1027
http://sosains.greenvest.co.id
JURNAL
SOSAINS
JURNAL SOSIAL DAN SAINS
VOLUME 2 NOMOR 9 2022
P-ISSN 2774-7018, E-ISSN 2774-700X
EFEK SAMPING KONTRASEPSI SUNTIK BERDASARKAN LAMA
PENGGUNAANNYA PADA MASYARAKAT KOTA BANDUNG
Eva Kusumahati, Katarina Rahayu
Akademi Farmasi YPF Bandung, Jawa Barat
Email : eva.kusumahati@akfarypf.ac.id, katarina.rahayu@akfarypf.ac.id
Kata Kunci:
Efek Samping.
Lama Penggunaan
Kontrasepsi
Suntik.
Keywords:
Side effects.
Duration of
Injectable
Contraceptive
Use. Injectable
Contraception
ABSTRAK
Latar Belakang: Salah satu jenis kontrasepsi efektif yang menjadi pilihan adalah
kontrasepsi suntik karena berdaya kerja panjang yang tidak membutuhkan pemakaian
setiap hari.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi Efek Samping Kontrasepsi
Suntik berdasarkan lama penggunaannya pada masyarakat (RW 05 Kel. Sindang Jaya)
Kota Bandung.
Metode: Jenis penelitian adalah penelitian observasional dengan desain Cross
Sectional. Pengumpulan data dilakukan secara konkuren menggunakan kuesioner.
Teknik pengambilan sampel adalah Purposive Sampling dengan jumlah 89 responden.
Hasil:. Hasil analisa univariate responden dengan lama penggunaan < 5 tahun 53
responden sedangkan > dari 5 tahun 36 responden. Hasil uji Chi square antara lama
penggunaan kontrasepsi suntik dengan efek samping haid tidak teratur, berat badan naik,
keputihan, jerawat dan sakit kepala (P = 0,52, 0,604, 0,612, 0,436, 0,086 > 0,05) yang
berarti H0 diterima, Ha ditolak.
Kesimpulan: Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa lama penggunaan kontrasepsi
suntik tidak terdapat pengaruh dengan haid tidak teratur, berat badan naik, keputihan,
jerawat dan sakit kepala.
ABSTRACT
Background: One type of effective contraception that has become an option is injectable
contraception because it has long-lasting power and does not require daily use.
Objective: This study aims to determine the potential side effects of injectable
contraceptives based on the duration of their use in the community (RW 05 Kel. Sindang
Jaya) Bandung City.
Methods: This type of research is an observational study with a cross sectional design.
Data was collected concurrently using a questionnaire. The sampling technique was
purposive sampling with a total of 89 respondents.
Results:. The results of the univariate analysis of respondents with duration of use < 5
years 53 respondents while > from 5 years 36 respondents. The results of the Chi square
test between the duration of injecting contraceptive use with side effects of irregular
menstruation, weight gain, vaginal discharge, acne and headaches (P = 0.52, 0.604,
0.612, 0.436, 0.086 > 0.05) which means H0 is accepted, Ha rejected.
Conclusion: This study can be concluded that the duration of injecting contraceptive
use has no effect on irregular menstruation, weight gain, vaginal discharge, acne and
headaches.
Efek Samping Kontrasepsi Suntik Berdasarkan Lama
Penggunaannya Pada Masyarakat Kota Bandung
2022
1028
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap orang karena setiap aspek kehidupan
berhubungan dengan kesehatan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
tahun 2009 tentang Kesehatan, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial maupun ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan
pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan, dan/atau
perawatan termasuk kehamilan dan persalinan (Indonesia & Indonesia, 1992).
Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga menyatakan bahwa pembangunan keluarga adalah upaya
mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat dan keluarga
berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan,
mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai hak reproduksi
untuk mewujudkan keluarga berkualitas (Nurhayati & Widanti, 2013). Undang-undang ini
mendukung program KB sebagai salah sau upaya untuk mewujudkan keluarga sehat dan
berkualitas. Pengaturan kehamilan dalam program KB dilakukan dengan menggunakan
alat kontrasepsi (Handayani, Tilly, & Rampen, 2011).
