Volume 1, Nomor 3, Maret 2021
p-ISSN2774-7018 e-ISSN2774-700X
130 http://sosains.greenvest.co.id
RESPON PERTUMBUHAN BIBIT BAGAL TEBU(Saccharum officinarum L.)
TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KASCING BLOTONG DAN PUPUK
NPK
Dela Fatma Oktaviona dan Hartini
Politeknik LPP Yogyakarta
Diterima: 04 Maret
2021
Direvisi: 11 Maret
2021
Disetujui: 13 Maret
2021
Abstrak
Pupuk merupakan substansi/bahan yang mengandung satu atau
lebih zat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Pupuk kascing blotong merupakan
pupuk organik yang memiliki banyak manfaat dan mengandung
banyak unsur hara yang baik untuk tanaman. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk
kascing blotong dan pupuk NPK terhadap pertumbuhan
tanaman tebu dengan dosis yang berbeda. Penelitian ini
menggunakan bibit bagal tebu dengan varietas Bululawang dan
dilaksanakan di Kebun Praktek Politeknik LPP Yogyakarta.
Penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Kelompok
(RAK) Faktorial. Faktor pertama yaitu pemberian dosis pupuk
kascing P0 = Tanpa Kascing, P1 = Kascing 300 g/bagal (1.500
g/2 m), P2 = Kascing 600 g/bagal (3.000 g/2 m) dan faktor
kedua yaitu pemberian dosis pupuk NPK N0 = Tanpa NPK, NI
= NPK 88 g/2 m, N2 = NPK 98 g/2 m. Kedua faktor tersebut
diperoleh 9 kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali
sebagai blok, sehingga terdiri atas 27 unit percobaan. Perlakuan
ditanam pada juringan dengan pkp 1m dan panjang 2m.
Masing masing unit percoban terdiri atas 5 bibit bagal 2 mata,
sehingga secara keseluruhan diperlukan 135 bibit bagal.
Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun,
panjang akar, berat basah tajuk, berat kering tajuk, berat basah
akar, berat kering akar dan jumlah anakan. Analisis data
menggunakan sidik ragam (anova) dengan signifikan 5%, jika
terdapat beda nyata dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan
(DMRT). Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya interaksi
nyata yang terjadi antara pemberian pupuk kascing blotong dan
pupuk NPK pada variabel pengamatan yang diamati. Perlakuan
pemberian pupuk kascing blotong secara tunggal memberikan
pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman pada seluruh
variabel pengamatan. Perlakuan pemberian pupuk NPK
menunjukkan berbeda nyata pada variabel pengamatan berat
basah dan berat kering tajuk.
Kata kunci : Pupuk kascing blotong, pupuk NPK, bibit
bagal tebu
Abstract
Fertilizer is a substance / material that contains one or more
substances needed for plant growth and development. Blotong
vermicompost is an organic fertilizer that has many benefits
and contains many nutrients that are good for plants.
Respon Pertumbuhan Bibit Bagal Tebu (Saccharum
Officinarum L)Terhadap Pemberian Pupuk Kascing Blotong
Dan Pupuk NPK
2021
Dela Fatma Oktaviona dan Hartini 131
Pendahuluan
Pupuk merupakan substansi/bahan yang mengandung satu atau lebih zat yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pupuk mengandung zatzat
yang dibutuhkan tanaman untuk memberikan nutirisi tanaman. Penggunaan pupuk
organik merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi pemakaian pupuk anorganik.
Pupuk organik adalah pupuk yang berbahan dasar bahan organik yang mampu
memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah.
