831 http://sosains.greenvest.co.id
JURNAL
SOSAINS
JURNAL SOSIAL DAN SAINS
VOLUME 2 NOMOR 8 2022
P-ISSN 2774-7018, E-ISSN 2774-700X
ANALISIS FAKTOR YANG MEMENGARUHI PELAKSANAAN
KESELAMATAN PASIEN
Artha Ferninda Oktavian
1
, Budhi Setianto
2
12
Fakultas Kesehatan, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, Indonesia
Email : arthafernindaok[email protected]m
1
, budhisetianto@yahoo.com
2
Kata Kunci:
Keselamatan
pasien, Perawat,
Rumah Sakit
Keywords:
Patient safety,
Nurses,
Hospitals
ABSTRAK
Latar Belakang: Keselamatan pasien merupakan suatu sistem yang membuat asuhan
pasien lebih aman. Perawat memiliki peranan penting dalam memberikan asuhan
kepada pasien. Rumah Sakit X merupakan Rumah Sakit yang sudah menerapkan
sistem keselamatan pasien, namun pada tahun 2021 masih terdapat insiden
keselamatan pasien. Insiden keselamatan pasien terbanyak terdapat pada poli jantung
dikarenakan poli jantung memiliki total kunjungan terbanyak yaitu sebanyak 16.831
total kunjungan pada tahun 2021
Tujuan: Menganalisis faktor yang memengaruhi pelaksanaan keselamatan pasien di
Rumah Sakit X
Metode : Kuantitatif dengan menggunakan studi survei analitik dan pendekatan cross
sectional. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah keseluruhan populasi
Perawat yang pernah melakukan perawatan pasien di Instalasi Poli Jantung Rumah
Sakit X yang berjumlah 17 orang. Metode yang digunakan sampling total. Instrumen
yang digunakan berupa lembar kuesioner. Analisis data dengan uji statistik regresi
logistic biner
Hasil:. Variabel pengetahuan (pr=7.000), sikap (pr=7.000), beban kerja (pr=6.500),
dan supervisi (pr=6.500) keseluruhan sudah baik.
Kesimpulan: Ada pengaruh dari pengetahuan, sikap, beban kerja, dan supervisi
terhadap pelaksanaan keselamatan pasien
ABSTRACT
Background: Patient safety is a system that makes patient care safer. Nurses have an
important role in providing care to patients. Hospital X is a hospital that has
implemented a patient safety system, but in 2021 there will still be patient safety
incidents. The most patient safety incidents are in cardiac polyclinics because cardiac
polyclinics have the most total visits, which are 16,831 total visits in 2021
Objective: To analyze the factors that influence the implementation of patient safety in
X . Hospital
Methods: Quantitative using an analytic survey study and a cross sectional approach.
Analisis Faktor Yang Memengaruhi Pelaksanaan
Keselamatan Pasien (Studi Kasus Instalasi Poli Jantung
Rumah Sakit X)
2022
Artha Ferninda Oktavian, Budhi Setianto 832
The sample used in this study was the entire population of nurses who had treated
patients at the Cardiology Clinic of Hospital X, amounting to 17 people. The method
used is total sampling. The instrument used is a questionnaire sheet. Data analysis
with binary logistic regression statistical test
Results:. The variables of knowledge (pr=7,000), attitude (pr=7,000), workload
(pr=6,500), and supervision (pr=6,500) were all good.
Conclusion: There is an influence of knowledge, attitude, workload, and supervision
on the implementation of patient safety
PENDAHULUAN
Rumah sakit sebagai salah satu organisasi penyedia fasilitas kesehatan merupakan
bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung
penyelenggaraan upaya program keselamatan pasien. Keselamatan pasien di rumah sakit
merupakan suatu sistem pelayanan rumah sakit yang memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien agar pasien menjadi lebih aman dan bebas dari cedera (Sunaryo, 2009).
Keselamatan pasien merupakan bagian penting dalam pelayanan keperawatan dirumah
sakit. Perawat berkontribusi terhadap terjadinya kesalahan yang mengancam keselamatan
pasien. Perawat merupakan tenaga kesehatan dengan jumlah terbanyak di rumah sakit,
pelayanan terlama (24 jam secara terus-menerus) dan merupakan tenaga kesehatan yang
sering berinteraksi langsung pada pasien. Setiap kesalahan dalam prosedur yang dijalani
beresiko terjadinya kejadian yang tidak diharapkan. Kesalahan faktor manusia dapat
terjadi karena masalah komunikasi, tekanan pekerjaan, kesibukan dan kelelahan
(Cahyono, 2012). Dalam keselamatan pasien meliputi, mengurangi risiko, identifikasi dan
pengelolaan risiko terhadap pasien, analisis insiden, pelaporan insiden, menindaklanjuti
insiden serta memberikan solusi pencegahan risiko yang terjadi. Tujuan dilakukannya
keselamatan pasien di rumah sakit adalah untuk menciptakan budaya keselamatan pasien,
meningkatkan akuntabilitas rumah sakit, menurunkan kejadian tidak diharapkan (KTD),
dan terlaksananya program-program pencegahan kejadian yang tidak diharapkan (KTD).