Keluarga Berencana (KB) pertama kali ditetapkan sebagai program pemerintah pada
tanggal 29 juni 1970 bersama dengan dibentuknya Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional. Program KB di Indonesia sudah dimulai sejak 1957, namun masih menjadi
urusan kesehatan dan belum menjadi urusan kependudukan. Namun sejalan dengan
semakin menigkatnya jumlah penduduk Indonesia serta tingginya angka kematian ibu dan
kebutuhan akan kesehatan reproduksi, program KB selanjutnya digunakan sebagai salah
satu cara untuk menekan pertumbuhan jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan Ibu
dan Anak (Sari, 2015).
Kontrasepsi adalah suatu alat, obat atau cara yang digunakan untuk mencegah
terjadinya konsepsi atau pertemuan antara sel telur dan sperma di dalam kandungan/Rahim
(Lesmana, 2018). Dalam menggunakan kontrasepsi, keluarga pada umumnya mempunyai
perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut diklasifikasikan dalam tiga
kategori, yaitu menunda/mencegah kehamilan, menjarangkan kehamilan, serta
menghentikan/mengakhiri kehamilan atau kesuburan.
Banyak perempuan mengalami kesulitan di dalam menentukan pilihan jenis
kontrasepsi (Jurisman, Ariadi, & Kurniati, 2016). Hal ini tidak hanya karena terbatasnya
metode yang tersedia, tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan
keamanan metode kontrasepsi tersebut. Berbagai faktor harus dipertimbangkan, termasuk
status kesehatan, efek samping potensional, konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang
tidak diinginkan, besar keluarga yang direncanakan, persetujuan pasangan, bahkan norma
budaya lingkungan dan orang tua (Rahayu, 2015).
Salah satu jenis kontrasepsi efektif yang menjadi pilihan adalah kontrasepsi
hormonal suntikan (injectables) dan merupakan salah satu alat kontrasepsi yang berdaya
kerja panjang (lama), yang tidak membutuhkan pemakaian setiap hari (Tendean, Kundre,
& Hamel, 2017). Berdasarkan jangka waktu, di Indonesia terdapat dua jenis kontrasepsi
suntik yang umum digunakan, yaitu kontrasepsi suntik bulan dan kontrasepsi suntik 3
bulan. Kontrasepsi suntik 3 bulan mengandung hormon progestin DMPA (Depo
Medroxyprogesterone Asetat), sementara kontrasepsi suntik bulan mengandung kombinasi
hormon progestin dan hormon estrogen (Kurniasari, Susilawati, & Fenniokha, 2020).
Kontrasepsi yang baik adalah aman, dapat diandalkan, sederhana, murah, dapat
diterima orang banyak, dan pemakaian jangka lama (Safitri, 2021). Efek samping yang
ditimbulkan dari kontrasepsi hormonal diantaranya mual, nyeri payudara, amenorhea,
spotting atau perdarahan bercak, siklus haid memanjang atau memendek, perdarahan yang
Volume 2, Nomor 9, September 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1029
http://sosains.greenvest.co.id
banyak ataupun sedikit (Dewi, 2019). Pada penggunaan jangka panjang akan terjadi
defisiensi estrogen sehingga dapat menyebabkan kekeringan vagina, menurunkan libido,
gangguan emosi, sakit kepala, jerawat, dan meningkatnya risiko osteoporosis. Pada
pemakaian kontrasepsi suntik umumnya mengalami efek samping gangguan haid seperti
amenorhea, spotting, menorarghia, metrorarghia (Wahyuni, 2018). Selain itu juga
mengalami penambahan berat badan, keputihan, sakit kepala, penurunan libido.
Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Jawa Barat pada tahun 2017 sebanyak
9.333.302 orang dan Peserta KB Aktif sebanyak 1.029.212 orang yang diantaranya
menggunakan metode kontrasepsi IUD sebanyak 93.051 orang, metode MOW sebanyak
17.798 orang, MOP sebanyak 6.654 orang, Kondom sebanyak 22.884 orang, Susuk 79.773
orang, Suntikan 562.771 orang, dan Pill 244.867. Sedangkan Jumlah Pasangan Usia Subur
(PUS) di Bandung pada tahun 2017 sebanyak 474.608 orang dan Peserta KB Aktif
sebanyak 27.227 orang yang diantaranya menggunakan metode kontrasepsi IUD sebanyak
3.507 orang, MOW sebanyak 112 orang, MOP sebanyak 11 orang, Kondom sebanyak
1.843 orang, Susuk 541 orang, Suntikan 17.373 orang, dan Pill 3.839 orang (BPS Provinsi
Jabar, 2017).
