Volume 1, Nomor 3, Maret 2021
p-ISSN2774-7018 e-ISSN2774-700X
200 http://sosains.greenvest.co.id
Kegiatan belajar mengajarnya tidak diawali dengan masalah kontekstual, tidak
menggunakan dan tidak memanfaatkan slide gambar-gambar yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari atau pun menyuruh siswa untuk mencari dari sumber-sumber
belajar yang lain. Dan soal yang diberikan hanyalah soal yang biasa (rutin) saja, hanya
pada tahap pengetahuan, pemahaman dan sedikit soal penerapan, sehingga keterampilan
menyelesaikan masalahnya kurang dikuasai oleh siswa. Hal ini menyebabkan nilai
ulangan harian siswa menjadi tidak memuaskan.Terutama pada kemampuan pemecahan
masalah, banyak siswa menjawab salah, atau kurang mengena.
Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) adalah model
pembelajaran inovatif yang memberi siswa kondisi untuk belajar aktif dalam kondisi
dunia nyata tiga hasil belajar dalam PBL yaitu penyelidikan dan keterampilan melakukan
pemecahan masalah, belajar model pendekatan orang dewasa (androgogi), dan
keterampilan belajar mandiri (Yamin, 2013).
Prestasi belajar adalah hasil dari perubahan tingkah lakuyang meliputi tiga ranah
yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor (Nurbudiyani, 2013). Gambaran Prestasi
akademik siswa dapat diwakili oleh angka antara 0 sampai dengan 10. Selain itu, hasil
belajar dapat operasikan dalam bentuk indikator berupa transkrip nilai, angka kelulusan,
dan predikat keberhasilan (Azwar, 2017).
Observasi dapat diartikan juga sebagai hasil pengamatan dan pencatatan
secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Anggito &
Setiawan, 2018).
Proses bisnis dilakukan oleh individu untuk mendapatkan perubahan perilaku baru
secara keseluruhan, ini karena pengalaman pribadi dalam berinteraksi dengan orang lain
dan lingkungan (Slameto & yang Mempengaruhinya, 2010).
Berbagai pengembang menyatakan bahwa ciri utama model pembelajaran
berdasarkan masalah ini adalah (Trianto, 2011):
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah.
Guru memunculkan pertanyaan nyata di lingkungan siswa dan siswa dapat
menyelidiki masalah nyata ini dalam bentuk cerita, menyajikan fenomena tertentu
atau menunjukkan peristiwa yang menggiurkan sehingga memunculkan masalah
atau pertanyaan.
b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.
Meskipun pembelajaran berbasis masalah mungkin berpusat pada subjek pertanyaan
tertentu (sains, matematika, ilmu sosial) yang dipilih sebenarnya diurutkan Saat
menyelesaikan masalah, siswa dapat meninjau dari berbagi topik lain.
c. Penyelidikan autentik.
Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk melakukan penyelidikan nyata
untuk menemukan solusi nyata dari masalah yang diangkat.Metode investigasi ini
bergantung pada pertanyaan yang sedang dipelajari.
d. Menghasilkan produk atau karya.
Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu
dalam bentuk karya dan demonstrasi, yang dapat menggambarkan atau
merepresentasikan bentuk pemecahan masalah yang mereka temukan.Produk juga
dapat berupa laporan, model fisik, video atau program komputer.
e. Kolaborasi.
Ciri dari pembelajaran berbasis masalah adalah siswa bekerja sama satu sama lain,
biasanya berpasangan atau berkelompok. Berpartisipasi dalam survei dan bertukar
pendapat bersama sehingga mereka dapat menyelesaikan masalah yang diangkat.