1078 http://sosains.greenvest.co.id
JURNAL
SOSAINS
JURNAL SOSIAL DAN SAINS
VOLUME 2 NOMOR 10 2022
P-ISSN 2774-7018, E-ISSN 2774-700X
GAMBARAN INTENSIFIKASI UPAYA KESEHATAN
PADA KEBIJAKAN PENANGGULANGAN TBC
DI PUSKESMAS SIWALANKERTO
Adam Firdaus Nazi’at, Ima Nadatien
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
Email : ck.zhd29@gmail.com, iman.69@unusa.ac.id
Kata kunci :
Upaya Kesehatan,
Kebijakan
Kesehatan,
Penanggulangan
TBC, Puskesmas
ABSTRAK
Latar Belakang: Penemuan kasus TBC positif di Surabaya tahun 2020 sebanyak 4.151
kasus dan kasus TBC positif di Puskesmas Siwalankerto tahun 2021 sebanyak 12 kasus.
Intensifikasi upaya kesehatan dalam rangka penanggulangan TBC terdiri atas promosi
kesehatan, pengendalian faktor resiko, penemuan dan pengobatan, pemberian
kekebalan, pemberian obat pencegahan.
Tujuan: Tujuan dari penelitian ini yakni menggambarkan intensifikasi upaya kesehatan
pada kebijakan penanggulangan TBC di Puskesmas Siwalankerto.
Metode: Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Unit analisis adalah intensifikasi upaya kesehatan dalam
penanggulangan. Partisipan dalam penelitian ini adalah petugas kesehatan TBC
Puskesmas Siwalankerto dan Kepala Puskesmas Siwalankerto. Triangulasi yang akan
dipakai adalah teknik triangulasi data, menggunakan sumber data yang berbeda, jika
hasil wawancara kedua narasumber berbeda, prioritas hasil wawancara menyesuaikan
kompetensi dan rasionalitas peneliti. Analisis data menggunakan analisis deskriptif
dengan menggambarkan intensifikasi upaya kesehatan dalam penanggulangan TBC di
Puskesmas Siwalankerto.
Hasil : Hasil dari penelitian ini antara lain semua indikator dari promosi kesehatan,
pengendalian faktor resiko, penemuan dan pengobatan, pemberian kekebalan dilakukan
secara intensif. Untuk pemberian obat pencegahan kepada kontak dengan pasien
dilakukan secara intensif dan pemberian obat pencegahan kepada orang dengan
penurunan sistem imun tidak dilakukan secara intensif.
Kesimpulan: Simpulan penelitian ini yakni intensifikasi upaya kesehatan pada
kebijakan penanggulangan TBC di Puskesmas Siwalankerto berjalan baik pada promosi
kesehatan, pengendalian faktor resiko, penemuan dan pengobatan, pemberian
kekebalan. Intensifikasi upaya kesehatan pada kebijakan penanggulangan TBC di
Puskesmas Siwalankerto terkendala pada pemberian obat pencegahan kepada orang
yang mengalami penurunan fungsi sistem imun. Saran bagi Puskesmas Siwalankerto
adalah Melakukan pemberian obat pencegahan kepada orang yang mengalami
penurunan fungsi sistem imun dengan intensif.
ABSTRACT
Background: The discovery of positive TB cases in Surabaya in 2020 was 4,151 cases
and positive TB cases at the Siwalankerto Health Center in 2021 were 12 cases.
Intensification of health efforts in the context of overcoming TB consists of health
promotion, control of risk factors, discovery and treatment, provision of immunity,
administration of preventive drugs
Volume 2, Nomor 10, Oktober 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1079 http://sosains.greenvest.co.id
Keywords:
Health Efforts,
Health Policy, TB
Countermeasures,
Puskesmas
Objective: The purpose of this study is to illustrate the intensification of health efforts
on TB mitigation policies at the Siwalankerto Health Center
Method: This study uses descriptive qualitative with a phenomenological approach. The
unit of analysis is the intensification of health efforts in countermeasures. Participants
in this study were TB health workers at the Siwalankerto Health Center and the Head of
the Siwalankerto Health Center. The triangulation that will be used is a data
triangulation technique, using different data sources, if the interview results of the two
speakers are different, the priority of the interview results adjusts the competence and
rationality of the researcher. Data analysis uses descriptive analysis by describing the
intensification of health efforts in overcoming TB at the Siwalankerto Health Center.