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian observasional
(Hidayat, 2015). Data dikumpulkan secara konkuren dengan studi desain Cross Sectional.
Pengolahan data menggunakan editing, coding, tabulating, dan cleaning. Analisa data
secara kuantitatif dan kualitatif (Sarwono, 2009). Penyajian data secara deskriptif.
Pengumpulan data dilakukan secara konkuren dengan menggunakan lembar kuesioner
berupa Angket dan Google Formulir. Data dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer untuk mengetahui variabel yang ingin diteliti dan diperoleh
langsung dari jawaban kuesioner. Data sekunder untuk mengetahui jumlah akseptor KB
yang menggunakan KB suntik 1 bulan dan 3 bulan suntik pada masyarakat RW 05 Kel.
Sindang Jaya Kota Bandung. Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh akseptor KB
pada masyarakat RW 05 Kel. Sindang Jaya Kota Bandung. Sampel adalah bagian dari
jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini sampelnya
yaitu 89 akseptor KB suntik. Analisa data meliputi; Analisa univariate dan Analisa
Multivariate (Norfai, 2022).
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisa Data Univariate
Analisa dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan gambaran
karakteristik responden berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, lama
penggunaan, dan jenis kontrasepsi suntik yang digunakan. Berdasarkan hasil penelitian
yang berjudul “Efek samping Kontrasepsi suntik berdasarkan lama penggunaannya
pada masyarakat (RW 05 Kel. Sindang Jaya) Kota Bandung” berdasarkan hasil
kuisioner yang diperoleh diuraikan sebagai berikut:
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Umur (tahun)
Jumlah (f)
%
19-31
55
61,80
32-44
19
21,35
45-56
15
16,85
Total sampel (n)
89
100
Efek Samping Kontrasepsi Suntik Berdasarkan Lama
Penggunaannya Pada Masyarakat Kota Bandung
2022
1030
Grafik 1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Berdasarkan tabel dan grafik 4.3 diketahui bahwa responden berumur 19-31
tahun sebanyak 55 responden (61,80%), responden dengan umur 32-44 tahun sebanyak
19 responden (21,35%) dan responden dengan umur 45-56 tahun sebanyak 15
responden (16,85%). Pada penelitian ini sebagian besar responden (61,80%) berumur
19-31 tahun, hal ini dikarenakan umur 20-35 tahun adalah fase menjarangkan
kehamilan dengan cara mengatur jarak kehamilan yang baik yaitu antara 2 sampai
4 tahun sehingga responden dalam penelitian ini lebih banyak menggunakan
kontrasepsi suntik untuk mengatur jarak kehamilannya. Sedangkan paling sedikit
(17,35%) berumur 45-56 tahun, hal ini dikarenakan ketika wanita berumur 40-50 maka
akan mengalami fase menopause yang ditandai dengan terhentinya siklus menstruasi,
tubuh secara resmi selesai dengan sistem reproduksinya, dan tidak bisa hamil secara
alami.
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan
Jumlah (f)
%
SD
6
6,74
SMP
15
16,85
SMA/SMK
59
66,29
Perguruan Tinggi
9
10,11
Total sampel (n)
89
100
Grafik 2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
61,80%
21,35%
16,85%
Umur Responden
19-31 tahun
32-44 tahun
45-56 tahun
6,74%
16,85%
66,29%
10,11%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
SD SMP SMA/SMK Perguruan
Tinggi
Pendidikan Responden
Volume 2, Nomor 9, September 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1031
http://sosains.greenvest.co.id
Berdasarkan tabel dan grafik 2 diketahui bahwa responden dengan pendidikan
SD sebanyak 6 responden (6,74%), responden dengan pendidikan SMP sebanyak 15
responden (16,85%), responden dengan pendidikan SMA/SMK sebanyak 59 responden
(66,29%) dan responden dengan pendidikan perguruan tinggi sebanyak 9 responden
(10,11%). Sebagian besar (66,29%) responden memiliki tingkat pendidikan menengah
(SMA/SMK), sehingga dapat memahami dengan mudah terhadap informasi yang
diberikan mengenai kontrasepsi suntik dan dapat memutuskan dengan tepat dalam
pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan.