Negara-negara maju telah menerbitkan penelitian yang menunjukan bahwa
sejumlah besar pasien dirugikan selama perawatan kesehatan, baik yang mengakibatkan
cedera permanen, memperpanjang masa perawatan bahkan kematian dan salah satu
kesalahan medis adalah penyebab utama kematian ketiga di Amerika Serikat dan di
Inggris menunjukan bahwa rata-rata satu insiden bahaya dilaporkan setiap 35 detik
(WHO, 2017). The Joint Commission mendapatkan laporan kejadian sentinel dengan
jumlah bervariasi yaitu jumlah insiden yang dimulai pada tahun 2014 memiliki jumlah
763 insiden, dan mengalami peningkatan pada tahun 2015 dengan jumlah 934 insiden,
lalu mengalami penurunan pada tahun 2016 dengan jumlah 824 insiden dan terakhir pada
tahun 2017 dengan jumlah 805 insiden. Kejadian sentinel yang dilaporkan kepada The
Joint Commission tahun 2017 terdapat enam kejadian sentinel yaitu kesalahan tranfusi
berjumlah lima insiden, keterlambatan dalam perawatan berjumlah 66 insiden, kesalahan
pengobatan berjumlah 32 insiden, salah-pasien salah-posisi salah-prosedur berjumlah 95
insiden, komplikasi operasi/paska operasi berjumlah 19 insiden dan jatuh berjumlah 114
insiden (TJC, 2018).
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPPRS) pada tahun 2006 2011
melaporkan terdapat 877 laporan insiden keselamatan pasien. Sementara untuk kurun
waktu 2015 2019 laporan insiden keselamatan pasien terdapat 11.558 kasus, dan
peningkatan jenis insiden dari kurun waktu tersebut sekitar 7 12 %. Begitupun dengan
jumlah Rumah Sakit yang melaporkan insiden keselamatan pasien naik 7% pada tahun
2019 yang sebesar 12% dibandingkan dengan tahun 2018 sebesar 5%. Angka kematian
Volume 2, Nomor 8, Agustus 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
833 http://sosains.greenvest.co.id
pasien akibat insiden keselamatan pasien pada tahun 2019 sebesar 171 kasus, hal ini akan
mengakibatkan kurangnya kepercayaan dalam pelayanan kesehatan, sehingga
kecenderungan yang terjadi adalah rumah sakit hanya melaporkan kejadian yang cedera
ringan atau tidak ada cedera (Daud, 2020).
Upaya peningkatan keselamatan pasien telah diatur di dalam Peraturan Menteri
Kesehatan nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien di Rumah
Sakit menjelaskan bahwa setiap rumah sakit yang ada di Indonesia wajib untuk
menerapkan keselamatan pasien. Keselamatan pasien menjadi isu terkini karena makin
meningkatnya kejadian tidak diharapkan (KTD). Insiden keselamatan pasien di rumah
sakit akan memberikan dampak yang merugikan bagi pihak rumah sakit, staf dan pasien
pada khususnya karena sebagai penerima pelayanan. Pelayanan kesehatan yang
berkualitas tidak hanya cukup dinilai dari kelengkapan sarana prasarana, teknologi yang
canggih, dan petugas kesehatan yang profesional namun juga penting dalam
memperhatikan pelayanan keselamatan pasien yang diberikan.
Penerapan keselamatan pasien terdapat beberapa faktor yang memengaruhi
keselamatan pasien, menurut Cecep (2013), faktor yang memengaruhi dalam keselamatan
pasien, yaitu pengetahuan, sikap, beban kerja, dan supervisi. Menurut Darliana (2016)
faktor yang memengaruhi dalam keselamatan pasien yaitu pengetahuan yang benar,
keterampilan, dan sikap untuk menangani kompleksitas perawatan kesehatan. Upaya
penerapan keselamatan pasien sangat tergantung dari pengetahuan perawat. Apabila
perawat menerapkan keselamatan pasien didasari oleh pengetahuan yang memadai, maka
perilaku keselamatan pasien oleh perawat tersebut bersifat langgeng (longlasting).
Penelitian yang dilakukan oleh Fridawaty Rivai (2016) tentang faktor yang berhubungan
dengan implementasi keselamatan pasien adanya hubungan supervisi kepala ruangan
dengan implementasi keselamatan pasien. Menurut Bawelle (2013) faktor yang
memengaruhi keselamatan pasien yaitu pengetahuan dan sikap.
Rumah Sakit X merupakan Rumah Sakit yang sudah menerapkan sistem
keselamatan pasien. Dalam meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan pasien
diperlukan keselamatan pasien agar pasien menjadi lebih aman dan terbebas dari cedera.
Berdasarkan data insiden keselamatan pasien (IKP) yang didapatkan dari Rumah Sakit X
bahwa masih terdapat angka insiden keselamatan pasien pada tahun 2019 sejumlah 1.123
insiden, kemudian pada tahun 2020 sejumlah 329 insiden, dan pada tahun 2021 masih
terdapat insiden keselamatan pasien yaitu sejumlah 311 insiden.
