Amiruddin, Anasril, Maryono, Sri Gustini 1148
Selanjutnya dari 9 orang ibu yang memiliki pengetahuan cukup, 6 orang (66,7%)
diantaranya melakukan tindakan pencegahan ISPA dengan kategori cukup juga. Hasil
uji chi-square menunjukkan bahwa nilai p=0,029 (p<0,05). Keputusan yang diambil
adalah dengan menerima Ha, artinya ada hubungan pengetahuan ibu dengan tindakan
pencegahan ISPA.
B. Pembahasan
(Notoatmodjo, 2010) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Perilaku baru dari
seseorang dimulai pada domain kognitif dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap
stimulus yang berupa materi objek yang menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap
kemudian objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan
menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan terhadap stimulus atau objek,
sehingga pengetahuan merupakan langkah awal dari sesorang untuk menentukan sikap
dan perilakunya.
Pengetahuan ibu yang sebagian besar dikategorikan sudah baik dapat disebabkan
oleh banyak faktor misanya dari karakteristik ibu tersebut. Pengetahuan seseorang jika
dikaitkan dengan data umum berupa umur, maka dapat diketahui bahwa faktor umur
juga dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Seperti yang diketahui bahwa
sebagian besar ibu yang menjadi responden berusia antara 31-45 tahun yaitu sebanyak
23 orang (60,5%). Pada rentang usia ini tentunya ibu-ibu sudah banyak pengalaman
dalam merawat anak-anaknya agar tercegah dari berbagai penyakit. Hal ini didukung
dengan pendapat yang mengungkapkan bahwa semakin bertambah usia akan semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik.
Tingkat pengetahuan ibu juga dapat dipengaruhi oleh pendidikan, dimana
pendidikan seseorang dapat memberikan wawasan atau cara pandang kepada seseorang
untuk mengambil sikap, keputusan, untuk melakukan tindakan. Selain itu semakin
tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka dapat mudah untuk menyerap informasi
tentang pencegahan ISPA. Seperti yang diketahui dalam karakteristik responden berupa
pendidikan ibu bahwa kebanyakan ibu berpendidikan SMA, dimana dengan latar
belakang pendidikan SMA ini ibu-ibu sudah mudah dalam menyerap informasi yang
diterimanya. (Soekidjo, 2010) mengungkapkan bahwa pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapakan seseorang dengan pendidikan tinggi,
maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahannya. Lebih lanjut (Soekidjo,
2010) mengungkapkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia akan
mudah menerima hal-hal yang baru dan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru
tersebut. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan
informasi, baik dari orang lain maupun dari media masa.
Hasil penelitian terhadap variabel tindakan pencegahan ISPA menunjukkan
bahwa sebagian besar ibu memiliki tindakan pada kategori baik yaitu 26 orang (68,4%).
Tindakan pencegahan ISPA yang dikategorikan baik dapat disebabkan karena adanya
faktor pembentuk perilaku yang mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keyakinan, nilai-nilai, lingkungan, fasilitas, dan dukungan (Soekidjo, 2010). Apabila
faktor pembentuk perilaku ini baik, maka tindakan yang dilakukan juga akan baik.
Dari analisis bivariat yang telah dilakukan menggunakan uji chi square yang
menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan tindakan
pencegahan ISPA dengan p value 0,029 (p < 0,05) (Maramis, Ismanto, & Babakal,
2013). Artinya bahwa baiknya pengetahuan ibu tentang ISPA dapat menyebabkan
tindakan pencegahan ISPA juga berada pada kategori yang baik juga.