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan
Jumlah (f)
%
Ibu Rumah Tangga
67
75,28
Karyawan
16
17,98
Wiraswasta
4
4,49
Guru
2
2,25
Total sampel (n)
89
100
Grafik 3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Berdasarkan tabel dan grafik 3 diketahui bahwa responden dengan status Ibu
Rumah Tangga sebanyak 67 responden (75,28%), responden dengan pekerjaan
Karyawan sebanyak 16 responden (17,98%), responden dengan pekerjaan Wiraswasta
sebanyak 4 responden (4,49%) dan responden dengan pekerjaan Guru sebanyak 2
responden (2,25%).
Sebagian besar (75,28%) responden sebagai Ibu Rumah Tangga, karena
kontrasepsi suntik dianggap lebih praktis dan ekonomis serta sebagian besar ibu rumah
tangga tidak memiliki keterbatasan waktu untuk melakukan akses pelayanan KB suntik
secara rutin karena lebih banyak waktu dirumah.
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas
Paritas
Jumlah (f)
%
Primipara
41
46,07
Multipara
48
53,93
Total sampel (n)
89
100
67
16
4
2
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Ibu Rumah
Tangga
Karyawan Wiraswasta Guru
Pekerjaan Responden
Efek Samping Kontrasepsi Suntik Berdasarkan Lama
Penggunaannya Pada Masyarakat Kota Bandung
2022
1032
Grafik 4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas
Berdasarkan tabel dan grafik 4 diketahui bahwa responden dengan paritas
Primipara sebanyak 41 responden (46,07%) dan responden dengan paritas Multipara
sebanyak 48 responden (53,93%). Sebagian besar (53,93%) responden multipara yaitu
wanita yang pernah melahirkan bayi hidup beberapa kali (sampai 5 kali). Hal ini
disebabkan karena paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut
kematian maternal. Jumlah anak mempengaruhi pemilihan kontrasepsi yang digunakan.
Semakin banyak anak yang dimiliki maka akan semakin besar kecenderungan untuk
menghentikan kesuburan sehingga lebih cenderung untuk memilih kontrasepsi jangka
Panjang.
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kontrasepsi Suntik
Jenis Kontrasepsi suntik
Jumlah (f)
%
1 bulan
32
35,96
3 bulan
57
64,04
Total sampel (n)
89
100
Grafik 5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kontrasepsi Suntik
Berdasarkan tabel dan grafik 5 diketahui bahwa responden yang menggunakan
kontrasepsi suntik 1 bulan sebanyak 32 responden (35,96%) dan responden yang
menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan sebanyak 57 responden (64,04%). Sebagian
besar (64,04%) responden menggunakan jenis kontrasepsi 3 bulan (DMPA)
dibandingkan dengan suntik 1 bulan (kombinasi) dikarenakan kadar hormon pada
46,07%
53,93%
Paritas
Primipara Multipara
35,96%
64,04%
Jenis Kontrasepsi yang digunakan
KB suntik 1 bulan KB suntik 3 bulan
Volume 2, Nomor 9, September 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1033
http://sosains.greenvest.co.id
kontrasepsi 1 bulan lebih banyak, semakin banyak hormonnya, maka reaksi efek
samping semakin banyak pula sedangkan pada kontrasepsi 3 bulan hanya mengandung
hormon progesteron yang tidak akan mengganggu produksi asi sehingga aman untuk
ibu menyusui, serta cukup menyenangkan bagi akseptor karena injeksi hanya 4 kali
dalam setahun.