Results: The results of this study include all indicators of health promotion, risk factor
control, discovery and treatment, immunity administration is carried out intensively. For
the administration of preventive drugs to contact with patients is carried out intensively
and the administration of preventive drugs to people with a decrease in the immune
system is not carried out intensively.
Conclusion: The conclusion of this study is that the intensification of health efforts on
tb mitigation policies at the Siwalankerto Health Center is going well in health
promotion, risk factor control, discovery and treatment, immunity provision.
Intensification of health efforts on tb mitigation policies at the Siwalankerto Health
Center is constrained by the provision of preventive drugs to people who experience a
decrease in immune system function. Advice for the Siwalankerto Health Center is to
give preventive drugs to people who experience an intensive decline in immune system
function
PENDAHULUAN
Tuberkulosis yang selanjutnya disebut TBC adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang paru dan
organ lainnya (Kemenkes RI, 2021). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk
berdahak selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan
yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan
fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Kemenkes RI, 2018).
Indonesia termasuk dalam daftar 48 negara dengan beban tinggi untuk TBC,
artinya Indonesia memiliki permasalahan besar dalam menghadapi penyakit TBC
(Kemenkes RI, 2018). Capaian indikator kinerja program TBC yaitu penemuan dan
pengobatan kasus TBC serta keberhasilan pengobatan kasus TBC. Pada tahun 2020,
angka penemuan dan pengobatan semua kasus TBC di Jawa Timur menempati
urutan kedelapan di Indonesia sebanyak 42.922 kasus dengan Treatment Coverage
(TC) sebesar 44,7%. Target Treatment Coverage yang ditetapkan adalah minimal
80% (Kemenkes RI, 2020).
Gambaran Intensifikasi Upaya Kesehatan
Pada Kebijakan Penanggulangan Tbc
Di Puskesmas Siwalankerto
2022
Adam Firdaus Nazi’at, Ima Nadatien 1080
Gambar 1
Treatment Coverage Tuberkolosis di Provinsi Jawa Timur Tahun 2015
2020 (Sumber: Profil Kesehatan Jawa Timur 2020)
Gambar 1 menguraikan ditahun 2020 wilayah Jawa Timur mengalami
penurunan Treatment Coverage (TC) jika dibandingkan dengan tahun 2019.
Wilayah Jawa Timur belum pernah mencapai angka minimum target Treatment
Coverage (TC). Case Detection Rate (CDR), yaitu banyaknya jumlah yang
dinyatakan sebagai penderita yang telah ditemukan dibandingkan dengan jumlah
penderita yang masih diperkirakan pada wilayah tertentu. Penemuan kasus TBC
positif di Surabaya sebanyak 4.151 kasus dari 10.078 perkiraan insiden TBC
(41,19%) yang berarti mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2019
dimana penemuan kasus TBC positif (CDR) sebesar 73,04% (Dinas Kesehatan
Surabaya, 2014).
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif di wilayah kerjanya. Puskesmas mendorong seluruh
pemangku kepentingan berpartisipasi dalam upaya mencegah dan mengurangi
resiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Kemenkes, 2019). Upaya mencegah dan
mengurangi resiko kesehatan salah satunya pada kasus TBC. Capaian persentase
orang terduga TBC mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar di Puskesmas
Siwalankerto tahun 2021 mencapai 100% (DINAS, 2017). TBC termasuk dalam 10
Penyakit terbanyak di Puskesmas Siwalankerto dengan total 382 pasien
terkonfirmasi TBC. Hal ini dipengaruhi oleh faktor sosial seperti rendahnya
pendapatan per kapita, tingkat pendidikan, kepadatan penduduk dan gaya hidup
yang tidak sehat. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti belum
optimalnya program penanggulangan TBC yang ada karena kurangnya komitmen
dalam penangulangan TBC seperti kebijakan, pelayanan, pendanaan dan sarana dan
prasarana pendukung.