Tanaman tebu diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae Tumbuhan), Divisi :
Spermatophyta, Sub divisi Angiospermae, Kelas Monocotyledonae, Famili Poaceae,
Genus Saccharum, Spesies Saccharum officinarum L (XI, 2010). Tanaman tebu dapat
tumbuh pada ketinggian tanah antara 0 1.400 m di atas permukaan laut. Lahan yang
paling sesuai untuk pertumbuhan tebu adalah pada ketinggian 0 500 m diatas
permukaan laut, sedangkan pada ketinggian diatas 1200 m pertumbuhan tanaman
cenderung lebih lambat (Aminuddin, 2016). Tebu adalah tanaman yang memerlukan
unsur hara dalam jumlah yang tinggi untuk dapat tumbuh secara optimal. Dalam 1 ton
hasil panen tanaman tebu terdapat 1,95 kg N, 0,30-0,82 kg P2O5 dan 1,17-6,0 kg K2O
yang berasal dari dalam tanah. Hal tersebut berarti pada setiap kegiatan panen tebu terjadi
pengurangan unsur hara N, P, dan K yang sangat besar dari dalam tanah.
Oleh karena itu, pada sistem budidaya tebu diperlukan pemupukan
This study aims to determine the effect of applying blotong
vermicompost fertilizer and NPK fertilizer to the growth of
sugarcane at different doses.
This study used sugarcane mules with Bululawang varieties
and was carried out at the LPP Yogyakarta Polytechnic
Practice Garden. This research was arranged in a factorial
randomized block design (RBD). The first factor is the dosage
of vermicompost fertilizer P0 = without vermicompost, P1 =
vermicompost 300 g / mule (1,500 g / 2 m), P2 = vermicompost
600 g / mule (3,000 g / 2 m) and the second factor is the dose of
NPK fertilizer N0 = Without NPK, NI = NPK 88 g / 2 m, N2 =
NPK 98 g / 2 m. The two factors obtained 9 treatment
combinations that were repeated 3 times as blocks, so that it
consisted of 27 experimental units. The treatments were planted
on juringan with a pkp of 1m and a length of 2m. Each unit
consists of 5 mule seeds with 2 eyes, so that in total 135 mules
are needed. The variables observed were plant height, number
of leaves, root length, shoot wet weight, shoot dry weight, root
wet weight, root dry weight and number of tillers. Analysis of
data using fingerprints (ANOVA) with a significant 5%, if it is
shown significantly by Duncan's advanced test (DMRT). The
results showed that there was no real interaction between the
application of vermicompost fertilizer and NPK fertilizer on the
observed variables. The treatment of giving fertilizer directly
had a significant effect on plant growth on all the observation
variables. The treatment presented NPK fertilizer showed a
significant difference in the wet weight and dry weight
observation variables.
Keyword : Blotong vermicompost fertilizer, NPK fertilizer,
sugarcane mule seeds
Volume 1, Nomor 3, Maret 2021
p-ISSN2774-7018 e-ISSN2774-700X
132 http://sosains.greenvest.co.id
N, P dan K yang cukup tinggi agar hasil panen tebu tetap tinggi dan daya dukung tanah
dapat dipertahankan. Dalam hal pemupukan, rekomendasi pemupukan N, P, K untuk
tanaman tebu ditetapkan secara umum, dan tidak didasarkan pada status hara tanah.
Dengan cara ini sangat mungkin dosis pupuk yang diberikan tidak rasional dan
berimbang. Kaidah 5 tepat dalam pemupukan harus dilaksanakan yaitu tepat jenis, tepat
jumlah, tepat waktu, tepat lokasi, dan tepat cara. Pupuk NPK majemuk mengandung
unsur nitrogen, fosfor, dan kalium yang berperan dalam pembentukan kualitas benih
(mutu benih) dan pertumbuhan tanaman. Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk ion
NO3
-
dan NH4
+
. Menurut (Purba, 2020) menyebutkan bahwa keuntungan lain dari pupuk
majemuk adalah unsur hara yang dikandung oleh pupuk majemuk NPK telah lengkap
sehingga tidak perlu menyediakan atau mencampurkan berbagai pupuk tunggal.
