1144 http://sosains.greenvest.co.id
JURNAL
SOSAINS
JURNAL SOSIAL DAN SAINS
VOLUME 2 NOMOR 10 2022
P-ISSN 2774-7018, E-ISSN 2774-700X
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN TINDAKAN
PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)
PADA ANAK BALITA
Amiruddin, Anasril, Maryono, Sri Gustini
Poltekkes Kemenkes Aceh Indonesia
Email : amiruddin@poltekkesaceh.ac.id, ayyubi.tour@gmail.com,
maryonoakpermbo@gmail.com, sricaring74@gmail.com
Kata kunci:
Pengetahuan,
Pencegahan ISPA,
Balita
Keywords:
Knowledge,
Prevention of ARI,
Toddlers
.
ABSTRAK
Latar Belakang : Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) sebagian besar disebabkan
oleh virus. Penyebab infeksi yang demikian beragam mengakibatkan berbedanya upaya
yang mungkin dilakukan setiap orang, baik untuk mencegah maupun untuk pengobatan.
Tujuan : Tujuan penelitian ini dibuat adalah untuk mengedukasi ibu agar anak-anak
terhindar dari ISPA
Metode : Jenis penelitian ini adalah analitik dengan rancangan crossectional study, yang
bertujuan untuk mencari hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen. Penelitian ini untuk menganalisis hubungan pengetahuan ibu dengan perilaku
pencegahan ISPA.
Hasil : Pengetahuan ibu yang sebagian besar dikategorikan sudah baik dapat disebabkan
oleh banyak faktor misanya dari karakteristik ibu tersebut. Tingkat pengetahuan ibu juga
dapat dipengaruhi oleh pendidikan, dimana pendidikan seseorang dapat memberikan
wawasan atau cara pandang kepada seseorang untuk mengambil sikap, keputusan, untuk
melakukan tindakan. Selain itu semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka
dapat mudah untuk menyerap informasi tentang pencegahan ISPA.
Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan
pada kategori baik yaitu sebanyak 29 orang atau sekitar 76,3%, kebanyakan responden
melakukan tindakan pencegahan ISPA pada kategori baik yaitu 26 orang atau 68,4%..
ABSTRACT
Background: Acute respiratory infections (ARI) are mostly caused by viruses. Such
diverse causes of infection result in different attempts that may be made by each person,
both to prevent and for treatment.
Purpose: The purpose of this study was to educate mothers so that children avoid ARI.
Method: This type of research is analytical with a crossectional study design, which
aims to find the relationship between independent variables and dependent variables
(Hastono, 2016). This study is to analyze the relationship of maternal knowledge to ARI
prevention behaviors.
Results: ). : The mother's knowledge, which is largely categorized as good, can be due
to many factors such as the characteristics of the mother. The mother's level of
knowledge can also be influenced by education, where one's education can provide
insight or perspective to a person to take attitudes, decisions, to take actions. In addition,
Volume 2, Nomor 10, Oktober 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1145 http://sosains.greenvest.co.id
the higher the level of knowledge of a person, the easier it can be to absorb information
about the prevention of ARI
Conclusion: It can be concluded that the majority of respondents have knowledge in the
good category, namely 29 people or around 76.3%, most respondents took ARI
precautions in the good category, namely 26 people or 68.4%.
PENDAHULUAN
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) sebagian besar disebabkan oleh virus.
Penyebab infeksi yang demikian beragam mengakibatkan berbedanya upaya yang mungkin
dilakukan setiap orang, baik untuk mencegah maupun untuk pengobatan (Amjad, 2014).
WHO menuturkan, ISPA merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada
anak di negara yang sedang berkembang. Infeksi saluran pernafasan akut ini menyebabkan
empat dari 15 juta perkiraan kematian pada anak berusia di bawah 5 tahun pada setiap
tahunnya dan sebanyak dua pertiga dari kematian tersebut terjadi pada bayi (Wahyuningsih,
Raodhah, & Basri, 2017).
Dalam kondisi serius, dampak dan bahaya ISPA pada anak bisa berefek panjang.
Salah satunya bisa mengganggu perkembangan anak. Jika anak terus-menerus sakit, tentu
berat badannya pun tidak akan naik (Sagala & Fauziah, 2021). Padahal, di masa
pertumbuhan dan perkembangan, umumnya berat badan anak akan naik. Selanjutnya jika
infeksi terjadi di paru-paru da n tidak ditangani dengan baik, dapat terjadi komplikasi yang
serius dan dapat berakibat fatal. Komplikasi yang sering terjadi akibat ISPA adalah gagal
napas akibat paru-paru berhenti berfungsi, peningkatan kadar karbon dioksida dalam darah,
serta gagal jantung (Sianipar, Ginting, & Hellen, 2022).
