Volume 1, Nomor 3, Maret 2021
p-ISSN2774-7018 e-ISSN2774-700X
198 http://sosains.greenvest.co.id
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI
MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA PEMBELAJARAN
IPA
Syamsiar Wardaini
Sekolah Menengah Pertama Negeri 40 Bandung
Diterima: 04 Maret
2021
Direvisi: 11 Maret
2021
Disetujui: 13
Maret 2021
.
Abstrak
Melalui pengalaman peneliti sebagai guru pengajar IPA,
kemampuan pemahaman masalah siswa kelas VIII D SMP
Negeri 40 Bandung, masih rendah.Karena metode yang sering
digunakan guru saat pembelajaran adalah metode ceramah,
tanya jawab dilanjutkan dengan pengerjaan soal-soal.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksaan
pembelajaran IPA Fisika dengan menggunakan model
Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan
kemampuan pemahaman masalah siswa materi Getaran,
Gelombang dan Bunyi. Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas VIII D SMP N 40 Bandung yang berjumlah 36 siswa.
Peneliti menggunakan skor tes untuk mengetahui hasil belajar
siswa dan angket untuk mengetahui respon siswa.Hasil
penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa pada siklus I
persentase banyaknya siswa yang tuntas belajar adalah 77,78%
atau sebanyak 28 siswa, sedangkan pada siklus II persentase
banyaknya siswa yang tuntas belajar adalah 80,56% sebanyak
29 siswa. Menurut ketuntasan pembelajaran yang diterapkan,
pelaksanaan pembelajaran dikatakan berhasil apabila
sekurang-kurangnya 70% siswa mendapat skor minimal 70.
Dilihat dari responnya siswa menunjukkan minat yang cukup
baik dengan skor 2,78 dan kesungguhan yang baik dengan skor
3,02. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model
Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan
pemahaman masalah siswa kelas VIII D SMP N 40 Bandung.
Kata Kunci: PBL, Kemampuan pemahaman masalah, Prestasi
Abstract
Based on the experience of researchers as science teachers,
the ability to understand problems of students in grade VIII D
SMP Negeri 40 Bandung, is still low. In addition, the method
that teachers often use during learning is the method of
lectures, question and answer followed by the work of the
questions.This study aims to describe the implementation of
Physics Science learning by using Problem Based Learning
(PBL) model to improve students' problem understanding
ability of Vibration, Wave and Sound materials. The subject of
this study was a grade VIII D student at SMP N 40
Volume 1, Nomor 3, Maret 2021
p-ISSN2774-7018 e-ISSN2774-700X
198 http://sosains.greenvest.co.id
Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui
Model Problem Based Learning (PBL) Pada
Pembelajaran IPA
2021
Syamsiar Wardaini 199
Pendahuluan
Komponen yang mempengaruhi Proses Belajar Mengajar (PBM) adalah guru,
siswa, kurikulum, metode, sarana prasarana dan lingkungan. Dalam beberapa komponen
tersebut dapat dikatakan bahwa guru adalah bagian yang sangat penting dalam kegiatan
proses belajar mengajar(Sodik, Sahal, & Herlina, 2019). Hal ini disebabkan karena guru
yang akan mengelola semua komponen selama berlangsungnya proses belajar mengajar
tersebut.
Selama pengalaman mengajar yang sudah dilakukan sampai saat ini guru sudah
mencoba berbagai pendekatan atau metode dalam pembelajaran, banyak ditemui
beberapa kendala yang bisa menyebabkan siswa sulit untuk memahami beberapa konsep
dasar sebuah materi.Selain itu hasil belajarnya belumlah sesuai dengan harapan, motivasi
siswa sangat kurang, peran serta siswa yang masih rendah dalam kegiatan belajar
mengajar.
Kompetensi dasar mata pelajaran IPA SMP/MTs pada Kurikulum 2013 terdiri dari
4 aspek, yaitu: spritual, sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Sesuai dengan (Putra,
Yudana, & Suarni, 2014) aspek sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima,
menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Aspek pengetahuan
diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi, mencipta”.Aspek keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati,
menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Kurikulum 2013 menuntut siswa
untuk lebih aktif mandiri dalam menemukan penyelesaian permasalahan-permasalahan
yang diberikan oleh guru (Sinambela, 2017). Peningkatan pembelajaran IPA di sekolah
tidak dapat dilepaskan dari peran serta guru dan metode yang digunakannya. Diharapkan
siswa mengalami perubahansikap, perilaku, motivasi, prestasi belajar dengan metode
pembelajaran yang akan digunakan.