Tabel 1.1 Data Insiden Keselamatan Pasien (IKP) di Rumah Sakit X Tahun 2021
No
Unit Kerja
Total Insiden Keselamatan Pasien Tahun 2021
1
Poli Jantung
99
2
IGD
44
3
Poli Penyakit Dalam
29
4
Poli Saraf
30
5
Makkah
17
6
Farmasi
9
7
Shofa Marwah
9
8
Madinah
8
9
Ta’nim Muzdalifah
7
10
Poli Paru
5
11
Thaif
5
12
ICU
4
13
HD
4
14
Poli Ortopedi
4
Analisis Faktor Yang Memengaruhi Pelaksanaan
Keselamatan Pasien (Studi Kasus Instalasi Poli Jantung
Rumah Sakit X)
2022
Artha Ferninda Oktavian, Budhi Setianto 834
15
Poli Urologi
4
16
Fisioterapi
3
17
Laboratorium
3
18
Multazam
3
19
Jeddah
2
20
Poli Anak
2
21
Poli Obyg
2
22
Poli THT
2
23
Gizi
2
24
Zam-Zam
2
25
Poli Bedah
2
26
Hijr Ismail
2
27
Poli Kulit dan Kelamin
1
28
Poli Rehabilitasi Medik
1
29
TPPRI
1
30
Mina
1
31
Poli Mata
1
32
PONEK
1
33
Radiologi
1
34
Poli Umum
1
311
Sumber: Laporan Data Insiden Keselamatan Pasien (IKP) Tahun 2021
Tabel 1.1 diinformasikan bahwa data insiden keselamatan pasien (IKP) di Rumah
Sakit X pada tahun 2021 masih tingginya angka insiden keselamatan pasien (IKP) sebesar
311 insiden. Pada total insiden didapatkan bahwa Poli Jantung mendapatkan insiden
paling banyak sebesar 99 insiden, jenis kejadian paling banyak terjadi yaitu Kejadian
Nyaris Cidera (KNC).
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) menurut Permenkes Nomor 11 Tahun 2017
adalah terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien. Nyaris Cedera (NC)
merupakan suatu kejadian akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien,
tetapi cedera serius tidak terjadi, karena faktor keberuntungan (misalnya, pasien terima
suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan
overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum
obat diberikan), dan peringanan (suatu obat dengan overdosis lethal diberikan, diketahui
secara dini lalu diberikan antidoteny). Kejadian Nyaris Cidera (KNC) merupakan suatu
kejadian yang berhubungan dengan keamanan pasien yang berpotensi atau
mengakibatkan efek diakhir pelayanan, yang dapat dicegah sebelum konsekuensi aktual
terjadi atau berkembang. Kejadian Nyaris Cidera (KNC) yang terdapat pada Poli Jantung
Rumah Sakit X yang dilakukan oleh perawat salah satunya ketidaksesuaian penulisan
identitas resep. Alasan Poli Jantung memiliki insiden tertinggi dikarenakan Poli Jantung
merupakan Poli dengan paling banyak jumlah kunjungan yaitu sebanyak 16.831 total
kunjungan pada tahun 2021 sehingga paling banyak terdeteksi insiden keselamatan
pasien. Poli Jantung menjadi rujukan internal dari semua pelayanan medik spesialis
memiliki wewenang untuk merujuk ke Poli Jantung untuk memastikan pasien tidak
memiliki masalah pada jantung. Berdasarkan total kunjungan sebanyak itu hanya terdapat
0,58% insiden keselamatan pasien. Dalam hal ini Rumah Sakit X tetap perlu
meningkatkan keselamatan pasien dalam proses asuhan keperawatan agar Kejadian
Volume 2, Nomor 8, Agustus 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
835 http://sosains.greenvest.co.id
Nyaris Cidera (KNC) tidak benar terjadi sehingga pasien menjadi lebih aman dan
terbebas dari cidera.
Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Maria Yuventa Wanda dengan judul
“Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien pada
Perawat” Pada tahun 2021 dalam penelitiannya mengatakan bahwa ada pengaruh persepsi
dan kepemimpinan terhadap pelaporan insiden keselamatan pasien. Dalam penelitian
terdahulu meneliti objek secara gelobal sedangkan dalam penelitian ini objek penelitian
lebih spesifik pada pasien di Instalasi Poli Jantung.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Pendekatan
kuantitatif bertujuan untuk menguji teori, membangun fakta, menunjukkan hubungan
antar variabel, memberikan deskripsi statistic, menaksir dan meramalkan hasil yang di
inginkan. Penelitian ini terdiri dari 5 variabel yaitu variabel bebas (X) yaitu pengetahuan,
sikap, beban kerja, dan supervise. Variabel terikat (Y) yaitu keselamatan pasien. Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang pernah melakukan
perawatan pasien di Instalasi Poli Jantung Rumah Sakit X berjumlah 17 responden.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data yaitu data primer dan data
sekunder. Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah
dengan menyebarkan daftar pertanyaan dalam bentuk pernyataan, atau kuesioner secara
tertulis maupun online yang sifat jawabannya tertutup. Teknik analisis data dalam
penelitian ini adalah berupa analisis deskriptif, yaitu suatu teknik untuk mengungkapkan
dan memaparkan pendapat dari responden berdasarkan jawaban dari instrumen penelitian
yang telah diajukan oleh peneliti. Dari data yang telah terkumpul kemudian dilakukan
analisis data secara deskriptif yaitu dengan cara memaparkan secara objektif dan
sistematis situasi yang ada di lapangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identifikasi tingkat pengetahuan, sikap, beban kerja, dan supervisi perawat
di instalasi poli jantung di Rumah Sakit X
1. Pengetahuan
Hasil penelitian ini dapat diinformasikan bahwa ada indikator pengetahuan yang
perlu diperhatikan. Masih ada perawat yang menjawab pernyataan yang salah terkait
insiden keselamatan pasien, terdapat perawat yang kurang memahami makna dari insiden
keselamatan pasien. Sebaiknya ada pengarahan lebih lanjut terkait keselamatan pasien
kepada perawat. Namun hampir keseluruhan perawat memiliki tingkat pengetahuan yang
baik. Pengetahuan Perawat diperoleh dari sebuah pengalaman dan informasi yang
ditangkap oleh panca indera.
