1115 http://sosains.greenvest.co.id
JURNAL
SOSAINS
JURNAL SOSIAL DAN SAINS
VOLUME 2 NOMOR 10 2022
P-ISSN 2774-7018, E-ISSN 2774-700X
ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN
RISIKO BAROTRAUMA TELINGA NELAYAN TRADISIONAL
Mellinda Yossy Mashitoht, Abdul Hakim Zakkiy Fasya
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
Email mellindayossy009.km18@student.unusa.ac.id, abdul.hakim@unusa.ac.id
Kata Kunci :
Karakteristik,
Individu, Risiko
Barotrauma
Keywords:
Characteristics,
Individuals, Risks
of Barotrauma
ABSTRACT
Latar Belakang: Barotrauma paling sering terjadi pada telinga tengah, hal ini terutama
karena rumitnya fungsi tuba eustachius. Barotrauma terhadap telinga merupakan cedera
yang paling sering berisiko dialami penyelam. Barotrauma telinga tengah adalah risiko
kesehatan umum pada penyelam.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan karakteristik individu
dengan risiko Barotrauma Telinga terhadap nelayan tradisional di Kampung Cumpat
Surabaya.
Metode : Metode penelitian ini kuantitatif deskriptif dengan pendekatan cross sectional.
Sampel dalam penelitian ini yaitu nelayan tradisional yang bekerja sebagai nelayan
penyelam sejumlah 67 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu
Purposive Sampling. Analisis data menggunakan Uji Chi-Square.
Hasil:. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 56 orang (83,6) dari 67 orang
nelayan penyelam yang mengalami gangguan telinga. Hasil uji chi square menunjukkan
bahwa faktor yang berhubungan dengan risiko barotrauma telinga di peroleh umur P-
Value 0,000, masa kerja P-Value 0,001, alat pelindung diri P-Value 0,007, lama
menyelam P-Value 0,000, frekuensi penyelaman dengan P-Value 0,002, kecepatan naik
ke permukaan P-Value 0,002, waktu istirahat P-Value 0,004.
Kesimpulan: Simpulan pada penelitian ini yaitu umur, masa kerja, alat pelindung diri,
lama menyelam, frekuensi penyelaman, kecepatan naik ke permukaan, kedalaman
menyelam memiliki hubungan dengan risiko barotrauma dan penggunaan earphone,
waktu istirahat tidak ada hubungan dengan risiko barotrauma telinga.
ABSTRACT
Background: Barotrauma most often occurs in the middle ear, this is mainly due to the
complexity of the functioning of the eustachian tubes. Barotrauma to the ear is the most
common injury that divers are at risk of experiencing. Middle ear barotrauma is a
common health risk in divers.
Objective: This study aims to analyze the relationship of individual characteristics with
the risk of Barotrauma Ear to traditional fishermen in Kampung Cumpat Surabaya.
Method: This research method is descriptive quantitative with a cross sectional
approach. The sample in this study was traditional fishermen who worked as diver
fishermen, a total of 67 respondents. The sampling technique used is Purposive
Sampling. Data analysis using the Chi-Square Test.
Analisis Hubungan Karakteristik Individu Dengan
Risiko Barotrauma Telinga Nelayan Tradisional
2022
Mellinda Yossy Mashitoht, Abdul Hakim Zakkiy Fasya 1116
Result: The results showed that as many as 56 people (83.6) out of 67 diver fishermen
experienced ear problems. The results of the chi-square test showed that the factors
associated with the risk of ear barotrauma were obtained P-Value 0.000 life, P-Value
0.001 service life, personal protective equipment P-Value 0.007, P-Value 0.000 diving
duration, the diving frequency with P-Value 0.002, P-Value rise speed 0.002, P-Value
rest time 0.004.