Selama ini, peran guru dalam mengajarkan IPA Fisika pada materi Getaran,
Gelombang dan Bunyi yang hanya menggunakan metode tanya jawab antara guru dan
siswa, jarang dengan diskusi kelompok (Muammar, Harjono, & Gunawan, 2017). Karena
diskusi kelompok membutuhkan waktu yang relatif panjang dan siswa enggan berdiskusi
menyelesaikan Lembar Kerja Siswa (LKS), terkadang hanya mengandalkan siswa yang
pandai dalam kelompok tersebut.
Bandung with 36 students. Researchers used test scores to find
out student learning outcomes and questionnaires to determine
student responses.The results of this class action study showed
that in the first cycle the percentage of students who completed
learning was 77.78% or as many as 28 students, while in the
second cycle the percentage of students who completed
learning was 80.56% as many as 29 students. According to the
completed learning applied, the implementation of learning is
said to be successful when at least 70% of students get a
minimum score of 70. Judging by the response the students
showed quite good interest with a score of 2.78 and good
seriousness with a score of 3.02. Thus, it can be concluded that
the Problem Based Learning model can improve the ability to
understand problems of students in grade VIII D SMP N 40
Bandung.
Kata Kunci: PBL, Problem comprehension ability,
Achievement
Volume 1, Nomor 3, Maret 2021
p-ISSN2774-7018 e-ISSN2774-700X
200 http://sosains.greenvest.co.id
Kegiatan belajar mengajarnya tidak diawali dengan masalah kontekstual, tidak
menggunakan dan tidak memanfaatkan slide gambar-gambar yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari atau pun menyuruh siswa untuk mencari dari sumber-sumber
belajar yang lain. Dan soal yang diberikan hanyalah soal yang biasa (rutin) saja, hanya
pada tahap pengetahuan, pemahaman dan sedikit soal penerapan, sehingga keterampilan
menyelesaikan masalahnya kurang dikuasai oleh siswa. Hal ini menyebabkan nilai
ulangan harian siswa menjadi tidak memuaskan.Terutama pada kemampuan pemecahan
masalah, banyak siswa menjawab salah, atau kurang mengena.
Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) adalah model
pembelajaran inovatif yang memberi siswa kondisi untuk belajar aktif dalam kondisi
dunia nyata tiga hasil belajar dalam PBL yaitu penyelidikan dan keterampilan melakukan
pemecahan masalah, belajar model pendekatan orang dewasa (androgogi), dan
keterampilan belajar mandiri (Yamin, 2013).
Prestasi belajar adalah hasil dari perubahan tingkah lakuyang meliputi tiga ranah
yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor (Nurbudiyani, 2013). Gambaran Prestasi
akademik siswa dapat diwakili oleh angka antara 0 sampai dengan 10. Selain itu, hasil
belajar dapat operasikan dalam bentuk indikator berupa transkrip nilai, angka kelulusan,
dan predikat keberhasilan (Azwar, 2017).
Observasi dapat diartikan juga sebagai hasil pengamatan dan pencatatan
secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Anggito &
Setiawan, 2018).
Proses bisnis dilakukan oleh individu untuk mendapatkan perubahan perilaku baru
secara keseluruhan, ini karena pengalaman pribadi dalam berinteraksi dengan orang lain
dan lingkungan (Slameto & yang Mempengaruhinya, 2010).
Berbagai pengembang menyatakan bahwa ciri utama model pembelajaran
berdasarkan masalah ini adalah (Trianto, 2011):
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah.
Guru memunculkan pertanyaan nyata di lingkungan siswa dan siswa dapat
menyelidiki masalah nyata ini dalam bentuk cerita, menyajikan fenomena tertentu
atau menunjukkan peristiwa yang menggiurkan sehingga memunculkan masalah
atau pertanyaan.
b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.
Meskipun pembelajaran berbasis masalah mungkin berpusat pada subjek pertanyaan
tertentu (sains, matematika, ilmu sosial) yang dipilih sebenarnya diurutkan Saat
menyelesaikan masalah, siswa dapat meninjau dari berbagi topik lain.
c. Penyelidikan autentik.
Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk melakukan penyelidikan nyata
untuk menemukan solusi nyata dari masalah yang diangkat.Metode investigasi ini
bergantung pada pertanyaan yang sedang dipelajari.
d. Menghasilkan produk atau karya.
Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu
dalam bentuk karya dan demonstrasi, yang dapat menggambarkan atau
merepresentasikan bentuk pemecahan masalah yang mereka temukan.Produk juga
dapat berupa laporan, model fisik, video atau program komputer.
e. Kolaborasi.
Ciri dari pembelajaran berbasis masalah adalah siswa bekerja sama satu sama lain,
biasanya berpasangan atau berkelompok. Berpartisipasi dalam survei dan bertukar
pendapat bersama sehingga mereka dapat menyelesaikan masalah yang diangkat.
Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui
Model Problem Based Learning (PBL) Pada
Pembelajaran IPA
2021
Syamsiar Wardaini 201
Metode Penelitian
Penelitian ini adalah jenis peneliatian tindakan kelas (PTK) yaitu suatu penelitian
untuk melakukan pengamatan dan mencari solusi terhadap masalah kegiatan belajar di
kelas.Penelitian ini direncanakan berlangsung dalam 2 (dua) siklus dengan setiap siklus
terdiri dari 4 (empat) tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi
dan evaluasi.Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 40 Bandung, Jawa Barat.
Penelitian ini dilakukan pada semester Genap tahun pelajaran 2017/2018 mulai 9 April
2018 sampai 25 April 2018.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII D SMP Negeri 40 Bandung tahun
pelajaran 2017/2018.Dengan jumlah siswa 36 orang, yang terdiri dari 16 orang laki-laki
dan 20 orang perempuan.Pada penelitian ini, dilakukan adaptasi terhadap siklus
Hopkins.Siklus tersebut terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi, dan refleksi.
Adapun instrument pengumpul data pada penelitian ini yaitu tes kemampuan
pemahaman terhadap materi dan lembar observasi.Penelitian ini menggunakan teknik
analisis pengolahan data berupa analisis tes kemampuan pemahaman materi, analisis data
hasil observasi guru dan siswa dan angket.
Hasil dan Pembahasan
Kegiatan pembelajaran pada penelitian ini dilakukan dalam waktu kurang lebih 4
minggu (6 pertemuan), mulai dari tanggal 2 April 2018 dan berakhir pada tanggal 30
April 2018, yang terbagi dalam 2 (dua) siklus.Dengan pelaksanaan siklus II yang terpaut
waktu yang panjang waktu pertemuan pertama, kedua dan ketiganya, dikarenakan adanya
ujian untuk kelas IX.Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes kemampuan pemahaman
materi siswa siklus I dan siklus II, sedangkan data kualitatif diperoleh dari lembar
observasi.Analisis data hasil penelitian dan pembahasannya akan diuraikan pada bab ini
sesuai dengan yang sudah dilakukan pada penelitian ini.
Kegiatan pembelajaran selama pelaksanaan penelitian ini, terdiri dari perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan (pelaksanaan pembelajaran), observasi pembelajaran,
refleksi pembelajaran.Tahapan pelaksanaan tindakan dan observasi dilakukan secara
bersamaan, yaitu ketika peneliti melaksanakan pembelajaran, ada rekan peneliti yang
menjadi observer selama pelaksanaan pembelajaran.Sedangkan evaluasi dilakukan
sebagai bahan data refleksi untuk siklus berikutnya.
A. Pembelajaran Siklus I
Siklus I terdiri dari 2 pertemuan untuk pelaksanaan pembelajaran. Pertemuan pertama
waktunya 3 jam pelajaran dan pertemuan kedua 2 jam pelajaran jadi keseluruhannya ada
5 jam pelajaran. Tes siklus menggunakan 1 pertemuan selama 2 jam pelajaran.
Pembelajaran di siklus I dilaksanakan pada tanggal 2 April 2018 dan 5 April 2018,
sedangkan tes siklus I dilaksanakan pada tanggal 9 April 2018.Model yang digunakan
adalah model PBL dengan materi yang diberikan adalah getaran dan gelombang.Dalam
tahap ini yang dilakukan antara lain:
a) Menyusun perangkat pembelajaran antara lain RPP, LKS dan sistem penilaian.
b) Menyusun lembar observasi untuk penilaian aktivitas siswa.
c) Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis soal uji kompetensi siswa mengenai
materi getaran dan gelombang.
Volume 1, Nomor 3, Maret 2021
p-ISSN2774-7018 e-ISSN2774-700X
202 http://sosains.greenvest.co.id
Pelaksanaan pembelajaran pertemuan ke-1 dilaksanakan pada hari Senin tanggal 2
April 2018 dengan dihadiri oleh 36 siswa.Materi yang dipelajari adalah getaran dan
gelombang.Alokasi waktu pada pertemuan ini adalah 3 x 40 menit. Berikut gambaran
proses pembelajaran dengan menggunakan PBL.Pada pertemuan ke-1, pembelajaran
menggunakan PBL dari fase 1 sampai dengan fase 3 yaitu fase 1 Orientasi siswa pada
masalah, fase 2 Mengorganisasi siswa, dan fase 3 Membimbing penyelidikan individu
dan kelompok
Dari hasil masing-masing siswa menganalisis dan menentukan pokok-pokok
materi, kemudian disusun semuanya dalam bentuk format yang akan dipresentasikan.
Mulai dari definisi, pengertian, sampai pada contoh soal serta jawabannya juga gambar-
gambar yang mendukung dari materi yang ditugaskan oleh guru. Presentasi disusun di
media power point. Selain menyusun dalamformat presentasi, setiap anggota kelompok
wajib memahami keseluruhan isi dari tugas yang akan mereka presentasikan.