Dalam teori Listianawati (2018) menyatakan keamanan dan keselamatan pasien
dirumah sakit merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
aman. Sistem keselamatan pasien dapat dilakukan perawat jika didukung oleh
pengetahuan yang baik. Pengetahuan merupakan pedoman untuk membentuk tindakan
seseorang. Penelitian yang dilakukan oleh Harus dan Sutriningsih (2020) mendapatkan
bahwa pengetahuan perawat tentang keselamatan pasien merupakan suatu hal yang
berpengaruh terhadap terjadinya risiko yang akan menimbulkan Kejadian Tak
Diharapkan (KTD).
Pratiwitasari (2009) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan
perawat berperan dalam menentukan praktek keselamatan pasien. Semakin tinggi tingkat
pengetahuan perawat tentang keselamatan pasien maka praktek keselamatan pasien dalam
Analisis Faktor Yang Memengaruhi Pelaksanaan
Keselamatan Pasien (Studi Kasus Instalasi Poli Jantung
Rumah Sakit X)
2022
Artha Ferninda Oktavian, Budhi Setianto 836
asuhan keperawatan semakin baik adalah benar. Menurut teori Wood juga menyatakan
bahwa pengetahuan salah satu yang berfungsi sebagai pelindung atau pencegah dari
kesalahan dalam pelayanan keselamatan pasien (C. Triwibowo, 2013).
Perawat yang memiliki pengetahuan baik dengan pelaksanaan keselamatan pasien
baik disebabkan karena pengetahuan baik dan perawat sadar akan perannya sangat
penting dalam pelayanan keselamatan pasien, hal ini menjadikan perawat mempunyai
rasa tanggung jawab yang penuh terhadap pasien. Perawat sudah memiliki pengetahuan
tentang penerapan keselamatan pasien yang baik, dengan pengetahuan yang dimiliki
seorang perawat maka akan memberikan tindakan yang lebih efektif.
2. Sikap
Hasil penelitian ini dapat diinformasikan bahwa ada beberapa indikator sikap
yang perlu diperhatikan, masih ada perawat yang tidak setuju terkait pentingnya
pelaporan dan pengkajian setiap insiden keselamatan pasien yang terjadi, padahal jika
insiden keselamatan pasien terdeteksi sedini mungkin maka akan lebih baik untuk
melakukan perbaikan agar tidak terulang Kembali. Namun, hampir keseluruhan perawat
memiliki sikap yang baik. Sikap merupakan respon seseorang untuk menanggapi,
menilai, dan bertindak terhadap objek sosial dengan hasil yang positif atau negatif.
Penelitian yang dilakukan oleh Mawansyah (2017) yang menyatakan bahwa sikap
profesional yang dimiliki oleh seorang perawat dalam merawat pasien agar dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang akan berdampak pada pelayanan keselamatan
pasien. Sikap sangat berdampak terhadap kinerja individu. Sikap yang negatif akan
menimbulkan kesalahan-kesalahan dalam bertindak (Sunaryo, 2015). berdasarkan teori
Listianawati (2018) menyatakan bahwa sistem keselamatan pasien dapat dilakukan
perawat jika didukung oleh sikap yang baik. Sikap merupakan kecenderungan yang
berasal dari dalam diri individu untuk berkelakuan terhadap suatu objek.
Sikap yang baik dari seorang perawat akan membuat perawat lebih berhati-hati
dalam melakukan tindakan dan patuh terhadap SOP yang ada sehingga tidak terjadi
kesalahan. Adapun perawat yang memiliki sikap baik dengan pelaksanaan keselamatan
pasien yang baik disebabkan oleh optimalnya kemampuan perawat dan pembentukan
sikap yang baik juga dipengaruhi oleh kepatuhan dan tanggung jawab dalam
melaksanakan keselamatan pasien dalam bekerja.
3. Beban Kerja
Hasil penelitian ini dapat diinformasikan bahwa ada beberapa indikator beban
kerja yang perlu diperhatikan yakni masih ada perawat yang menyatakan bahwa tidak
mendampingi dokter ketika mengunjungi ruangan pasien, dan tidak menjelaskan prosedur
tindakan yang diberikan kepada pasien secara jelas. Padahal sebaiknya perawat dalam
melakukan mendampingi dokter dalam melakukan kunjungan pasien, dan menjelaskan
prosedur tindakan yangdiberikan pada pasien. Namun, hampir keseluruhan perawat
memiliki tingkat beban kerja yang baik. Beban kerja merupakan sesuatu yang muncul
dari interaksi antara tuntutan tugas, lingkungan kerja yang dimana digunakan sebagai
tempat kerja, keterampilan, perilaku, dan persepsi dari kerja itu sendiri.