Conclusion: The conclusions in this study are age, service life, personal protective
equipment, length of diving, frequency of diving, speed of rising to the surface, depth of
diving have an association with the risk of barotrauma, and the use of earphones, rest
time has no relationship with the risk of ear barotrauma. The advice is given.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan memiliki sekitar 17.508 pulau besar dan
kecil (± 6000 pulau tidak berpenghuni) yang menyebar di sekitar garis khatulistiwa yang
mempunyai iklim tropis. Total wilayah 1.919.440 km² total persentase wilayah perairan
4,85%. Luas perairan laut Indonesia diperkirakan sebesar 5.8 juta km2 dengan garis pantai
terpanjang di dunia sebesar 81.000 km, gugusan pulau-pulau sebanyak 17.508, dan
diperkirakan memiliki potensi produksi ikan sebanyak 6.26 juta ton per tahun dengan
kondisi geografis tersebut sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian
sebagai nelayan (Handajani, Relawati, & Handayanto, 2015).
Nelayan Surabaya khususnya di kampung Cumpat tergolong nelayan tradisional
yang aktivitasnya dilakukan di laut dan muara sungai. Pemilihan lokasi Nelayan
Tradisional Kenjeran Kampung Cumpat, Kecamatan Bulak, Kota Surabaya, karena peneliti
telah melakukan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) pengabdian masyarakat terhadap
lokasi tersebut. Kegiatan para nelayan di kampung Cumpat Surabaya, selain menangkap
ikan juga mencari kerang. Pencarian kerang ini dilakukan oleh para nelayan dengan cara
menyelam. Nelayan tradisional di Surabaya melakukan pekerjaan secara turun-temurun
atau mengikuti yang lain serta tanpa dibekali ilmu kesehatan dan peralatan penyelaman
yang memadai. Pada umumnya penyelaman yang dilakukan nelayan tradisional adalah
penyelaman tahan nafas dan penyelaman dengan menggunakan suplai udara dari
permukaan laut yang dialirkan melalui kompresor udara (Surface Supplied Breathing
Apparatus ) (Saraswati 2018).
Penyelaman merupakan suatu kegiatan mencari nafkah pada lingkungan kerja
penyelaman yang memiliki banyak faktor risiko yang mempengaruhi kondisi fisik
penyelam bahkan mempunyai risiko tinggi terhadap kejadian kesakitan,
kelumpuhan/kecacatan, sampai dengan kematian (Martinus, Hadisaputro, & Munasik,
2020). Permasalahan risiko kesehatan penyelam tradisional umumnya dengan
permasalahan lingkungan hiperbarik yaitu lingkungan bertekanan tinggi lebih dari 1
atmosfer. Perubahan tekanan relatif terbesar dalam menyelam terjadi pada kedalaman 10
meter pertama, sehingga risiko cedera paling banyak terjadi pada kedalaman dangkal yaitu
4,3-17,4 kaki (1,3 meter-5,3 meter) dan dapat menyebabkan pecahnya membran timpani
(Navisah, Ma’rufi, & Sujoso, 2017). Perubahan tekanan udara dalam rongga udara
fisiologis tubuh dengan tekanan di sekitarnya, dapat berisiko menyebabkan kerusakan
jaringan tubuh yang di sebut Barotrauma, dapat terjadi pada bagian tubuh yang berongga,
antara lain paru-paru, sinus-sinus paranasalis dan telinga (Martinus et al., 2020).
Barotrauma paling sering terjadi pada telinga tengah, hal ini terutama karena
rumitnya fungsi tuba eustachius. Barotrauma terhadap telinga merupakan cedera yang
paling sering berisiko dialami penyelam. Barotrauma telinga tengah adalah risiko
kesehatan umum pada penyelam, namun demikian dapat dicegah jika penyelam mau
menaati peraturan yang berlaku (Martinus et al., 2020). Berdasarkan uraian mengenai risiko
Volume 2, Nomor 10, Oktober 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1117 http://sosains.greenvest.co.id
penyelaman di atas, terdapat keterkaitan dari hasil wawancara peneliti dengan nelayan di
Kampung Cumpat. Dimana hasil wawancara yang dilakukan mendapatkan informasi
bahwa masyarakat Kampung Cumpat sebanyak 30 orang mengeluhkan sakit telinga setiap
kali melakukan aktivitas penyelaman. Dari keterangan para nelayan penyelam tersebut,
peneliti mencoba untuk menghubungkan antara keluhan gangguan telinga dengan
Barotrauma Telinga. Hal ini dikarenakan bahwa aktifitas para nelayan yang berisiko
menyebabkan gangguan telinga adalah penyelaman. Karena salah satu risiko penyelaman
adalah risiko Barotrauma Telinga.