Menurut WHO ± 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian
besar kematian tersebut terdapat di negara berkembang dimana pneumonia merupakan
salah satu penyebab lingkungan (karena kualitas udara). faktor penyebab ISPA pada balita
adalah Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi buruk, imunisasi yang tidak lengkap,
kepadatan tempat tinggal dan lingkungan fisik (Pebriyani, Alfarizi, & Putri, 2016).
Prevalensi ISPA tahun 2018 di Indonesia menurut diagnosa tenaga kesehatan
(dokter, bidan atau perawat) dan gejala yang dialami sebesar 9,3 persen. Penyakit ini
merupakan infeksi saluran pernapasan akut dengan gejala demam, batuk kurang dari 2
minggu, pilek, hidung tersumbat dan atau sakit tenggorokan.Menurut Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) tahun 2018, provinsi dengan penderita ISPA tertinggi di Nusa
Tenggara Timur (NTT) sebesar 13,1 persen. Sementara, penderita ISPA paling sedikit di
Jambi sebesar 5,5 persen (Kemenkes, 2019).
Pada tahun 2019 angka kematian akibat ISPA pada balita sebesar 0,12%. Angka
kematian akibat ISPA pada kelompok bayi lebih tinggi hampir dua kali lipat dibandingkan
pada kelompok anak umur 1 4 tahun, adapun cakupan penenuman kasus ISPA pada tahun
2019 adalah sebesar 52,9% (Kemenkes, 2020).
Prevalensi ISPA di Provinsi Aceh pada tahun 2017 adalah sebanyak 4,3% atau
sebesar 41.596 penderita. Dari jumlah tersebut sekitra 4.514 penderita berusia di bawah 5
tahun. Sedangkan pada tahun 2018 prevalensi temuan ISPA pada Balita sebanyak 4,46%
dengan jumlah kematian sebanyak 15 anak balita (0,46%) (Kemenkes, 2019).
Demikian juga dengan kejadian ISPA pada balita di Kabupaten Aceh Singkil dimana
jumlah penderita pada tahun 2018 adalah 7,05% atau sekitar 958 balita. Sedangkan pada
tahun 2019 terjadi sedikit peningkatan dimana prevalensi kejadian ISPA di Aceh Singkil
sebanyak 7,72% atau sekitar 981 balita (Dinkes Aceh Singkil, 2019).
Menurut hasil survey di UPTD Puskesmas Singkohor, peringkat pertama dari 10
besar penyakit yang ada di wilayahnya pada tahun 2020 adalah ISPA. Jumlah kasus ISPA
untuk semua umur sebanyak 987 orang, sedangkan pada tahun 2021 sebanyak 838 orang
Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Tindakan
Pencegahan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa)
Pada Anak Balita
2022
Amiruddin, Anasril, Maryono, Sri Gustini 1146
diantaranya 196 orang berusia kurang dari 1 tahun (23,4%) dan 271 berusia 1-4 tahun
(32,3%).
Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan terhadap kebiasaan ibu yang
anaknya mengalami ISPA didapatkan bahwa hasil bahwa 4 orang ibu dari 5 orang yang
diamati (80%) membiarkan anaknya bermain di tempat yang kurang bersih. Selanjutnya
untuk menguatkan fakta dilapangan dilakukan wawancara pada tanggal 18 Februari 2022
di Puskesmas Singkohor dengan 5 orang ibu yang anaknya mengalami ISPA, diperoleh
informasi bahwa 4 orang diantaranya tidak mengerti tentang ISPA yang menyerang
anaknya, tidak mengerti tentang pencegahan ISPA dan penanganan pada anak yang
mengalami ISPA.
Hal ini sejalan dengan teori segitiga epidemiologi yang dikemukana oleh John (Sari
et al., 2021) yang menyebutkan bahwa timbul atau tidaknya penyakit pada manusia
dipengaruhi oleh tiga faktor utama host (penjamu), agent (agen), dan environment
(lingkungan) (Sumampouw, 2017). Terjadinya ketidakseimbangan dari ketiga faktor ini
akan menimbulkan penyakit, termasuk ISPA. Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya
ISPA pada balita dalam sebuah keluarga sangat diperlukan adanya pengetahuan yang
memadai terutama dari ibu balita tentang pencegahan ISPA.