Penelitian yang dilakukan oleh Hasanah (2014) menjelaskan bahwa kesetaraan
antara beban kerja perawat dengan keselamatan pasien rawat inap diperlukan agar
perawat memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan standar.
Perawat yang memiliki beban kerja yang baik dengan pelaksanaan keselamatan
pasien yang baik disebabkan oleh optimalnya beban kerja yang diberikan pada perawat
sejalan dengan kemampuan perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien dalam
bekerja.
Volume 2, Nomor 8, Agustus 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
837 http://sosains.greenvest.co.id
4. Supervisi
Hasil penelitian ini dapat diinformasikan bahwa ada beberapa indikator supervisi
yang perlu diperhatikan yakni masih ada perawat yang menyatakan bahwa kepala
ruangan tidak membuat rumusan metode penugasan dan membuat rincian kegiatan
dengan jelas serta tidak merencanakan program mengidentifikasi meminimalkan insiden
keselamatan pasien. Padahal seharusnya kepala ruangan membuat rincian penugasan
secara jelas agar pembagian tugas perawat dapat berjalan dengan baik. Namun hampir
keseluruhan perawat menyatakan kepala ruangan memiliki tingkat supervisi yang baik.
Supervisi merupakan suatu kegiatan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan
terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan dan bersifat langsung untuk
mengatasinya. Salah satu standar dari keselamatan pasien adalah peran kepemimpinan
dalam meningkatkan keselamatan pasien. Pimpinan mendorong dan menjamin
implementasi program keselamatan pasien (Simamora, 2018). Penelitian yang dilakukan
oleh Fridawaty Rivai (2016), diketahui bahwa sebagian besar perawat mendapatkan
bentuk supervisi yang memberikan tanggapan yang baik apabila perawat berkonsultasi,
memberikan pengarahan, dan memberikan petunjuk petunjuk mengenai tindakan
keperawatan yang mendukung keselamatan pasien.
Supervisi yang baik dengan pelaksanaan keselamatan pasien baik disebabkan
oleh kepala ruangan yang memiliki tanggung jawab dan kemampuan yang baik sehingga
perawat dapat bekerja dengan efektif. Hal ini berarti bahwa supervisi berkontribusi
terhadap implementasi perawat pelaksana dalam penerapan program keselamatan pasien.
B. Identifikasi Pelaksanaan Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit X
Hasil penelitian ini dapat diinformasikan bahwa Perawat yang pernah melakukan
perawatan pasien di Instalasi Poli Jantung Rumah Sakit X Tahun 2022 telah
melaksanakan keselamatan pasien dengan baik. Menurut teori Sringingsih (2020)
menyatakan bahwa keselamatan pasien merupakan dasar dari pelayanan kesehatan yang
baik. Keselamatan pasien ditentukan oleh Kementerian Kesehatan RI (2017) mengenai
sasaran keselamatan pasien, yaitu: mengidentifikasi pasien dengan benar, meningkatkan
komunikasi yang efektif, meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai,
memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, dan pembedahan pada
pasien yang benar, mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan, dan
mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh.
Indikator pertama adalah mengidentifikasi pasien dengan benar. Hasil penelitian
ini dapat diinformasikan bahwa dari perawat telah melaksanakan identifikasi dengan
benar secara baik. Perawat yang menyadari pentingnya memberikan pelayanan
keperawatan terbaik terutama saat mengidentifikasi pasien secara benar akan memberikan
dampak pada kepuasan pasien dan berfokus pada kesehatan pasien. Hal ini menunjukkan
bahwa perawat memperhatikan penerapan keslamatan pasien terutama dalam
mengidentiikasi pasien secara benar.
Indikator kedua adalah meningkatkan komunikasi yang efektif. Hasil penelitian
ini dapat diinformasikan bahwa dari perawat telah melaksanakan komunikasi efektif
secara baik. Komunikasi adalah penyebab pertama masalah keselamatan pasien.
Komunikasi dalam pelayanan keperawatan baiknya dilakukan secara efektif. Hal ini
karena komunikasi efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan mudah dipahami
oleh penerima akan mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien
Kementerian Kesehatan RI (2017).
Analisis Faktor Yang Memengaruhi Pelaksanaan
Keselamatan Pasien (Studi Kasus Instalasi Poli Jantung
Rumah Sakit X)
2022
Artha Ferninda Oktavian, Budhi Setianto 838
Indikator ketiga adalah meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus
diwaspadai. Hasil penelitian ini dapat diinformasikan bahwa dari perawat telah
melaksanakan meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai secara baik.
Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai adalah bagian dari rencana
yang penting untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-obatan yang perlu diwaspadai
adalah obat yang presentasinya tinggi dalam menyebabkan terjadi kesalahan dan kejadian
sentinel, obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan, demikian
pula obat-obatan yang tampak mirip (nama, rupa atau ucapan mirip, atau look-alike-
sound-alike/ LASA) Kementerian Kesehatan RI (2017).
