 2, Nomor 9, September 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1079 http://sosains.greenvest.co.id
Hal ini juga sejalan dengan (Gardjito, Musadieq, & Nurtjahjono, 2014)
bahwa motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja dan merupakan
variabel yang dominan berpengaruh terhadap kinerja. Ditunjukkan dengan
nilai signifikansi t lebih kecil dari D = 0,5 (0,000 < 0,05) dan memiliki nilai
koefisien regresi sebesar 0,636 lebih besar dibandingkan lingkungan kerja.
Semakin tinggi bentuk motivasi yang diberikan maka semakin tinggi pula
tingkat prestasi yang ada. Cara kerja motivasi dimulai dari seseorang yang
secara sadar mengakui adanya suatu kebutuhan yang tidak terpuaskan.
Kebutuhan tersebut dapat menciptakan suatu tujuan dan suatu tindakan yang
diharapkan dapat menjadi sarana untuk mencapai tujuan. Apabila tujuan
tercapai, maka kebutuhan akan terpuaskan, sehingga tindakan yang sama
akan cenderung diulang apabila kebutuhan serupa muncul.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat ditarik
simpulan bahwa gaya kepemimpinan dari ketiga indikator tersebut keseluruhan memiliki
masing-masing kategori sangat sesuai. Pada gaya kepemimpinan yang lebih dominan di
Puskesmas Wonokromo Surabaya yaitu gaya kepemimpinan demokratis, hampir
seluruhnya memiliki kategori yang sangat sesuai untuk pegawai yang bekerja di puskesmas
tersebut. Selanjutnya variabel motivasi kerja di Puskesmas menyatakan bahwa secara
keseluruhan tinggi. Pegawai yang bekerja di puskesmas tersebut memiliki motivasi kerja
yang tinggi sehingga kinerja yang dihasilkan pegawai baik untuk mencapai tujuan. Pada
indikator penghargaan sebagian pegawai memiliki motivasi tinggi. Variabel kinerja
pegawai di Puskesmas menyatakan bahwa secara keseluruhan baik. Pegawai yang bekerja
di puskesmas tersebut memiliki kualitas kerja yang baik karena dipengaruhi oleh gaya
kepemimpinan yang ada di puskesmas tersebut serta memiliki motivasi kerja yang tinggi
sehingga mampu meningkatkan puskesmas menjadi lebih baik. Terdapat pengaruh antara
gaya kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai di Puskesmas
Wonokrokomo Surabaya.
BIBLIOGRAFI
Akbar, Irfan Rizka, Prasetiyani, Desi, & Nariah, Nariah. (2020). Pengaruh Motivasi
Terhadap Kinerja Karyawan Pada Pt. Unggul Abadi Di Jakarta. Jurnal Ekonomi
Efektif, 3(1), 8490.
Akbar, Miliki. (2017). Pengaruh Kompetensi dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja
Karyawan Kantor Pusat PT. Perkebunan Nusantara VIII Di Bandung. Universitas
Pendidikan Indonesia.
Dalimunthe, Hasbiana. (2018). Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja
terhadap Kinerja Karyawan Usaha Pembungkusan Garam Konsumsi. JKBM (Jurnal
Konsep Bisnis Dan Manajemen), 5(1), 5362.
Dany. (2016). Pengaruh Kebutuhan Prestasi, Kekuasaan, Dan Afiliasi Terhadap Kinerja
Karyawan (Studi Pada Karyawan Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 Cabang
Batu. 3.
Fazira, Yuni, & Mirani, Riska. (2019). Pengaruh Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai
pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Dumai. JMKSP (Jurnal Manajemen,
Kepemimpinan, Dan Supervisi Pendidikan), 4(1), 7683.
Gardjito, Aldo Herlambang, Musadieq, Mochammad Al, & Nurtjahjono, Gunawan Eko.
(2014). Pengaruh Motivasi Kerja dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Pegawai Di Puskesmas Wonokromo
Surabaya
2022
Ratu Sylvia Salsabillah Ashanda Putri, Satriya Wijaya 1080
(Studi pada Karyawan Bagian Produksi PT. Karmand Mitra Andalan Surabaya).
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 13(1), 18.
Hamdani, Dede, & Nurjanah, Siti. (2014). Pengaruh Budaya Organisasi Dan Kepuasan
Kerja Kepala Sekolah Terhadap Produktivitas Kepala Sekolah Menengah Atas
Negeri Di Provinsi Dki Jakarta. Jurnal Ilmiah Econosains, 12(1), 91109.
Hanafi, Andhi Sukma, Almy, Chairil, & Siregar, M. Tirtana. (2018). Pengaruh Gaya
Kepemimpinan dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Pegawai. Jurnal Manajemen
Indutri Dan Logistik, 5261.