Pada saat siswa menyelesaikan tugas secara kelompok, peneliti berkeliling memberikan
bimbingan secukupnya kepada setiap kelompok, namun ada juga kelompok yang
mengalami kesulitan langsung memanggil peneliti untuk melihat hasil kerjanya.
Pelaksanaan pembelajaran pertemuan ke-2 dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 5
April 2018 dengan dihadiri oleh 36 siswa.Materi yang dipelajari adalah getaran dan
gelombang.Alokasi waktu pada pertemuan ini adalah 2 x 40 menit. Berikut gambaran
proses pembelajaran dengan menggunakan PBL.Pada pertemuan ke-2, pembelajaran
menggunakan PBL dari fase 4 sampai dengan fase 5 yaitu Tahap 4 pekerjaan
pengembangan dan pengenalan, tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah, dan memberi siswa penguatan dan Evaluasi proses pemecahan
masalah yang telah diusulkan.Dengan bimbingan guru membuat rangkuman dari hasil
diskusi yang sudah dilakukan.Di akhir pembelajaran, guru membimbing siswa
menyimpulkan hal-hal apa saja yang telah dipelajari pada hari ini serta menginformasikan
materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya, yaitu materi tentang bunyi.
Tes dilaksanakan pada tanggal 9 April 2018.Sebelum dilaksanakan tes, siswa diatur
tempat duduknya untuk menghindari adanya kerjasama.Setelah itu soal tes dibagikan
kepada masing-masing siswa.Soal tes berisi soal kemampuan pemecahan masalah dan
pemahaman materi yang sudah dipelajari.Bentuk tes yang diberikan berupa tes uraian
sebanyak 5 soal dengan beberapa pertanyaan pada tiap soalnya.
Hasil tes siklus I dianalisis menggunakan acuan pemberian skor 100 dan kriteria
ketuntasan belajar berdasarkan nilai kriteria ketuntasan minimum yaitu 70.Skor masing-
masing siswa dapat dilihat pada lampiran tabel B.1 untuk skor siklus I. Skor tertinggi
kemampuan keterampilan pemecahan masalah yang diperoleh siswa adalah 100 dan skor
terendah adalah 20. Kemampuan pemahaman masalah pada siklus I dirangkum dalam
tabel 1 berikut:
Tabel 1. Kemampuan Pemahaman MasalahTes Siklus I
Jumlah siswa
Persentase
16
44,44%
12
33,33%
4
11,11%
1
2,77%
3
8,33%
Berdasarkan tabel 1, kemampuan siswa pada siklus I masih kurang, karena siswa
yang mendapat kategori sangat baik hanya ada 16 siswa, kategoribaik ada 12 siswa,
kategori cukup 4 siswa, kategori kurang 1 siswa dan kategori sangat kurang 3 siswa. Pada
Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui
Model Problem Based Learning (PBL) Pada
Pembelajaran IPA
2021
Syamsiar Wardaini 203
siklus berikutnya siswa yang masih berkategori kurang dan sangat kurang harus tidak ada
lagi.
Ketuntasan belajar siswa (KKM) ditentukan nilainya 70. Jika skor siswa kurang
dari 70 dikatakan belum tuntas, sebaliknya siswa yang memperoleh nilai lebih dari sama
dengan 70 dikatakan tuntas. Ketuntasan belajar siswa pada siklus I dirangkum pada tabel
2 berikut:
Tabel 2. Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus I
Ketuntasan
Siswa
Kategori
Siklus I
Jumlah siswa
Persentase
Tuntas

28
77,78%
Belum Tuntas

8
22,22%
Berdasarkan tabel 2, bisa dilihat bahwa daya serap yang diperoleh 77,78%. Jadi
berdasarkan klasifikasikan kemampuan siswa terhadap materi yang dipelajari pada siklus
I adalah baik, karena persentase siswa yang tuntas hanya 77,78% atau 28 siswa dari 36
siswa. Persentase siswa yang belum tuntas masih ada 22,22% atau 8 siswa. Jumlah siswa
yang tuntas sudah mencapai target daya serap minimum yaitu 70%.