Indikator keempat adalah memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur
yang benar, dan pembedahan pada pasien yang benar. Hasil penelitian ini dapat
diinformasikan bahwa dari perawat telah melaksanakan memastikan lokasi pembedahan
yang benar, prosedur yang benar, dan pembedahan pada pasien yang benar secara baik.
Kementerian Kesehatan RI (2017) menyebutkan bahwa salah lokasi, prosedur, salah
pasien operasi merupakan sesuatu yang mengkhawatirkan dan sering terjadi akibat
komunikasi tidak efektif. Di samping itu ada pula faktor yang sering terjadi yaitu
pengkajian yang tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat, serta
budaya yang tidak mendukung komunikasi antar anggota tim bedah.
Indikator kelima adalah mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan.
Hasil penelitian ini dapat diinformasikan bahwa dari perawat telah mengurangi risiko
infeksi akibat perawatan kesehatan secara baik. Kemenkes (2011) menyampaikan bahwa
salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nasokomial adalah kemampuan
perawat dalam menerapkan teknik aseptik, selain itu hand hygiene juga merupakan aspek
yang harus diperhatikan. Oleh karena itu, diperlukan peran aktif dari perawat untuk
memperhatikan lingkungan yang aman bagi pasien sehingga terhindar dari bahaya infeksi
nasokomial di rumah sakit. Perawat telah berupaya melakukan cuci tangan sesuai standar
WHO, terutama saat lima momen yaitu saat sebelum dan setelah menyentuh pasien,
kontak dengan lingkungan pasien, terpapar cairan pasien dan sebelum melakukan
tindakan invasive. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan pengurangan infeksi sebagian
besar telah terlaksana dengan baik
Indikator keenam adalah mengurangi risiko cidera pasien akibat terjatuh. Hasil
penelitian ini dapat diinformasikan bahwa dari perawat telah melakukan upaya
mengurangi risiko cidera pasien akibat terjatuh secara baik. Perawat telah melakukan
pengkajian awal, pengkajian ulang pada pasien resiko jatuh. Perawat mengkategorikan
tingkat atau level pasien resiko jatuh dan berupaya melakukan prosedur pencegahan
pasien jatuh seperti memasang pagar pengaman, penerangan cukup dan mengupayakan
lantai tidak basah. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan pencegahan pasien jatuh
sebagian besar telah terlaksana dengan baik.
C. Analisis pengaruh dari faktor pengetahuan terhadap pelaksanaan
keselamatan pasien pada perawat di instalasi poli jantung Rumah Sakit X
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara pengetahuan
terhadap pelaksanaan keselamatan pasien pada Perawat yang pernah melakukan
perawatan pasien di Instalasi Poli Jantung Rumah Sakit X Tahun 2022. Pengetahuan
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantara pendidikan, pengalaman, dan usia. Begitu juga
dengan pengalaman bahwa dengan belajar dalam bekerja maka semakin berkembang
pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang. Pengalaman perawat untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dalam melaksankan pelayanan keselamatan pasien
.pengetahuan bisa didapati dari pelatihan keselamatan pasien yang pernah diikuti oleh
perawat (Sunaryo, 2015). Pengetahuan tentang penerapan keselamatan pasien merupakan
Volume 2, Nomor 8, Agustus 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
839 http://sosains.greenvest.co.id
hal yang sangat penting agar tidak menimbulkan peningkatan jumlah kasus keselamatan
pasien (Mona, 2020).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Harus dan
Sutriningsih (2020) juga mendapatkan bahwa ada pengaruh antara pengetahuan perawat
dengan pelaksanaan prosedur keselamatan pasien rumah sakit di RS Panti Waluya
Sawahan Malang. Penelitian yang dilakukan oleh Sriningsih (2020) juga menyatakan
pengetahuan perawat memiliki pengaruh dengan pelaskanaan keselamatan pasien pada
Perawat. Penelitian lain yang dilakukan oleh Bawelle (2013) juga menyatakan bahwa ada
pengaruh pengetahuan perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien di Ruang Rawat
Inap RSUD Liun Kendage Tahuna. Penelitian lainnya yang sejalan penelitian Sukesi
(2015) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan perawat dengan
pelaksanaan keselamatan pasien.
Pengetahuan Perawat yang dinilai sudah baik perlu dipertahankan dan
ditingkatkan agar tingkat pengetahuan semakin bertambah luas dalam melakukan
pekerjaan.
D. Analisis pengaruh dari faktor sikap terhadap pelaksanaan keselamatan
pasien pada perawat di instalasi poli jantung Rumah Sakit X
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara sikap terhadap
pelaksanaan keselamatan pasien pada Perawat yang pernah melakukan perawatan pasien
di Instalasi Poli Jantung Rumah Sakit X Tahun 2022. Perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan harus menunjukkan sikap professional kepada seluruh pasien yang
dirawatnya. Sikap profesional yang dimiliki oleh seorang perawat dalam merawat pasien
agar dapat memberikan pelayanan keperawatan yang akan berdampak pada pelayanan
keselamatan pasien (Sunaryo, 2015).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mawansyah (2017) yang
menyatakan bahwa ada pengaruh sikap perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien
di Rumah Sakit Santa Anna Kendari. Dengan demikian terdapat pengaruh antara sikap
Perawat yang pernah melakukan perawatan pasien di Instalasi Poli Jantung Rumah Sakit
X Tahun 2022 dengan pelaksanaan keselamatan pasien.