Hasil peneilitian (Qasim & Dewi, 2018) yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Dan
Sikap Ibu Dengan Pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas Antang Makassar” menunjukkan hasil bahwa ada hubungan
pengetahuan dan sikap ibu terhadap pencegahan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
pada balita di puskesmas Antang Makassar. Pengetahuan dengan nilai person chi square
0,005 < α (0,05) dan sikap nilai person chi square 0,002 < α (0,05) Sehingga disimpukan
bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan pencegahan ISPA pada
balita.
Sejalan dengan hal tersebut, penelitian yang dilakukan oleh (Niki, 2019) yang
berjudul “Hubungan Pengetahuan Ibu dan Dukungan Keluarga Terhadap Upaya
Pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut” menunjukkan hasil bahwa terdapat
hubungan antara pengetahuan dengan upaya pencegahan ISPA dan ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan upaya pencegahan ISPA. Hasil penelitian ini mengindikasikan
bahwa pengetahuan ibu sangat berperan penting dalam upaya pencegahan terjadinya ISPA
pada anak.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan rancangan crossectional study, yang
bertujuan untuk mencari hubungan antara variabel independent dengan variabel dependent
(Niki, 2019). Penelitian ini untuk menganalisis hubungan pengetahuan ibu dengan perilaku
pencegahan ISPA.
Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Singkohor Kabupaten Aceh
Singkil pada bulan Mei 2022. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Singkohor Kabupaten Aceh Singkil yang berjumlah 271 orang.
Sampel yang diambil sebanyak 38 orang dengan menggunakan metode Cluster Random
Sampling.
Intrumen penelitian berupa kuesioner. Kuesioner diawali dengan data-data
responden. Kemudian kuesioner untuk variabel pengetahuan ibu terdiri dari 15 pertanyaan
dalam bentuk pilihan berganda. Kuesioner untuk variabel perilaku pencegahan ISPA terdiri
dari 10 pertanyaan dengan 2 pilihan jawaban yaitu Ya dan Tidak.
Volume 2, Nomor 10, Oktober 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1147 http://sosains.greenvest.co.id
Data pada penelitian dikumpulkan dengan membagikan kuesioner kepada seluruh
responden . Analisa data dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi (bivariat) yaitu
suatu teknik untuk menentukan sampai sejauh mana terdapat hubungan antara variable.
Metode uji statistic yang digunakan adalah uji chi square yang berguna untuk mengetahui
ada dan tidaknya hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan bahwa mayoritas responden
berumur dewasa akhir yaitu 23 orang (60,5%), kategori pendidikan kebanyakan SMA
yaitu 15 orang (39,5%), serta kebanyakan bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu 36
orang (94,7%) (Zega, Barus, Pujiastuti, & Novitarum, 2022). Pengetahuan responden
dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu baik, cukup dan kurang. Dikategorikan baik
bila nilai yang diperoleh 11-15, cukup 6-10, dan kurang bila nilai yang diperoleh 0-6.
Tabel 1. Hasil pengukuran pengetahuan
No
Kategori
Persen (%)
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
76,3
23,7
0
Jumlah
100
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki
pengetahuan pada kategori baik yaitu sebanyak 29 orang atau sekitar 76,3%. Tindakan
pencegahan ISPA dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu baik, cukup dan kurang.
Dikategorikan baik bila nilai yang diperoleh 8-10, cukup 4-7, dan kurang bila nilai yang
diperoleh 0-3. Tabel 2. Hasil pengukuran tindakan pencegahan ISPA
No
Kategori
Frekuensi (n)
Persen (%)
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
26
12
0
68,4
31,6
0
Jumlah
38
100
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kebanyakan responden
melakukan tindakan pencegahan ISPA pada kategori baik yaitu 26 orang atau 68,4%.
Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Pencegahan ISPA Hubungan pengetahuan
dengan tindakan pencegahan ISPA dikatakan bermakna bila nilai p value lebih kecil
dari 0,05.
Tabel 3 Hasil analisis
Pengetahuan
Tindakan Pencegahan ISPA
Jumlah
p
Baik
Cukup
n
%
n
%
n
%
Baik
23
79,3
6
20,7
9
100
0,029
Cukup
3
33,3
6
66,7
9
100
Total
26
2
8
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 29 orang ibu yang memiliki pengetahuan
baik, 23 orang (79,3%) diantaranya melakukan tindakan pencegahan ISPA dengan baik.
Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Tindakan
Pencegahan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa)
Pada Anak Balita
2022
Amiruddin, Anasril, Maryono, Sri Gustini 1148
Selanjutnya dari 9 orang ibu yang memiliki pengetahuan cukup, 6 orang (66,7%)
diantaranya melakukan tindakan pencegahan ISPA dengan kategori cukup juga. Hasil
uji chi-square menunjukkan bahwa nilai p=0,029 (p<0,05). Keputusan yang diambil
adalah dengan menerima Ha, artinya ada hubungan pengetahuan ibu dengan tindakan
pencegahan ISPA.
B. Pembahasan
(Notoatmodjo, 2010) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Perilaku baru dari
seseorang dimulai pada domain kognitif dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap
stimulus yang berupa materi objek yang menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap
kemudian objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan
menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan terhadap stimulus atau objek,
sehingga pengetahuan merupakan langkah awal dari sesorang untuk menentukan sikap
dan perilakunya.
Pengetahuan ibu yang sebagian besar dikategorikan sudah baik dapat disebabkan
oleh banyak faktor misanya dari karakteristik ibu tersebut. Pengetahuan seseorang jika
dikaitkan dengan data umum berupa umur, maka dapat diketahui bahwa faktor umur
juga dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Seperti yang diketahui bahwa
sebagian besar ibu yang menjadi responden berusia antara 31-45 tahun yaitu sebanyak
23 orang (60,5%). Pada rentang usia ini tentunya ibu-ibu sudah banyak pengalaman
dalam merawat anak-anaknya agar tercegah dari berbagai penyakit. Hal ini didukung
dengan pendapat yang mengungkapkan bahwa semakin bertambah usia akan semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik.
Tingkat pengetahuan ibu juga dapat dipengaruhi oleh pendidikan, dimana
pendidikan seseorang dapat memberikan wawasan atau cara pandang kepada seseorang
untuk mengambil sikap, keputusan, untuk melakukan tindakan. Selain itu semakin
tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka dapat mudah untuk menyerap informasi
tentang pencegahan ISPA. Seperti yang diketahui dalam karakteristik responden berupa
pendidikan ibu bahwa kebanyakan ibu berpendidikan SMA, dimana dengan latar
belakang pendidikan SMA ini ibu-ibu sudah mudah dalam menyerap informasi yang
diterimanya. (Soekidjo, 2010) mengungkapkan bahwa pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapakan seseorang dengan pendidikan tinggi,
maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahannya. Lebih lanjut (Soekidjo,
2010) mengungkapkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia akan
mudah menerima hal-hal yang baru dan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru
tersebut. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan
informasi, baik dari orang lain maupun dari media masa.
Hasil penelitian terhadap variabel tindakan pencegahan ISPA menunjukkan
bahwa sebagian besar ibu memiliki tindakan pada kategori baik yaitu 26 orang (68,4%).
Tindakan pencegahan ISPA yang dikategorikan baik dapat disebabkan karena adanya
faktor pembentuk perilaku yang mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keyakinan, nilai-nilai, lingkungan, fasilitas, dan dukungan (Soekidjo, 2010). Apabila
faktor pembentuk perilaku ini baik, maka tindakan yang dilakukan juga akan baik.
Dari analisis bivariat yang telah dilakukan menggunakan uji chi square yang
menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan tindakan
pencegahan ISPA dengan p value 0,029 (p < 0,05) (Maramis, Ismanto, & Babakal,
2013). Artinya bahwa baiknya pengetahuan ibu tentang ISPA dapat menyebabkan
tindakan pencegahan ISPA juga berada pada kategori yang baik juga.
Volume 2, Nomor 10, Oktober 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1149 http://sosains.greenvest.co.id
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
(Qasim & Dewi, 2018) yang menujukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu
dengan tindakan pencegahan ISPA (p-value= 0,005). Penelitian ini menjelaskan bahwa
bila suatu tindakan didasari oleh seperangkat pengetahuan yang baik maka perilaku
tersebut akan bersifat baik, sebaliknya apabila tidak didasari oleh pengetahuan yang
baik maka perilaku tidak akan berlangsung baik. Oleh karenanya pengetahuan sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang dalam hal ini upaya pencegahan ibu
terhadap ISPA pada anak balitanya.
Demikian juga hal nya dengan penelitian yang dilakukan oleh (Pebriyani et al.,
2016) yang menunjukkan hasil bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang
ISPA dengan perilaku pencegahan pada balita dengan nilai signifikansi p=0,004
(p<0,05). Penelitian ini juga menjelaskan bahwa rendahnya tingkat pengetahuan dan
keterampilan ibu menjadi salah satu pemicu terjadinya ISPA pada balita. Sebagian besar
keluarga yang mempunyai balita ISPA dirumah adalah ibu yang tidak mengetahui cara
pencegahan ISPA.