Berdasarkan hasil pengamatan saat proses pembelajaran dan hasil tes siklus I
terdapat beberapa temuan yang harus diperbaiki pada pertemuan selanjutnya. Hasil
pengamatan tersebut dirangkum pada tabel 3 berikut:
Tabel 3. Hasil Refleksi Pembelajaran Siklus I
Kendala Peneliti
Masukan dari Observer
Alokasi waktu pembelajaran tidak sesuai
dengan rencana pembelajaran (kekurangan
waktu)
Untuk mencari pokok-pokok dari materi
yang ditugaskan bisa dilanjutkan diluar jam
pembelajaran jika belum selesai
Sebagian besar siswa masih belum
memahami instruksi atau bimbingan yang
diberikan guru
Bahasa yang digunakan guru harus lebih
ringkas dan jelas
Banyak siswa yang belum memahami cara
menyusun pokok-pokok materi yang akan
dibahas dalam suatu presentasi secara runut
Memberikan bimbingan kepada siswa
untuk mengikuti runutan bahasan materi
yang ada di buku pelajaran
Masih ada siswa yang tidak bekerja dalam
kelompoknya dan tidak memperhatikan
temannya yang sedang
presentasi/menjelaskan
Peneliti harus lebih detail dalam
mengamati proses pembelajaran pada saat
siswa bekerja kelompok
Penarikan kesimpulan yang diucapkan oleh
peneliti kurang dapat dipahami dengan baik
oleh siswa
Kesimpulan hasil presentasi sebaiknya
ditampilkan melalui slide powerpoint
Pada saat presentasi masih ada siswa yang
belum mengerti dengan apa yang
dipresentasikan oleh temannya
Guru memperjelas kembali apa yang telah
dipresentasikan perwakilan kelompok
B. Pembelajaran siklus II
Pembelajaran pada Siklus II hampir sama dengan pembelajaran pada siklus I terdiri
dari 2 pertemuan untuk pelaksanaan pembelajaran. Pertemuan pertama waktunya 3 jam
pelajaran dan pertemuan kedua 2 jam pelajaran jadi keseluruhannya ada 5 jam pelajaran.
Volume 1, Nomor 3, Maret 2021
p-ISSN2774-7018 e-ISSN2774-700X
204 http://sosains.greenvest.co.id
Tes siklus menggunakan 1 pertemuan selama 2 jam pelajaran. Pembelajaran di siklus II
dilaksanakan pada tanggal 12 April 2018 dan 19 April 2018, berselang waktu seminggu
antara pertemuan pertama dan kedua karena ada ujian untuk kelas IX.Begitu juga dengan
tes siklus II dilaksanakan pada tanggal 30 April 2018, berselang waktu yang lama dengan
pertemuan ke dua karena ujian juga.Metode yang digunakan adalah metode PBL dengan
materi yang diberikan adalah tentang bunyi, mekanisme mendengar pada manusia dan
hewan, juga aplikasi getaran gelombang dalam teknologi.
Perangkat-perangkat pembelajaran seperti RPP, lembar observasi dan alat evaluasi
juga disiapkan pada siklus II ini.
Pelaksanaan pembelajaran pertemuan ke-1 dilaksanakan pada hari Kamis dengan
dihadiri oleh 36 siswa.Materi yang dipelajari tentang bunyi mekanismenya pada manusia
juga hewan dan aplikasi getaran, gelombang.Alokasi waktu pada pertemuan ini adalah 3
x 40 menit. Proses pembelajaran di siklus II sama seperti pada siklus I. Berikut gambaran
proses pembelajaran dengan menggunakan PBL. Pada pertemuan ke-1, pembelajaran
menggunakan PBL dari fase 1 sampai dengan fase 3 yaitu Orientasi siswa pada fase I,
pengorganisasian siswa pada fase 2, dan Fase 3 untuk memandu penyelidikan individu
dan kelompok.Pelaksanaan pembelajaran pertemuan ke-2 dilaksanakan pada hari Kamis
minggu berikutnya dari pertemuan pertama dengan dihadiri oleh 36 siswa. Alokasi waktu
pada pertemuan ini adalah 2 x 40 menit.Pada pertemuan ke-2, pembelajaran
menggunakan PBL dari fase 4 sampai dengan fase 5 yaitu fase 4 mengembangkan dan
memperkenalkan pekerjaan, analisis Fase 5adalah nilai proses pemecahan.
Siswa diberikan penguatan dan evaluasi proses pemecahan masalahyang sudah
dipresentasikan. Di akhir pembelajaran, guru membimbing siswa menyimpulkan hal-hal
apa saja yang telah dipelajari pada hari ini serta menginformasikan untuk tes evaluasi
pada pertemuan berikutnya.
Bentuk tes yang diberikan pada tes siklus II ini, sama seperti pada tes siklus I yaitu
berupa tes uraian sebanyak 5. Soal tes berisi soal kemampuan pemecahan masalah.Di
awal mengerjakan tes, siswa antusias, serius dan tenang dalam mengerjakannya, namun
dipertengahan waktu tes beberapa siswa bertanya maksud dari soal yang kurang dipahami
dan peneliti memberikan sedikit penjelasan mengenai maksud soal tersebut.Secara umum
pelaksanaan tes siklus II berjalan cukup baik dan tenang.