Selain faktor lingkungan kerja, karakteristik individu nelayan juga berpeluang
mempengaruhi risiko Barotrauma Telinga. Karakteristik individu adalah minat, sikap
terhadap diri sendiri, pekerjaan, dan situasi pekerjaan, kebutuhan individual, kemampuan
atau kompetensi, pengetahuan tentang pekerjaan dan emosi, suasana hati, perasaan
keyakinan dan nilai-nilai. Berdasarkan pemaparan (Peoni, 2014) yang dimaksud dengan
karakteristik individu adalah kemampuan dan kecakapan, latar belakang dan demografi.
(Peoni, 2014) menjelaskan bahwa karakteristik individu adalah kemampuan, karakteristik-
karakteristik biografis, pembelajaran, sikap, kepribadian, persepsi dan nilai. Mahayanti dan
Sriath (Mahayanti & Sriathi, 2017) menyebutkan bahwa individu yang merencanakan dan
organisasi yang mengarahkan, karakteristik individu yang tercermin dari keterampilan,
usia, jenis kelamin, status perkawinan, masa kerja, keturunan, lingkup, lingkungan sosial,
pengalaman, dan nilai.
Ekawati (Ekawati, 2005) menunjukkan bahwa frekuensi menyelam per hari >14 kali
per hari lebih berisiko 57.79 kali dibandingkan frekuensi <14 kali. Sedangkan Menurut
penelitian (Rahmadayanti, Budiyono, & Darundiati, 2017) menunjukkan bahwa frekuensi
penyelaman dengan frekuensi > 3 kali mengalami gangguan telinga dengan p-value sebesar
0,02. Menurut penelitian Kartono pada penyelam di Jepara, menunjukkan bahwa faktor
risiko yang paling dominan untuk kejadian barotrauma adalah faktor kedalaman
penyelaman (OR=0.55). (Martinus et al., 2020) menyatakan bahwa semakin sering seorang
penyelam menyelam akan lebih sering terjadi trauma tekanan berulang pada telinga tengah
dan dalam, menyebabkan penciutan tuba eustachius dan organ keseimbangan pada telinga
dalam, mengalami pembengkakan jaringan dan penyumbatan pada tuba eusthacius, yang
dapat menyebabkan equalisasi. Selain itu, faktor alat selam, masa kerja, waktu istirahat dan
kecepatan menyelam juga ada kecenderungan mempengaruhi risiko terjadinya Barotrauma
Telinga pada nelayan.
Penelitian in bertujuan untuk untuk menganalisis hubungan karakteristik individu
dengan risiko Barotrauma Telinga terhadap nelayan tradisional di Kampung Cumpat
Surabaya.
METODE PENELITIAN
Dalam Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif. Rancang
bangun penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional dengan pelaksanaan
pengambilan data yang dilakukan bersamaan dalam satu waktu (Priyono, 2016). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh nelayan tradisional Kampung Cumpat Surabaya
sebanyak 80 nelayan.
Analisis Hubungan Karakteristik Individu Dengan
Risiko Barotrauma Telinga Nelayan Tradisional
2022
Mellinda Yossy Mashitoht, Abdul Hakim Zakkiy Fasya 1118
Gambar 1
Kerangka Operasional Hubungan Karakteristik Individu Dengan Risiko
Barotrauma Telinga Nelayan Tradisional (Studi Pada Nelayan Tradisional
Kampung Cumpat Surabaya)
T