Ibu yang memiliki pengetahuan yang lebih baik memungkinkan ibu tersebut
memiliki perilaku yang baik. Menurut (Pebriyani et al., 2016) Perilaku berkaitan dengan
bagai mana ibu memberikan pencegahan tentang kejadian ISPA pada anaknya semakin
banyak pengetahuan ibu tentang ISPA, semakin rendah angka kesakitan, sedangkan ibu
yang tidak mempunyai cukup pengetahuan tentang ISPA akan menganggap remeh dan
bahkan tidak mendukung upaya pencegahan penyakit ISPA, sehingga menyebabkan
semakin tinggi angka kesakitan pada balita.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan pada kategori baik yaitu
sebanyak 29 orang atau sekitar 76,3%, kebanyakan responden melakukan tindakan
pencegahan ISPA pada kategori baik yaitu 26 orang atau 68,4%. Dari hasil analisis
bivariat diketahui bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang ISPA dengan
tindakan pencegahan ISPA dengan p value 0,029 (p < 0,05). Disarankan kepada
Petugas Kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Singkohor Kabupaten Aceh Singkil
untuk lebih meningkatkan lagi promosi kesehatan tentang pentingnya pencegahan
ISPA khususnya pada ibu balita sehingga tindakan dalam pencegahan ISPA akan
semakin baik.
DAFTAR PUSTAKA
Amjad, Wiko. (2014). Hubungan Karakteristik Ibu Dengan Penanggulangan
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Pada Balita Di Puskesmas
Uteun Pulo Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013.
Universitas Teuku Umar Meulaboh.
Kemenkes, R. I. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 Kemenkes Ri. Health
Statistics.
Kemenkes, R. I. (2020). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile
2018].; 2019.
Maramis, Paramitha A., Ismanto, Amatus Yudi, & Babakal, Abram. (2013).
Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Pengetahuan Ibu Tentang Ispa Dengan
Kemampuan Ibu Merawat Balita Ispa Pada Balita Di Puskesmas Bahu Kota
Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Tindakan
Pencegahan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa)
Pada Anak Balita
2022
Amiruddin, Anasril, Maryono, Sri Gustini 1150
Manado. Jurnal Keperawatan, 1(1).
Niki, Ike. (2019). Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Dukungan Keluarga Terhadap
Upaya Pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Jurnal Promkes: The
Indonesian Journal Of Health Promotion And Health Education, 7(2), 182
192.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan.
Pebriyani, Upik, Alfarizi, Ringo, & Putri, Gita Herminda. (2016). Hubungan
Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Ispa Dengan Perilaku Pencegahan Pada
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Ambon Bandar Lampung Tahun
2016. Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, 3(3).
Qasim, Muhammad, & Dewi, Indra. (2018). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu
Dengan Pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa) Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas Antang Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Diagnosis, 12(6), 681685.
Sagala, Debora, & Fauziah, Anisa. (2021). Edukasi Kesehatan Bahaya Ispa Dan
Pencegahanya Di Desa Tapung Jaya Kabupaten Rokan Hulu. Journal Of
Community Services Public Affairs, 1(3), 8791.
Sari, Novi Wulan, Akbar, Hairil, Masliah, Ika Nirmala, Kamaruddin, Mudyawati,
Sinaga, Evi Susanti, Nuryati, Elmi, & Chiani, Saraswati Haylian. (2021). Teori
Dan Aplikasi Epidemiologi Kesehatan. Zahir Publishing.
Sianipar, Artha Yuliana, Ginting, Grace Anastasia, & Hellen, Yosefin. (2022).
Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Ispa Pada Pasien Rawat Jalan Di
Puskesmas Kecamatan Gunung Sitoli. Forte Journal, 2(2), 164175.
Soekidjo, Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta, 50.
Sumampouw, Oksfriani Jufri. (2017). Pemberantasan Penyakit Menular.
Deepublish.
Wahyuningsih, Sri, Raodhah, Sitti, & Basri, Syahrul. (2017). Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (Ispa) Pada Balita Di Wilayah Pesisir Desa Kore Kecamatan
Sanggar Kabupaten Bima. Higiene: Jurnal Kesehatan Lingkungan, 3(2), 97
105.
Zega, Sara Novia Kristica, Barus, Mardiati Br, Pujiastuti, Maria, & Novitarum,
Lilis. (2022). Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Balita Di
Puskesmas Padang Bulan Selayang Ii Medan Tahun 2021. Jurnal Pendidikan
Tambusai, 6(2), 1563915652.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License.