Sikap Perawat yang dinilai sudah baik perlu dipertahankan agar dalam bekerja
selalu memiliki karakter sikap yang baik dan profesional dalam bekerja.
E. Analisis pengaruh dari faktor beban kerja terhadap pelaksanaan
keselamatan pasien pada perawat di instalasi poli jantung Rumah Sakit X
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara beban kerja
terhadap pelaksanaan keselamatan pasien pada Perawat yang pernah melakukan
perawatan pasien di Instalasi Poli Jantung Rumah Sakit Islam A. Yani Surabaya Tahun
2022. Beban kerja merupakan sesuatu yang muncul dari interaksi antara tuntutan tugas,
lingkungan kerja yang dimana digunakan sebagai tempat kerja, keterampilan, perilaku,
dan persepsi dari kerja itu sendiri. Penelitian yang dilakukan oleh Hasanah (2014)
menjelaskan bahwa kesetaraan antara beban kerja perawat dengan keselamatan pasien
rawat inap diperlukan agar perawat memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
standar
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Retnaningsih (2016)
menyatakan adanya pengaruh antara beban kerja perawat dengan implementasi
keselamatan pasien di RSUD Tugurejo Semarang. Penelitian lainnya yang sejalan dengan
penelitian ini yakni penelitian Prawitasari (2009) yang menyatakan terdapat pengaruh
antara beban kerja perawat pelaksana dengan keselamatan pasien di Rumah Sakit Husada
Jakarta. Pemberian beban kerja yang dinilai sudah baik perlu dipertahankan agar perawat
dapat menjalankan tugas dengan maksimal.
Analisis Faktor Yang Memengaruhi Pelaksanaan
Keselamatan Pasien (Studi Kasus Instalasi Poli Jantung
Rumah Sakit X)
2022
Artha Ferninda Oktavian, Budhi Setianto 840
F. Analisis pengaruh dari faktor supervisi terhadap pelaksanaan keselamatan
pasien pada perawat di instalasi poli jantung Rumah Sakit X
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara supervisi
terhadap pelaksanaan keselamatan pasien pada Perawat yang pernah melakukan
perawatan pasien di Instalasi Poli Jantung Rumah Sakit X Tahun 2022. Supervisi adalah
proses pemberian bimbingan, pengarahan, dorongan, melakukan observasi, dan evaluasi
terhadap tindakan keperawatan yang berhubungan dengan keselamatan pasien
(Fridawaty, 2016).
Penelitian yang dilakukan Fridawaty Rivai (2016) yang menyatakan bahwa
supervisi memiliki pengaruh dengan implementasi keselamatan pasien oleh perawat
pelaksana di RSUD Ajjappannge Soppeng. Penelitian lain yang dilakukan oleh Mulyono
(2012) juga menyatakan bahwa terdapat pengaruh supervisi terhadap kinerja perawat.
Hasil penelitian didukung oleh Mutmainah yang menemukan adanya hubungan antara
supervisi dengan kinerja perawat pelaksana dalam penerapan program keselamatan pasien
di RSUD Haji Makassar.
Supervisi yang dinilai sudah baik perlu dipertahankan agar dapat melakukan pengawasan
dan dapat mengarahkan anggota secara baik.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa; Identifikasi tingkat pengetahuan, sikap, beban kerja, dan
supervisi perawat di Instalasi Poli Jantung Rumah Sakit X Tahun 2022 hampir
keseluruhan dinilai sudah baik. Namun ada beberapa indikator yang perlu diperhatikan,
yaitu: Masih adanya perawat yang kurang memahami makna dan pentingnya pelaporan
insiden keselamatan pasien, masih ada perawat yang menyatakan bahwa rumusan metode
penugasan dan membuat rincian kegiatan yang diberikan kurang jelas dan belum
merencanakan program mengidentifikasi meminimalkan insiden keselamatan pasien.
Identifikasi pelaksanaan keselamatan pasien di Instalasi Poli Jantung Rumah Sakit X
Tahun 2022 keseluruhan dinilai sudah baik. Berdasarkan analisis terdapat pengaruh dari
faktor pengetahuan terhadap pelaksanaan keselamatan pasien pada perawat di Instalasi
Poli Jantung Rumah Sakit X Tahun 2022. Berdasarkan analisis terdapat pengaruh dari
faktor sikap terhadap pelaksanaan keselamatan pasien pada perawat di Instalasi Poli
Jantung Rumah Sakit X Tahun 2022. Berdasarkan analisis terdapat pengaruh dari faktor
beban kerja terhadap pelaksanaan keselamatan pasien pada perawat di Instalasi Poli
Jantung Rumah Sakit X Tahun 2022. Berdasarkan analisis terdapat pengaruh dari faktor
supervisi terhadap pelaksanaan keselamatan pasien pada perawat di Instalasi Poli Jantung
Rumah Sakit X Tahun 2022
Volume 2, Nomor 8, Agustus 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
841 http://sosains.greenvest.co.id
BIBLIOGRAFI
Arikunto, S., 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka.