Berkaca dari tingginya kasus Tuberkulosis yang ada, sehingga sangat
diperlukan komitmen pemerintah dalam hal ini berupa kebijakan-kebijakan sebagai
upaya penanggulangan serta meminimalisir penyakit Tuberkulosis (Adrian,
Purnomo, & Agustiyara, 2020). Salah satu upaya pemerintah dalam eliminasi TBC
diwujudkan dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2021.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2021 merupakan sebuah
upaya untuk menciptakan masyarakat yang sehat, menurunkan angka kesakitan,
Volume 2, Nomor 10, Oktober 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1081 http://sosains.greenvest.co.id
angka kecacatan atau kematian, memutuskan penularan, mencegah terjadinya
resistensi obat dan mengurangi segala dampak negatif yang terjadi akibat
Tuberkulosis. Pencapaian target Eliminasi TBC dilaksanakan melalui penerapan
strategi nasional Eliminasi TBC, salah satunya adalah Intensifikasi upaya kesehatan
dalam rangka penanggulangan TBC. Intensifikasi upaya kesehatan dalam rangka
penanggulangan TBC terdiri atas promosi kesehatan, pengendalian faktor resiko,
penemuan dan pengobatan, pemberian kekebalan, pemberian obat pencegahan
(Martinus, Hadisaputro, & Munasik, 2020).
Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk menggambarkan intensifikasi
upaya kesehatan pada kebijakan penanggulangan TBC di Puskesmas Siwalankerto.
Manfaat dari penelitian ini yakni sebagian tambahan literasi dan pengetahuan
tentang intensifikasi upaya kesehatan pada kebijakan penanggulangan TBC di
Puskesmas Siwalankerto.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi. Metode deskripsi kualitatif digunakan untuk
mengeksplorasi dan menggambarkan situasi yang akan diteliti secara menyeluruh,
luas, dan mendalam (Sugiyono, 2019). Fenomenologi adalah pendekatan yang
menggambarkan secara deskriptif apa yang seseorang terima, rasakan, dan
diketahui dalam kesadaran langsungnya serta pengalaman pada suatu kejadian
(Manafie, 2010).
Data pada penelitian ini menggunakan data primer. Data primer yakni data
yang diperoleh dan dikumpulkan secara langsung dari objek penelitian dengan
menggunakan teknik pengumpulan data wawancara. Wawancara dilakukan dalam
bentuk wawancara mendalam dengan narasumber secara rinci. Peneliti akan
mewawancarai narasumber dengan pedoman wawancara yang telah dibuat oleh
peneliti untuk memperoleh informasi upaya kesehatan dalam Penanggulangan
TBC.
Gambar 2 Kerangka Operasional Penelitian Gambaran Intensifikasi Upaya
Kesehatan Pada Kebijakan Penanggulangan TBC di Puskesmas Siwalankerto
Gambaran Intensifikasi Upaya Kesehatan
Pada Kebijakan Penanggulangan Tbc
Di Puskesmas Siwalankerto
2022
Adam Firdaus Nazi’at, Ima Nadatien 1082
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Promosi Kesehatan
Dalam penanggulangan TBC Puskesmas Siwalankerto melakukan upaya
promosi kesehatan secara intensif sesuai dengan Perpres No. 67 Tahun 2021.
Promosi kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Perpres No. 67 Tahun 2021
Kemenkes RI (2021) diselenggarakan melalui :
1. Penyebarluasan informasi yang benar mengenai TBC ke masyarakat secara
masif melalui saluran komunikasi public.
2. Penyelenggaraan upaya perubahan perilaku masyarakat dalam pencegahan
dan pengobatan TBC.
3. Pelibatan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan influencer media sosial untuk
menyebarkan materi komunikasi, informasi, dan edukasi mengenai TBC.
4. Penyampaian informasi kepada masyarakat mengenai layanan TBC yang
sesuai standar.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hendra Kusuma &
(Kusuma & Anggraeni, 2021) yang menyatakan edukasi terus menerus melalui
berbagai kegiatan dan media berpengaruh terhadap pencegahan dan
pengendalian TBC.