Hasil tes siklus II dianalisis menggunakan acuan pemberian skor 100 dan kriteria
ketuntasan belajar berdasarkan nilai kriteria ketuntasan minimum yaitu 70.Skor masing-
masing siswa dapat dilihat pada lampiran tabel B.1 untuk skor kemampuan pemahaman
masalah siklus II.Skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 100 dan skor terendah adalah
15. Kemampuan pemahaman masalah siswa pada siklus II dirangkum dalam tabel 4
berikut:
Berdasarkan tabel 4, jumlah siswa yang mendapat kategori sangat baik mengalami
sedikit kenaikan dan kategori baik turun satu dibandingkan pada hasil tes siklus I.
Meskipun masih ada 2 siswa yang tergolong kurang dan 2 siswa tergolong buruk.Untuk
ketuntasan belajar siswa (KKM) ditentukan nilainya 70. Skor siswa yang kurang dari 70
dikatakan belum tuntas, sedangkan siswa yang memperoleh nilai lebih dari sama dengan
70 dikatakantuntas.
Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui
Model Problem Based Learning (PBL) Pada
Pembelajaran IPA
2021
Syamsiar Wardaini 205
Tabel 4. Kemampuan Pemahaman Masalah Tes Siklus II
Kemampuan
Siswa
Jumlah siswa
Persentase
Sangat Baik (A)
18
50.00%
Baik (B)
11
30.55%
Cukup (C)
3
8.33%
Kurang (D)
2
5.55%
Buruk (E)
2
5.55%
Ketuntasan belajar siswa pada siklus II dirangkum pada tabel 5 dibawah ini :
Tabel 5. Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus II
Ketuntasan
Siswa
Kategori
Siklus II
Jumlah siswa
Persentase
Tuntas

29
80,56%
Belum Tuntas

7
19,44%
Berdasarkan tabel 4.5, Daya serap yang diperoleh dalam kategori sangat baik yaitu
persentase siswa yang tuntas 80,56%. Angka tersebut memenuhi target yang diharapkan
yaitu 70%, daya serap pada siklus II lebih besar dibandingkan dengan siklus I dengan
kata lain mengalami kenaikan sedikit.
Perkembangan kemampuan tes siswa dari siklus I dan II, lebih jelas dapat dilihat
dari diagram 1 berikut:
Gambar 1. Diagram kemampuan tes siklus I dan II.
Kategori Sangat baik dan Baik, pada siklus I dan siklus II jika dijumlahkan sudah
lebih dari 70%.Ini berarti sudah melebihi KKM yang ditetapkan.Berdasarkan hasil
pengamatan proses pembelajaran dan tes siklus II, ada beberapa temuan yang hasilnya
dirangkum pada tabel 6 berikut:
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
Siklus I Siklus II
44,44%
50,00%
33,33%
30,55%
11,11%
8,33%
2,77%
5,55%
8,33%
5,55%
Sangat Baik Baik Cukup Kurang Buruk
Volume 1, Nomor 3, Maret 2021
p-ISSN2774-7018 e-ISSN2774-700X
206 http://sosains.greenvest.co.id
Tabel 6. Hasil Refleksi Pembelajaran Siklus II
Kendala Peneliti
Masukan dari Observer
Peneliti masih belum maksimal dalam
memberikan bimbingan kepada siswa,
sehingga siswa kadang salah dalam
memahami instruksi dari guru
Peneliti perlu menyusun dan menulis
kalimat untuk memberikan bimbingan agar
lebih mudah dipahami siswa
Kerjasama antar anggota kelompok masih
belum maksimal. Mereka kurang
mempercayai satu sama lain sehingga
mereka sering bertanya kepada kelompk
lain
Peneliti perlu mengarahkan siswa agar
membagi tugas dalam menyelesaikan
pekerjaan
Waktu yang kurang untuk menyusun ke
dalam media power point karena dari jeda
waktu untuk anak kembali ke kelas dari
perpustakaan.