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti
pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat
atau cair yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Pupuk organik yang berkualitas baik ditandai dengan warna hitam kecoklatan hingga
hitam, tidak berbau, bertekstur remah dan matang (C/N < 20) (Bela Pratiwi, 2017).
Kompos kascing merupakan salah satu jenis pupuk organik yaitu pupuk kompos yang
dibuat dengan stimulator cacing tanah (Lumbricus rubellus). Kascing adalah kotoran
cacing tanah yang bercampur dengan tanah atau bahan lainnya yang merupakan pupuk
organik yang kaya akan unsur hara dan kualitasnya lebih baik dibandingkan dengan
pupuk organik jenis lain (Sudirja, et al., 2005). Kualitas pupuk kascing ditentukan oleh
pakan dari cacing tersebut. Menurut pendapat (Arifah, 2015) menyebutkan bahwa pakan
yang diberikan kepada cacing akan menentukan jumlah dan kualitas kascing yang
dihasilkan. Secara umum yang dapat dijadikan bahan pakan cacing berupa limbah
organik, seperti limbah sayuran, serbuk gergaji atau sisa media jamur, limbah hijauan,
kotoran ternak, pelepah, daun, batang dan bongkol pisang, limbah jerami padi, ampas
tahu dan limbah blotong. Penggunaan kompos kascing merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan pertumbuhan dan produksi suatu tanaman. Pupuk kasing memiliki manfaat
sebagai pupuk organik yang ramah lingkungan, serta dapat mengembalikan kemampuan
lahan atau media tanam, sehingga penggunaan kascing didalam kegiatan penanaman
perlu digalakkan pemakaiannya, namun permasalahannya bagaimanakah cara dan dosis
pemakaian pupuk kascing yang tepat pada tanaman tebu sehingga dapat meningkatkan
produktivitas tanaman tebu.
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh dan interaksi pemberian
pupuk kascing blotong dan pupuk NPK terhadap pertumbuhan tanaman tebu serta
mengetahui dosis perpaduan pupuk kasing dan blotong terbaik untuk pertumbuhan
tanaman tebu.
Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kebun praktik Politeknik LPP Wedomartani, Kab.
Sleman, Yogyakarta pada bulan Januari sampai dengan Mei 2020. Bahan dan alat yang
digunakan pada penelitian ini adalah bibit bagal tebu varietas Bululawang sebanyak 135
bibit bagal, pupuk NPK sebanyak 1,67 kg, pupuk kascing blotong sebanyak 40,5 kg
cangkul, parang, ember, kamera, timbangan analitik, dan jangka sorong.
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dua faktor. Faktor
pertama adalah perlakuan pemberian dosis pupuk kascing blotong yaitu P0 tanpa diberi
pupuk kascing (0 g/bagal), P1 dosis pupuk kascing 3.00g/bagal (1.500 g/2m), dan P2
dosis pupuk kascing 6.00g/bagal (3.000g/2m). Faktor perlakuan kedua adalah pemberian
Respon Pertumbuhan Bibit Bagal Tebu (Saccharum
Officinarum L)Terhadap Pemberian Pupuk Kascing Blotong
Dan Pupuk NPK
2021
Dela Fatma Oktaviona dan Hartini 133
dosis pupuk NPK yaitu N0 tanpa diberi pupuk NPK, N1 dosis pupuk NPK 88 g/juringan,
dan N2 dosis pupuk NPK (98g/juringan). Setiap perlakuan diulang 3 kali sebagai blok
terdapat 9 juring setiap blok, sehingga terdapat 27 juringan. Dalam 1 juringan terdapat 5
bibit bagal dua mata, sehingga terdapat 135 bibit bagal 2 mata dalam 27 juringan.