B. Pengendalian Faktor Resiko
Dalam penanggulangan TBC Puskesmas Siwalankerto melakukan upaya
pengendalian faktor resiko secara intensif sesuai dengan Perpres No. 67 Tahun
2021. Pengendalian faktor resiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b
Perpres Nomor 67 Tahun 2021 (Kemenkes RI, 2021) dilakukan melalui:
1. Peningkatan derajat kesehatan perseorangan
2. Intervensi perubahan perilaku masyarakat
3. Peningkatan kualitas rumah tinggal pasien, perumahan, dan permukiman
4. Pencegahan dan pengendalian infeksi TBC di fasilitas pelayanan kesehatan
dan ruang publik
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Adrian et al., 2020)
yang menyatakan pengendalian faktor resiko bertujuan untuk dapat
meminimalisir penularan penyakit TB. Pengendalian faktor resiko diwujudkan
dengan kegiatan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
C. Penemuan dan Pengobatan
Dalam penanggulangan TBC Puskesmas Siwalankerto melakukan upaya
pengendalian faktor resiko secara intensif sesuai dengan Perpres No. 67 Tahun
2021. Kemenkes RI (2021) menyatakan penemuan dan pengobatan dilakukan
melalui:
1. Penemuan kasus TB secara pasif intensif berbasis Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
2. Penemuan kasus TBC secara aktif berbasis institusi dan komunitas
3. Pengobatan sesuai dengan standar dengan konsep pengobatan yang berpihak
pada pasien.
4. Penyediaan sarana diagnostik yang sensitif dan spesifik untuk penyakit TBC
oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang dapat diakses oleh
seluruh masyarakat
Volume 2, Nomor 10, Oktober 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1083 http://sosains.greenvest.co.id
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Chomaerah, 2020)
yang menyatakan Penemuan kasus yang dilakukan oleh petugas kesehatan di
Puskesmas dilakukan secara pasif dan aktif. Penanganan kasus TB di Puskesmas
dimulai dari penegakan diagnosis melalui pemeriksaan dahak pasien terduga TB.
Pemeriksaan dahak selanjutnya diuji dengan pemeriksaan Tes Cepat Molekuler
(TCM). (Pratama, Gurning, & Suharto, 2019) menyatakan Pelaksanaan program
penanggulangan TB khususnya penemuan kasus dan pemeriksaan dahak tidak
terlepas dari ketersediaan sarana dan prasarana untuk mendukung keberhasilan
program tersebut. Sarana yang dimaksud merupakan segala sesuatu yang
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan prasarana
merupakan segala sesuatu yang digunakan sebagai penunjang dalam
melaksanakan suatu kegiatan.
D. Pemberian Kekebalan
(Kemenkes RI, 2021) menyatakan pemberian kekebalan dilakukan melalui
imunisasi yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Puskesmas Siwalankerto melaksanakan imunisasi secara intensif,
kegiatan posyandu setiap satu minggu sekali. Peran petugas kesehatan TBC
adalah sebagai penyuluh di Posyandu, pelayanan imunisasi yang dilaksanakan
secara perseorangan adalah pelayanan pada fasilitas kesehatan setempat dalam
hal ini di Puskesmas Siwalankerto. Hal ini sesuai dengan PMK No 12 Tahun
2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi, pemberian imunisasi BCG terhadap
bayi dilakukan secara massal dan perseorangan sebagai upaya pencegahan dari
infeksi penyakit salah satunya TBC (Kemenkes RI, 2019).
E. Pemberian Obat Pencegahan
Dalam penanggulangan TBC Puskesmas Siwalankerto melakukan upaya
pemberian obat pencegahan secara intensif hanya pada kontak dengan pasien.
Hal tersebut tidak sesuai dengan Perpres No. 67 Tahun 2021. Kemenkes RI
(2021) menyatakan pemberian obat pencegahan dilakukan kepada:
1. Kontak dengan pasien
2. Pemberian kepada orang yang mengalami penurunan fungsi sistem imun
Berdasarkan ketentuan di atas, Puskesmas Siwalankerto kurang memenuhi
standar dalam upaya pemberian obat pencegahan. Puskesmas Siwalankerto tidak
memberikan obat pencegahan TBC kepada orang yang mengalami penurunan
fungsi sistem imun, hal tersebut dapat terjadi dikarenakan orang yang
mengalami penurunan fungsi sistem imun akan diobati sesuai dengan kondisi
masing-masing penyakitnya. Bakteri TBC juga bisa bersifat laten. Pada TBC
laten, bakteri tidak menyebabkan sakit, tetapi bisa menjadi aktif di kemudian
hari dan memunculkan gejala apabila tidak diberi pengobatan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan (Aprilidyawati, 2020) tujuan pemberian obat pencegahan
TBC atau Terapi Pencegahan TBC (TPT) adalah untuk mengurangi beban TBC
pada anak dan siapa saja yang mengalami defisiensi imun karena kelompok
resiko tinggi tersebut terinfeksi TBC.
F. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian yang dihadapi oleh peneliti dalam melaksanakan
penelitian yaitu proses pengambilan data kurang maksimal dikarenakan pihak
Gambaran Intensifikasi Upaya Kesehatan
Pada Kebijakan Penanggulangan Tbc
Di Puskesmas Siwalankerto
2022
Adam Firdaus Nazi’at, Ima Nadatien 1084
puskesmas sedang melaksanakan sistem peralihan dari pelayanan Covid-19 dan
sesudah Covid-19.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan yakni Intensifikasi promosi kesehatan pada kebijakan penanggulangan
TBC di Puskesmas Siwalankerto berjalan baik. Intensifikasi pengendalian faktor
resiko pada kebijakan penanggulangan TBC di Puskesmas Siwalankerto berjalan
baik. Intensifikasi penemuan dan pengobatan pada kebijakan penanggulangan TBC
di Puskesmas Siwalankerto berjalan baik. Intensifikasi pemberian kekebalan pada
kebijakan penanggulangan TBC di Puskesmas Siwalankerto berjalan baik.
Intensifikasi pemberian obat pencegahan pada kebijakan penanggulangan
TBC di Puskesmas Siwalankerto tidak berjalan baik, dikarenakan pemberian obat
pencegahan kepada orang yang mengalami penurunan fungsi sistem imun tidak
dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Adrian, Maisarah Mitra, Purnomo, Eko Priyo, & Agustiyara, Agustiyara. (2020).
Implementasi Kebijakan Pemerintah Permenkes NO 67 Tahun 2016 Dalam
Penanggulangan Tuberkulosis di Kota Yogyakarta. Jurnal Kebijakan Kesehatan
Indonesia: JKKI, 9(2), 8388.
Aprilidyawati, Rizka. (2020). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Angka
Keberhasilan Pengobatan Tuberkulosis Pada Anak Di Kota Surabaya. Universitas
Airlangga.
Chomaerah, Siti. (2020). Program Pencegahan Dan Penanggulangan Tuberkulosis Di
Puskesmas. HIGEIA (Journal Of Public Health Research And Development), 4(3),
398410.
Dinas Kesehatan Surabaya. (2014). Profil Kesehatan Kota Surabaya Tahun 2020. In Paper
Knowledge . Toward a Media History of Documents (Vol. 7). Surabaya.
DINAS, S. P. M. (2017). Laporan Tahunan.
Kemenkes, R. I. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 Kemenkes RI. Health Statistics.
Kemenkes RI. (2018). INFODATIN Tahun 2018. In Tuberkulosis (Vol. 1).
Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 43 Tahun 2019. ,
(2019).
Kemenkes RI. (2020). Profil Kesehatan Jawa Timur Tahun 2020.
Kemenkes RI. (2021). Peraturan Presiden Nomor 67 tahun 2021. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesiandonesia, 67(069394), 107.
Kusuma, Arif Hendra, & Anggraeni, Atika Dhiah. (2021). Pemberdayaan Kader Kesehatan
Masyarakat Dalam Pengendalian Tuberkulosis. Jurnal EMPATI (Edukasi
Masyarakat, Pengabdian Dan Bakti), 2(1), 6570.
Manafie, Yeremenia Djefrie. (2010). Teori Fenomenologi Sosial Modern. Jakarta:
Salemba Humanika.
Martinus, Ishak, Hadisaputro, Suharyo, & Munasik, Munasik. (2020). Hubungan
Frekuensi Penyelaman, Lama Menyelam, Pilek, Dan Merokok, Terhadap Kejadian
Barotrauma Telinga Tengah Penyelam Tradisional.
Pratama, Muchti Yuda, Gurning, Fitriani Pramita, & Suharto, Suharto. (2019).
Implementasi Penanggulangan Tuberkulosis di Puskesmas Glugur Darat Kota
Medan. Jurnal Kesmas Asclepius, 1(2), 196205.
Sugiyono, P. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (D. Sutopo. S. Pd,
MT, Ir. Bandung: Alfabeta.
Volume 2, Nomor 10, Oktober 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1085 http://sosains.greenvest.co.id
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License.