Febie Trisna Suryani, Mursyidul Ibad 1088
Kasus TB Paru di Indonesia mengalami peningkatan dalam 3 tahun terakhir yaitu
pada tahun 2016 sebanyak 360.565 kasus, tahun 2017 sebanyak 425.089 kasus, dan tahun
2018 sebanyak 511.873 kasus. Penemuan kasus TB Paru paling banyak terjadi pada usia
45-54 tahun mencapai angka 16,69 %, kemudian usia 25-34 mencapai angka 15,99 % dan
usia 35-44 tahun mencapai angka 15,62 % (Kemenkes RI, 2018).
Berdasarkan kasus baru yang didiagnosis dan memulai perawatan, 85% berhasil
diobati. Selain itu, pada tahun 2018 diperkirakan 24.000 pasien mengembangkan TB
yang resistan terhadap obat (DR-TB) / MDR-TB, namun hanya 9.038 kasus yang
didiagnosis dan hanya 46% dari kasus tersebut yang dimulai dengan pengobatan.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 prevalensi penduduk Indonesia yang
didiagnosis Penyakit TBC oleh 3 tenaga kesehatan tahun 2018 adalah 0,4 % setara
dengan 420.994 kasus (Kemenkes RI, 2018).
Konsep epidemiologi yang melihat dari kejadian penyakit sebagai hasil interaksi
antar tiga komponen pejamu (host), penyebab (agent), dan lingkungan (environment)
dapat ditelaah faktor risiko dari simpul-simpul tersebut (Kemenkes RI, 2018). Agent
penyebab penyakit TB paru disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis,
penyakit ini menular langsung melalui droplet orang yang telah terinfeksi (Najmah,
2016). Salah satu faktor yang berperan dalam penyebaran bakteri tuberkulosis adalah
faktor lingkungan yang memiliki peranan penting dalam penularan penyakit TB .(Sari,
2018). Faktor lingkungan terdiri dari 2 faktor yaitu faktor lingkungan fisik dan
berdasarkan sosio ekonomi. Faktor lingkungan fisik yang dilihat dari keadaan rumah
yang tidak memenuhi syarat kesehatan meliputi ventilasi, pencahayaan, jenis lantai, jenis
dinding, kelembaban, suhu dan kepadatan hunian (Kemenkes, 2011). Faktor lingkungan
yang dilihat dari sosial ekonomi yaitu kepadatan penduduk, pendidikan, pekerjaan, dan
kesejahteraan keluarga (Firdiansyah & Subyantoro, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian mengatakan bahwa kondisi fisik rumah seperti
padatnya hunian rumah, jenis lantai, luas ventilasi yang kurang baik memiliki hubungan
yang signifikan dengan kejadian penyakit TB paru. Penelitian lain yang dilakukan oleh
(Kenedyanti & Sulistyorini, 2017), menyimpulkan bahwa kondisi fisik rumah (suhu dan
kelembaban) yang tidak memenuhi syarat memiliki risiko untuk terjadinya TB paru 3 kali
lebih besar dibandingkan dengan kondisi fisik rumah yang memenuhi syarat.
Kepadatan penduduk di Indonesia sebesar 136,9 jiwa/km² dengan jumlah
penduduk miskin pada September 2017 sebesar 10,12% (Statistik, 2017). Menurut (Haq,
Achmadi, & Susanna, 2019). Kepadatan penduduk yang tinggi akan mengakibatkan
munculnya permasalahan seperti munculnya kawasan kumuh, turunnya kualitas
lingkungan dan kualitas hidup, sehingga akan mempercepat proses penyebarannya
tuberkulosis.
Data Riskesdas tahun 2018, menunjukkan angka prevalensi TB mencapai 321 per
100.000 penduduk di Indonesia. Peneliti dalam penelitian ini menggunakan data terbaru
Riskesdas 2018, data Profil Kesehatan Indonesia 2018 dan data BPS 2018 untuk
dianalisis. Penggunaan data survei berskala nasional akan mampu memberikan gambaran
yang menyeluruh terkait TB secara kompleks, namun penyelesaian masalah akan
mempertimbangkan ketersediaan data yang ada. Melalui penelitian ini penting untuk
dilakukan kajian ekologikal dengan memaksimalkan data yang ada dan diharapkan faktor
yang berpengaruh terhadap kejadian TB terurai dengan jelas sehingga upaya pencegahan
dapat dilakukan dengan optimal. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian TB.
METODE PENELITIAN