Menyelesaikannya di luar jam
pembelajaran. Karena ada selang waktu
yang banyak dari pertemuan pertama
dengan kedua
Siswa menunjukan kreativitas yang bagus
dalam membuat presentasi dan materi yang
di sampaikan dalam presentasi
Observer juga membenarkannya dan
senang dengan kemajuan siswa
Peneliti kewalahan membimbing siswa
yang bertanya karena pada pertemuan ke
empat banyak sekali muncul pertanyaan-
pertanyaan dari siswa
Bahasa yang digunakan pada soal agar
dibuat lebih ringkas dan sederhana
Untuk mengetahui keseluruhan hasil pembelajaran dan untuk mengetahui
ketercapaian tujuan penelitian, seluruh data-data penelitian, mulai dari data nilai setiap
tes, data observasi aktivitas guru dan siswa, serta angket respon siswa, dikumpulkan,
dianalisis dan diolah.Peningkatan kemampuan pemahaman materi siswa dari hasil tes
siklus I dan siklus II setelah diolah maka dalam bentuk grafik diketahui rata-rata skornya
sebagai berikut:
Gambar 2. Diagram peningkatan skor rata-rata kemampuan pemahaman siswa pada siklus
I dan II
Grafik tersebut menggambarkan skor rata-rata siklus I yaitu 72,54 dan siklus II
yaitu 75,49. Jadi dari siklus I ke siklus II kemampuan pemahaman materi siswa terdapat
peningkatan sebesar 2,95. Jadi target yang ditetapkan peneliti yaitu 70,00 atau sesuai
KKM yang telah ditetapkan sekolah sudah tercapai.Ada beberapa kendala dalam
72,54
75,49
71
72
73
74
75
76
Siklus 1 Siklus 2
Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui
Model Problem Based Learning (PBL) Pada
Pembelajaran IPA
2021
Syamsiar Wardaini 207
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PBL. Beberapa kendala
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Waktunya lebih lama dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
b. Saat diskusi ada beberapa siswa yang masih mengandalkan temannya dalam
menyelesaikan masalah.
c. Pada awal-awal penelitian, beberapa siswa tidak mau belajar secara berkelompok
karena terdapat anggota dalam kelompok tersebut yang pasif dan tidak mau bekerja
bahkan ada beberapa kelompok yang ingin bertukar anggota kelompokNaskah
manuskrip dapat ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris dengan jumlah
halaman maksimum 20 halaman gambar dan tabel.
Aktivitas siswa selama pembelajaran dicatat dalam lembar observasi dan diolah
datanya. Agar mudah mengetahui perubahan aktivitas siswa dari siklus I dan siklus II,
data tersebut digambarkan dalam bentuk diagram berikut:
Gambar 3. Diagram presentase aktivitas siswa siklus I dan siklus II
Berdasarkan diagram diatas, persentase keaktifan siswa dari siklus I ke siklus II
semua mengalami peningkatan. Pada Siklus I, pada pertemuan pertama siswa terlihat
lebih aktif terhadap pembelajaran dari pada pertemuan ke dua. Ini disebabkan banyak
siswa yang masih ragu-ragu menjalani aktivitas presentasi bersama-sama sekelompok di
depan kelas. Ada beberapa siswa yang belum memberikan kontribusi terhadap
kelompoknya.Namun rata-rata keaktifan siswa pada siklus I dalam kategori aktif.
Pada Siklus II terjadi peningkatan keaktifan siswa, terutama di pertemuan
kedua.Hal ini terjadi karena siswa sudah memahami instruksi-instruksi yang diberikan
peneliti dan memahami tugasnya dan lebih percaya diri untuk berexplorasi. Beberapa
kelompok sudah mampu mengemukakan gagasannya dengan baik di depan kelas. Rata-
rata keaktifan siswa dalam kategori sangat aktif.
Data hasil observasi aktivitas guru adalah data yang diambil oleh observer ketika
peneliti sedang melakukan kegiatan pembelajaran di dalam kelas.Data aktivitas guru ini
diambil di setiap pertemuan (pertemuan pertama dan pertemuan kedua) dalam siklus
penelitian (siklus I sampai dengan siklus II). Data hasil observasi aktivitas ini guru
berguna untuk membantu mempermudah proses refleksi pembelajaran. Seperti
ditunjukkan pada diagram berikut:
65
70
75
80
85
90
Siklus I Siklus II
78,57
82,14
75
85,71
Data 1 Data2
Volume 1, Nomor 3, Maret 2021
p-ISSN2774-7018 e-ISSN2774-700X
208 http://sosains.greenvest.co.id
Gambar 4. Diagram presentase aktivitas guru siklus I dan II.
Dari diagram diatas, pada siklus I pertemuan pertama persentase keaktifan guru
76,79 dan pada pertemuan keduanya 78,57, jadi guru sudah sangat aktif. Pada siklus II,
persentase keaktifan guru mengalami peningkatan menjadi 80,36 di pertemuan pertama
dan 82,14 di pertemuan kedua. Peneliti mulai memberikan bimbingan-bimbingan yang
cukup efektif sehingga memudahkan siswa mengerjakan tugas yang diberikan.
Guru memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ditemukan observer selama
proses pembelajaran pertemuan sebelumnya. Guru lebih aktif lagi di siklus II, hal ini
terjadi karena siswa harus mencari sumber bacaan di perpustakaan. Siswa harus
diingatkan terus untuk tertib di perpustakaan.
Dari hasil refleksi pembelajaran selama dua siklus, umumnya guru sebagai peneliti
sudah cukup baik dalam menerapkan pembelajaran menggunakan pendekatan PBL
secara terurut. Namun masih terdapat beberapa kendala dalam menerapkan pembelajaran
tersebut misalnya alokasi waktu yang kurang efektif, suasana kelas yang cukup rebut.