Hasibuan, Malayu S. P. (2016). Manajemen sumber daya manusia (revisi). Jakarta: Bumi
Aksara.
Kasmir. (2014). Manajemen Perbankan. PT. Raja Grafindo Persada.
Khairizah, Astria. (2015). Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan (studi
pada karyawan di Perpustakaan Universitas Brawijaya Malang). Brawijaya
University.
Kusjono, & Ratnasari. (2019). Pengaruh Motivasi dan Kompensasi Terhadap
KinerjaKaryawan Pada PT. Sumber Tenaga Lestari (Citylight Apartment)
TangerangSelatan. Urnal Ilmiah, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jenius, 2, 2.
Laliasa, G., Nur, Muh, & Tambunan, R. (2018). Pengaruh Gaya Kepemimpinan
Demokratis, Lingkungan Kerja dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Pegawai Dinas
Perkebunan dan Holtikultura Provinsi SulawesiTenggara. Journal of Economic and
Business, 1, 83103.
Mangkunegara, Anwar Prabu. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia. In Rosdakarya.
Nawawi, H., & Martini, M. (2012). Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Noldison, Sontje, & Sofia. (2021). Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja
Karyawan pada PT. Asuransi Bumida Bumiputera Muda Cabang Amando.
Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951952.
Olla, Tri, & Andriyani, S. (2017). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis terhadap
Kinerja Karyawan (Studi Pada PT. Timor Express Intermedia Kupang). Journal Of
Management (SMEs), 5(2), 259272.
Pinder. (2013). Work motivation: Theory, Issues And Applications. Illinois: Scoff,
Foresmen.
Prabu, Aldila, & Wijayanti, Dewie. (2016). Pengaruh Penghargaan dan Motivasi Terhadap
Kinerja Karyawan (Studi Pada Divisi Penjualan PT. United Motors Center Suzuki
Ahmad Yani, Surabaya). Jurnal Ekonomi Bisnis Dan Kewirausahaan, 5(2), 104.
https://doi.org/10.26418/jebik.v5i2.17144
Pratama, Tulus. (2016). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai Pada
Badan Perencanaan, Penelitian Dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten
Morowali Dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Intervening. E Jurnal Katalogis,
4(8), 5461.
Prayitno. (2018). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis dan Budaya Organisasi
terhadap Kinerja Karyawan dengan Kepuasan Kerja sebagai Variabel Intervening.
Rasyidah, L. (2017). Pentingnya Motivasi Kerja terhadap Peningkatan Kinerja Karyawan.
Fakultas Ilmu Pendidikan.
Saleh, Asrin, & Mardiana, Andi. (2021). Pemberian Reward Terhadap Peningkatan
Motivasi Kerja Karyawan Dalam Perspektif Islam. MUTAWAZIN (Jurnal Ekonomi
Syariah), 2(1), 114. https://doi.org/10.54045/mutawazin.v2i1.233
Sari, H. (2016). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Otoriter terhada Loyalitas Melalui
Kepuasan Kerja dan Stres Kerja Karyawan Perusahaan X di Blitar. Prosiding Seminar
Nasional Ekonomi Dan Bisnis & Call For Paper FEB UMSIDA, 179190.
Volume 2, Nomor 9, September 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1081 http://sosains.greenvest.co.id
Setia, Maninder Singh. (2016). Methodology series module 3: Cross-sectional studies.
Indian Journal of Dermatology, 61(3), 261.
Setiyati, Ritta, & Hikmawati, Elok. (2019). Pentingnya Perencanaan Sdm Dalam
Organisasi. Pentingnya Perencanaan Sdm Dalam Organisasi Forum Ilmiah, 16, 215.
Sugiyono, Prof. (2016). Metode Penelitian Manajemen (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
Kombinasi (Mixed Methods), Penelitian Tindakan (Action Research, dan Penelitian
Evaluasi). Bandung: Alfabeta Cv.
Susanto, Nanang. (2018). Mengurai Problematika Pendidikan Nasional Berbasis Teori
Motivasi Abraham Maslow Dan David Mcclelland. Lembaran Ilmu Kependidikan,
1(47).
Sutrisno, Nono, & Hamdani, Adang. (2019). Optimalisasi pemanfaatan sumber daya air
untuk meningkatkan produksi pertanian. Jurnal Sumberdaya Lahan, 13(2), 7388.
Tashakkori, Abbas, & Teddlie, Charles. (2010). Mixed Methodology: Mengombinasikan
Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Thoha, Miftah. (2016). Perilaku organisasi: konsep dasar dan aplikasinya. PT. Raja
Grafindo Persada.
Wanasaputra, Silvera, & Dewi, Liliana. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kinerja Anggota Yayampek.
Yosua. (2018). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis terhadap Kinerja Karyawan di
Cv Anugerah Jaya. AGORA, 6(2), 16.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-
ShareAlike 4.0 International License.