Bawelle, S.C., Sinolungan, J.S.V & Hamel, R., 2013. Hubungan pengetahuan dan sikap
perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien (patient safety) di ruang rawat
inap RSUD Liun Kendage Tahuna, Jurnal Keperawatan.
Cahyono, J. B. S., 2012. Membangun Budaya Keselamatan Pasien dalam Praktek
Kedokteran. Yogyakarta: Kanisius.
Darliana, D., 2016. Hubungan pengetahuan perawat dengan upaya penerapan patient
safety di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah DR. Zainoel Abidin
Banda Aceh, Idea Nursing Journal, 7.
Daud, A., 2020. Komite Nasional Keselamatan Pasien : Sistem Pelaporan dan
Pembelajaran Keselamatan Pasien Nasional (SP2KPN). Jakarta: Kementrian
Kesehatan Indonesia.
Departemen Kesehatan RI, 2009. Klasifikasi Umur Menurut Kategori, Ditjen Yankes.
Depdiknas, 2003. Undang-Undang RI N0. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Fridawaty, R., 2016. Faktor Yang sBerhubungan Dengan Implementasi Keselamatan
Pasien Di Rsud Ajjappannge Soppeng Tahun 2015, Jurnal Kebijakan Kesehatan
Indonesia.
Hartono, J., 2010. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-
Pengalaman. Edisi Pert. Yogyakarta: BPFE.
Harus & Sutarningsih, 2020. Pengetahuan Perawat Tentang Keselamatan Pasien Dengan
Pelaksanaan Prosedur Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS), Care, 3 (1).
Herlambang, S., 2016. Manajemen Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Kemenkes RI, 2011. Modul Penggunaan Obat Rasional, Bina Pelayanan Kefarmasian.
Kementerian Kesehatan RI, 2017. Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor
11 Tahun 2017 tentang keselamatan pasien, Progress in Physical Geography,
14(7), p. 450. Available at: https://tel.archives-ouvertes.fr/tel-01514176.
Listianawati, R., 2018. Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Keselamatan Pasien
dengan Sikap Perawat Terhadap Pemberian Obat di Ruang Rawat Inap III RSUD
dr. Loekmono Hadi Kudus, STIKES Cendikia Utama.
Mawansyah, L. M. T., 2017. Hubungan Pengetahuan Sikap dan Motivasi Kerja Perawat
dengan Pelaksanaan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Santa Anna Kendari,
Kesehatan Masyarakat, 2 (6).
Mona, N., 2020. Konsep Isolasi Dalam Jaringan Sosial Untuk Meminimalisasi Efek
Contagious di Indonesia, Sosial Humaniora Terapan, 2 (2).
Mulyono, M. H., 2012. Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja Perawat Di Rumah
Sakit Tingkat III, AKK, 2 (1).
Ningsih, N. S. & Endang, M., 2020. Pengetahuan Penerapan Keselamatan Pasien (Patient
Safety) Pada Petugas Kesehatan, Jurnal Kesehatan, 9(1), pp. 5971. doi:
Analisis Faktor Yang Memengaruhi Pelaksanaan
Keselamatan Pasien (Studi Kasus Instalasi Poli Jantung
Rumah Sakit X)
2022
Artha Ferninda Oktavian, Budhi Setianto 842
10.37048/kesehatan.v9i1.120.
Notoatmodjo, S., 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Prawitasari, S., 2009. Hubungan Beban Kerja Perawat Pelaksana dengan Keselamatan
Pasien di Rumah Sakit Husada Jakarta.
Retnaningsih, S., & Fatmawati, D., 2016. Beban Kerja Perawat Terhadap Implementasi
Patient Safety di Ruang Inap, Keperawatan Soedirman, 11 (1).
Saftarina, F., & Hasanah, L., 2014. Hubungan Shift Kerja dengan Gangguan Pola Tidur
pada Perawat Instalasi Rawat Inap di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung
2013. Universitas Lampung.
Simamora, 2018. Buku Ajar Keselamatan Pasien Melalui Timbang Terima Pasien
Berbasis Komunikasi Efektif. Medan: USU Press.
Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, 2017. Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
Kombinasi, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
Sujianto, A. E., 2009. Aplikasi statistik dengan spss 16.0. Cetakan 1. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Sukesi, I. Soehartono., & A., 2015. Analisi Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja
Perawat Melaksanakan Keselamatan Pasien, Keperawatan, 6 (1).
Sunaryo, 2009. Keselamatan Pasien dan Risiko Klinis. Semarang.
Sunaryo, 2015. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
TJC, 2018. Sentinel Event Data Summary.
Triwibowo, C., 2013. Manajemen Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta:
Trans Info Media.
Triwibowo, C., 2013. Manajemen Pelayanan Keperawatan Di Rumah Sakit. Cet. 1.
Jakarta: Trans Info Media.
WHO, 2017. Patien Safety Making Health Care Safer. Available at:
http://search.jamas.or.jp/link/ui/2007289073.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License.