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Lama Penggunaan Kontrasepsi Suntik
Lama Penggunaan
Jumlah (f)
%
< 5 tahun
53
59,55
> dari 5 tahun
36
40,45
Total sampel (n)
89
100
Grafik 6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Penggunaan Kontrasepsi
Suntik
Berdasarkan tabel dan grafik 6 diketahui bahwa responden dengan lama
penggunaan KB < 5 tahun sebanyak 53 responden (59,55%) dan responden dengan lama
penggunaan KB > dari 5 tahun sebanyak 36 responden (40,45%). Sebagian besar
responden menggunakan kontrasepsi suntik kurang dari 5 tahun. Umumnya pemakain
KB suntik mempunyai persyaratan sama dengan pemakaian kontrasepsi jenis pil,
penggunaan cara KB hormonal selama maksimal 5 tahun (Hernawati, 2008). Semakin
lama masa pemakaian KB suntik akan menimbulkan beberapa dampak, baik secara
langsung muncul ataupun dalam waktu yang lama, begitu pula bila masa pemakaian KB
suntik yang tidak terlalu lama kemungkinan untuk mengalami dampak bagi tubuhnya
juga semakin kecil.
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Efek Samping dengan Jenis Kontrasepsi Suntik
Efek Samping
Kontrasepsi 1 bulan
Kontrasepsi 3 bulan
Jumlah (f)
%
Jumlah (f)
%
Haid tidak teratur
24
75
42
73,7
Berat badan naik
22
68,8
37
64,9
Keputihan
11
34,4
16
28,1
Jerawat
15
46,9
19
33,3
Sakit Kepala
10
31,3
19
33,3
59,55%
40,45%
Lama penggunaan kontrasepsi
suntik
Kurang dari 5 tahun Lebih dari 5 tahun
Efek Samping Kontrasepsi Suntik Berdasarkan Lama
Penggunaannya Pada Masyarakat Kota Bandung
2022
1034
Grafik 7
Distribusi Frekuensi Efek Samping dengan Jenis Kontrasepsi Suntik
Berdasarkan tabel dan grafik 7 diketahui bahwa responden yang mengalami haid
tidak teratur sebanyak 24 responden (75%) pada pengguna KB suntik 1 bulan dan 42
responden (73,7%) pada pengguna KB suntik 3 bulan. Responden yang mengalami
berat badan naik sebanyak 22 responden (68,8%) pada pengguna KB suntik 1 bulan dan
37 responden (64,9%) pada pengguna KB suntik 3 bulan. Responden yang mengalami
keputihan sebanyak 11 responden (34,4%) pada pengguna KB suntik 1 bulan dan 16
responden (28,1%) pada pengguna KB suntik 3. Responden yang mengalami jerawat
sebanyak 15 responden (46,9%) pada pengguna KB suntik 1 bulan dan 19 responden
(33,3%) pada pengguna KB suntik 3 bulan. Responden yang mengalami sakit kepala
sebanyak 10 responden (31,3%) pada pengguna KB suntik 1 bulan dan 19 responden
(33,3%) pada pengguna KB suntik 3 bulan.
Dari hasil tabel diatas diketahui bahwa jumlah atau persentase efek samping lebih
besar yaitu pada pengguna KB suntik 1 bulan dibandingkan dengan kontrasepsi 3 bulan,
seperti pada efek samping haid tidak teratur pada kontrasepsi 1 bulan sebanyak 75%
sedangkan pada kontrasepsi 3 bulan sebanyak 73,07% dan pada efek samping berat
badan naik pengguna kontrasepsi 1 bulan sebanyak 68,8% sedangkan pada kontrasepsi
3 bulan sebanyak 64,9%. Sehingga kontrasepsi 3 bulan lebih cocok digunakan untuk
ibu menyusui karena efek sampingnya lebih rendah dibandingkan kontrasepsi 1 bulan,
karena pada kontrasepsi 1 bulan terdapat hormon estrogen yang dapat menghambat
produksi hormon prolaktin di dalam tubuh ibu, sehingga ASI tidak dihasilkan.
B. Analisa Data Multivariate
Analisa dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh antara lama penggunaan KB suntik dengan efek samping samping seperti haid
tidak teratur, berat badan naik, keputihan, jerawat dan sakit kepala dengan
menggunakan uji statistik Chi square dengan membandingkan antara nilai Asymp. Sig.
dengan batas kritis 0,05.