Berdasarkan analisis jawaban angket yang terdiri dari dua aspek dengan 10
pernyataan, yaitu aspek minat dan aspek kesungguhan diperoleh hasil bahwa sebagian
besar siswa berminat dan bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran dengan
metode PBL. Seperti ditunjukkan pada diagram di bawah ini.
Gambar 5.Skor rata-rata respon siswa berdasarkan tiap aspek.
Minat siswa terhadap pembelajaran IPA dengan metode PBL cukup baik,
ditunjukkan dengan skor rata-rata jumlah siswa terhadap aspek minat sebesar 2,78.
Sedangkan kesungguhan siswa dalam mengikuti pembelajaran kategorinya baik,
ditunjukkan skor rata-rata jumlah siswa terhadap aspek kesungguhan sebesar 3,02.
74,00
76,00
78,00
80,00
82,00
84,00
Siklus I Siklus II
76,79
80,36
78,57
82,14
Pengamatan 1 Pengamatan 2
2,6
2,7
2,8
2,9
3
3,1
Minat dengan
metode PBL
Kesungguhan
mengikuti
pelajaran
2,78
3,02
Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui
Model Problem Based Learning (PBL) Pada
Pembelajaran IPA
2021
Syamsiar Wardaini 209
Kesimpulan
Berdasarkan Analisis dan Hasil Penelitian diperoleh kesimpulan bahwa
pembelajaran IPA Fisika dengan model PBL mampu meningkatkan kemampuan
terhadap pemahaman materi pembelajaran kelas VIII D SMP Negeri 40 Bandung. Hal
ini dapat dilihat dari rata-rata nilai tes dari siklus I ke siklus II yang sudah melampaui
target KKM yaitu 70,00. Fakta tersebut didukung oleh beberapa alasan sebagai berikut :
Pembelajaran IPA Fisika dengan model PBL memberikan kesempatan siswa untuk
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran PBL mengedepankan masalah nyata di awal pembelajaran sehingga
siswa mampu menggunakannya untuk menyelesaikan masalah di kehidupan nyata.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran dalam kategori aktif dengan rata-rata keaktifan
diatas 70%.
Respon siswa terhadap pembelajaran dengan model PBL cukup baik dengan skor 2,78
dilihat dari aspek minat dan kesungguhan dalam kategori baik dengan skor
3,02.Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka saran yang dapat disampaikan
kepada pembaca yang berminat untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai
pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) agar
memperhatikan kendala-kendala dalam penelitian ini sebagai pertimbangan untuk
perbaikan dan penyempurnaan penelitian selanjutnya
Bibliography
Anggito, Albi, & Setiawan, Johan. (2018). Metodologi penelitian kualitatif. CV Jejak
(Jejak Publisher).
Azwar, Saifuddin. (2017). Metode penelitian psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Muammar, Haerul, Harjono, Ahmad, & Gunawan, Gunawan. (2017). Pengaruh Model
Pembelajaran Assure dan Pengetahuan Awal Terhadap Hasil Belajar IPA-Fisika
Siswa Kelas VIII SMPN 22 Mataram. Jurnal Pendidikan Fisika Dan Teknologi,
1(3), 166172.
Nurbudiyani, Iin. (2013). Pelaksanaan Pengukuran Ranah Kognitif, Afektif, dan
Psikomotor pada Mata Pelajaran IPS Kelas III SD Muhammadiyah Palangkaraya.
Anterior Jurnal, 13(1), 8893.
Putra, I. Wayan Gede Agastya, Yudana, I. Made, & Suarni, Ni Ketut. (2014). Efektifitas
Pelaksanaan Standar Proses (Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan RI No.
65 Tahun 2013) Dalam Pembelajaran Pkn Pada Siswa Tingkat Pertama SMP Negeri
Se-kabupaten Badung. Jurnal Administrasi Pendidikan Indonesia, 5(1).
Sinambela, Pardomuan N. J. M. (2017). Kurikulum 2013 dan implementasinya dalam
pembelajaran. Generasi Kampus, 6(2).
Slameto, Belajar, & yang Mempengaruhinya, Faktor Faktor. (2010). Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Sodik, Mohamad, Sahal, Yosef Farhan Dafik, & Herlina, N. Hani. (2019). Pengaruh
Kinerja Guru Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran Alquran Hadis. Jurnal Penelitian Pendidikan Islam,[SL], 7(1),
97112.
Trianto, M. Pd. (2011). Panduan Lengkap Penelitian Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Yamin, Martinis. (2013). Strategi dan metode dalam model pembelajaran. Jakarta: GP
Press Group.