Tabel 8
75
68,8
34,4
46,9
31,3
73,7
64,9
28,1
33,3
33,3
0 20 40 60 80
Haid tidak teratur
Berat badan naik
Keputihan
Jerawat
Sakit Kepala
Efek Samping dengan Jenis Kontrasepsi
Suntik
Kontrasepsi 3 bulan Kontrasepsi 1 bulan
Volume 2, Nomor 9, September 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1035
http://sosains.greenvest.co.id
Gambaran pengaruh antara Lama Penggunaan Kontrasepsi Suntik dengan Efek
Samping
Lama Penggunaan Kontrasepsi
Suntik
Haid tidak
teratur
Total
P-Value
P-α
Hasil
Tidak
Ya
Lebih dari 5 tahun
8
28
36
0,52
0,05
H0 diterima,
Kurang dari 5 tahun
15
38
53
Ha ditolak
Total
23
66
89
Lama Penggunaan Kontrasepsi
Suntik
Berat badan
naik
Total
P-Value
P-α
Hasil
Tidak
Ya
Lebih dari 5 tahun
11
25
36
0,604
0,05
H0 diterima,
Kurang dari 5 tahun
19
34
53
Ha ditolak
Total
30
59
89
Lama Penggunaan Kontrasepsi
Suntik
Keputihan
Total
P-Value
P-α
Hasil
Tidak
Ya
Lebih dari 5 tahun
24
12
36
0,612
0,05
H0 diterima,
Kurang dari 5 tahun
38
15
53
Ha ditolak
Total
62
27
89
Lama Penggunaan Kontrasepsi
Suntik
Jerawat
Total
P-Value
P-α
Hasil
Tidak
Ya
Lebih dari 5 tahun
24
12
36
0,436
0,05
H0 diterima,
Kurang dari 5 tahun
31
22
53
Ha ditolak
Total
55
34
89
Lama Penggunaan Kontrasepsi
Suntik
Sakit Kepala
Total
P-Value
P-α
Hasil
Tidak
Ya
Lebih dari 5 tahun
28
8
36
0,086
0,05
H0 diterima,
Kurang dari 5 tahun
32
21
53
Ha ditolak
Total
60
29
89
Grafik 8
Gambaran pengaruh antara Lama Penggunaan Kontrasepsi Suntik dengan Efek
Samping
Efek Samping Kontrasepsi Suntik Berdasarkan Lama
Penggunaannya Pada Masyarakat Kota Bandung
2022
1036
Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat diketahui bahwa kelima efek samping
tersebut sebagian besar responden dengan lama penggunaan lebih dari 5 tahun
mengalami efek samping lebih sedikit dibandingkan dengan yang menggunakan
kontrasepsi suntik kurang dari 5 tahun. Pada efek samping haid tidak teratur sebagian
besar respondenya kurang dari 5 tahun yaitu sebanyak 38 responden dibandingkan
dengan responden yang lama penggunaannya lebih dari 5 tahun yaitu sebanyak 28
responden. Berdasarkan hasil uji Chi square diperoleh nilai kemaknaan p (0,52 > 0,05)
yang berarti H0 diterima, Ha ditolak. Hal ini dapat dikatakan bahwa lama penggunaan
kontrasepsi suntik tidak ada pengaruh dengan efek samping karena haid tidak teratur
bisa dipengaruhi beberapa faktor antara lain gizi, umur, psikologi, gangguan hormon,
berat badan yang turun atau naik drastis, penyakit yang menyertai, seperti polycystic
ovary syndrome (PCOS).
Pada efek samping berat badan naik sebagian besar respondenya dengan lama
penggunaan kontrasepsi kurang dari 5 tahun yaitu 34 responden dibandingkan dengan
responden yang lama penggunaannya lebih dari 5 tahun yaitu sebanyak 25 responden.
Berdasarkan hasil uji Chi square diperoleh nilai kemaknaan p (0,604 > 0,05) yang
berarti H0 diterima, Ha ditolak. Hal ini dapat dikatakan bahwa lama penggunaan
kontrasepsi suntik tidak ada pengaruh dengan efek samping berat badan naik, karena
berat badan naik pada akseptor suntik tidak hanya dipengaruhi oleh lama
penggunaannya, ada faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan berat badan
pada seseorang termasuk akseptor suntik. Faktor-faktor tersebut misalnya adalah
perubahan hormon, adanya kebiasaan makan banyak pada akseptor, ataupun karena
banyak makan tetapi kurang olah raga atau kurangnya aktifitas fisik, keturunan obesitas,
faktor fisiologis tubuh, pertambahan usia, gangguan hormon. Akseptor yang banyak
makan tetapi diimbangi dengan olah raga akan mampu mencegah peningkatan berat
badan, karena olah raga dapat membakar lemak yang ada pada tubuh.
Pada efek samping keputihan sebagian besar respondenya dengan lama
penggunaan kontrasepsi kurang dari 5 tahun yaitu 15 responden dibandingkan dengan
responden yang lama penggunaannya lebih dari 5 tahun yaitu sebanyak 12 responden.
Berdasarkan hasil uji Chi square diperoleh nilai kemaknaan p (0,612 > 0,05) yang
berarti H0 diterima, Ha ditolak. Hal ini dapat dikatakan bahwa lama penggunaan
kontrasepsi suntik tidak ada pengaruh dengan efek samping keputihan karena penyebab
keputihan pada setiap wanita bisa berbeda-beda, dan biasanya dikenali berdasarkan
jumlah cairan yang keluar hingga warna dan tekstur cairan. Keputihan normal umum
terjadi setidaknya 6 bulan sebelum seorang wanita mengalami menstruasi untuk
pertama kalinya. Kondisi ini adalah akibat dari perubahan hormon di dalam tubuh.
Tidak hanya itu, keputihan bisa muncul akibat rangsangan seksual, sedang menyusui,
atau stres.
Pada efek samping jerawat responden yang menggunakan kontrasepsi suntik
lebih dari 5 tahun sebanyak 12 responden sedangkan yang menggunakan kontrasepsi
suntik kurang dari 5 tahun sebanyak 22 responden. Berdasarkan hasil uji Chi square
diperoleh nilai kemaknaan p (0,436 > 0,05) yang berarti H0 diterima, Ha ditolak. Hal
ini dapat dikatakan bahwa lama penggunaan kontrasepsi suntik tidak terdapat
pengaruhnya terhadap kejadian timbulnya jerawat, karena sebagian besar yang
menggunakan kontrasepsi suntik mengalami haid tidak teratur yang dapat menyebabkan
timbulnya jerawat. Jerawat dapat terjadi karena kulit sensitif terhadap hormon. Hormon
yang paling utama dan naik turun sepanjang bulan adalah hormon estrogen dan
progesteron yang terdapat dalam kontrasepsi suntik.
Pada efek samping sakit kepala sebagian besar respondenya dengan lama
penggunaan kontrasepsi kurang dari 5 tahun yaitu 21 responden dibandingkan dengan
Volume 2, Nomor 9, September 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1037
http://sosains.greenvest.co.id
responden yang lama penggunaannya lebih dari 5 tahun yaitu sebanyak 8 responden.
Berdasarkan hasil uji Chi square diperoleh nilai kemaknaan p (0,086 > 0,05) yang
berarti H0 diterima, Ha ditolak. Hal ini dapat dikatakan bahwa lama penggunaan
kontrasepsi suntik tidak ada pengaruh dengan efek samping sakit kepala karena ada
faktor lain penyebab sakit kepala di antaranya faktor genetik serta pola hidup yang tidak
sehat, termasuk tidak makan secara teratur (telat makan), kurang tidur, perubahan cuaca
yang ekstrim, mengonsumsi minuman beralkohol dan kafein, stress, mengonsumsi
daging olahan, MSG, produk kedelai, serta pemanis buatan yang berlebihan. Maka hal
ini dapat dikatakan bahwa lama penggunaan kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan
tidak ada pengaruh dengan munculnya efek samping (haid tidak teratur, berat badan
naik, keputihan, jerawat dan sakit kepala).
KESIMPULAN
Berdasarkan dari penelitian ini efek samping yang dijumpai pada pengguna
kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3 bulan adalah haid tidak teratur dan berat badan naik. Dari
pengujian hasil kuisioner pada kontrasepsi hormonal suntik 1 bulan didominasi dengan
efek samping haid tidak teratur 75% dan berat badan naik 68,8% dan untuk kontrasepsi 3
bulan di dominasi dengan efek samping haid tidak teratur 73,7% dan efek samping berat
badan naik 64,9%. Berdasarkan lamanya penggunaan kontrasepsi suntik 1 bulan dan 3
bulan tidak terdapat pengaruh lama penggunaan kontrasepsi suntik dengan munculnya efek
samping seperti haid tidak terartur, berat badan naik, keputihan, jerawat dan sakit kepala.
BIBLIOGRAFI
Dewi, Dahlia Sri Tunggal. (2019). Kajian Efek Samping Kontrasepsi Hormonal Pada
Akseptor Kb Di Puskesmas Kendalsari Kota Malang. Akademi Farmasi Putra
Indonesia Malang.
Handayani, Lestari, Tilly, A. A., & Rampen, Hutapea. (2011). Kajian Undang-Undang No.
36 Tahun 2009 Terkait Program KB Berkualitas Dalam Mewujudkan Norma
Keluarga Kecil Bahagia Dan Sejahtera.
Hidayat, Aziz Alimul. (2015). Metode penelitian kesehatan paradigma kuantitatif. Health
Books Publishing.
Indonesia, Presiden Republik, & Indonesia, Presiden Republik. (1992). Undang Undang
No. 23 Tahun 1992 Tentang: Kesehatan. Undang Undang, 23, 131.
Jurisman, Abrar, Ariadi, Ariadi, & Kurniati, Roza. (2016). Hubungan Karakteristik Ibu
dengan Pemilihan Kontrasepsi di Puskesmas Padang Pasir Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas, 5(1).
Kurniasari, Devi, Susilawati, Nabela Gyandra Fenniokha, & Fenniokha, Nabela Gyandra.
(2020). Pengaruh Kontrasepsi Suntik 3Bulan Terhadap Kenaikan Berat Badan Ibu
Di Puskesmas Gedong Air Kota Bandar Lampung Tahun 2020. Jurnal Medika
Malahayati, 4(4), 257267.
Lesmana, Lido Sabda. (2018). Sistem Pakar Backward Chaining Untuk Pemilihan Alat
Kontrasepsi Yang Cocok Berbasis Android. Jurnal Edik Informatika Penelitian
Bidang Komputer Sains Dan Pendidikan Informatika, 4(1), 1022.
Norfai, S. K. M. (2022). Analisis data penelitian (Analisis Univariat, Bivariat dan
Multivariat). Penerbit Qiara Media.
Nurhayati, Nung Ati, & Widanti, Agnes. (2013). Ketentuan Tentang Keluarga Berencana
Dan Asas Nondiskriminasi Dikaitkan Dengan Hak Reproduksi Perempuan. Jurnal
Keperawatan BSI, 1(1).
Rahayu, Eka Nur. (2015). Penggunaan Alat Kontrasepsi Pasangan Usia Subur (Pus) Di
Efek Samping Kontrasepsi Suntik Berdasarkan Lama
Penggunaannya Pada Masyarakat Kota Bandung
2022
1038
Desa Mangunan Kecamatan Dlingo Bantul Intisari. Jurnal Kesehatan Karya
Husada, 3(2).
Safitri, Safitri. (2021). Pengetahuan Ibu dan Dukungan Suami berhubungan dengan
Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Jurnal Akademika
Baiturrahim Jambi, 10(1), 4754.
Sari, I. Ratna Novalia. (2015). Kontrasepsi hormonal suntik Depo Medroxyprogesterone
Acetate (DMPA) sebagai salah satu penyebab kenaikan berat badan. Jurnal Majority,
4(7), 6772.
Sarwono, Jonathan. (2009). Memadu Pendekatan Kuantitatif Dan Kualitatif: Mungkinkah?
Ilmiah Manajemen Bisnis.
Tendean, Bella, Kundre, Rina, & Hamel, Rivelino S. (2017). Hubungan Penggunaan Alat
Kontrasepsi Suntik Depomedroksi Progesteron Asetat (Dmpa) Dengan Tekanan
Darah Pada Ibu Di Puskesmas Ranotana Weru. Jurnal Keperawatan, 5(1).
Wahyuni, Endang Sri. (2018). Kontrasepsi hormonal progesteron.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License.