Variabel Pengamatan
a. Tinggi tanaman (cm)
Diamati dengan cara menarik daun, kemudian pengukuran dilakukan dengan
penggaris mulai dari batang yang berada diatas tanah sampai dengan ujung daun
paling tinggi. Pengamatan tetap dilakukan dan diukur setiap minggu selama 16
minggu setelah tanam.
b. Jumlah daun (helai)
Perkembangan jumlah daun diamati setiap minggu setelah tanaman tumbuh
sampai tanaman umur 16 minggu setelah tanam. Perhitungan dilakukan pada
daun yang sudah membuka dari kuncupnya.
c. Panjang akar (cm)
Pengukuran panjang akar dilakukan dengan penggaris mulai pangkal batang,
hingga bagian akar paling ujung. Pengukuran ini dilakukaan hanya satu kali pada
saat setelah pengamatan akhir.
d. Berat basah akar (g)
Penimbangan berat basah akar, dilakukan dengan cara menggunakan timbangan
digital, setelah tanaman dicabut dan akar dipisahkan dari batang paling pangkal
lalu dibersihkan dari tanah maupun kotoran lain. Pengukuran ini dilakukan hanya
satu kali pada saat setelah pengamatan akhir.
e. Berat kering akar (g)
Penimbangan berat kering akar dilakukan setelah dilakukan pengukuran berat
basah akar. Dengan cara akar dikeringkan dengan menjemur akar dibawah sinar
matahari hingga kering dan berat stabil, kemudian ditimbang menggunakan
timbangan digital. Pengukuran ini dilakukaan hanya satu kali pada saat penelitian
telah selesai.
f. Berat basah tajuk (g)
Penimbangan berat basah tajuk dilakukan dengan cara menggunakan timbangan
digital, setelah tanaman dicabut dan akar dipisahkan dari tajuk tanaman lalu
dibersihkan dari tanah maupun kotoran lain. Pengukuran ini dilakukaan hanya
satu kali pada saat setelah pengamatan akhir.
g. Berat kering tajuk (g)
Penimbangan berat kering tajuk dilakukan setelah dilakukan pengukuran berat
tajuk akar. Dengan cara tajuk dikeringkan dengan menjemur tajuk dibawah sinar
matahari hingga kering dan mempunyai berat konstan, kemudian ditimbang
menggunakan timbangan digital. Pengukuran ini dilakukaan hanya satu kali pada
saat penelitian telah selesai.
h. Jumlah anakan (batang).
Perhitungan anakan diilakukan dengan cara menghitung anakan yang tumbuh
dalam tiap rumpun tebu yang tumbuh. Perhitungan dilakukan pada akhir pada
Volume 1, Nomor 3, Maret 2021
p-ISSN2774-7018 e-ISSN2774-700X
134 http://sosains.greenvest.co.id
minggu ke 13. Jumlah anakan yang dihitung adalah anakan yang sudah nampak
dari permukaan tanah dan terlihat tunasnya mulai muncul.
Metode Penelitian
Analisis ragam dengan anova dilakukan uji F 5%. Apabila terdapat beda nyata antar
perlakuan dilakukan uji lanjutan dengan mengunakan uji DMRT (Duncan’s Multiple
Range Test).
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian pada setiap variabel pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun,
jumlah anakan, panjang akar, berat basah akar, berat kering akar, berat basah tajuk, dan
berat kering tajuk dapat disajikan pada tabel berikut :
Tabel 1. Pengaruh dosis pupuk kasing dan dosis pupuk NPK terhadap tinggi tanaman
tebu pada umur 16 mst
Perlakuan
Pemberian pupuk kascing
P0 (0 gram)
P1 (300 g/bagal)
P2 (600 g/bagal)
Pemberian pupuk NPK
N0 (0 gram)
N1 (88 g/juringan)
N2 (98 g/juringan)
Dosis Pupuk kascing * NPK
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil pengaruh yang
tidak berbeda nyata pada hasil (anova) dengan taraf 5%.
Berdasarkan hasil sidik ragam pengamatan tinggi tanaman tidak menunjukkan
adanya interaksi antara kedua perlakuan tersebut, tetapi memberikan pengaruh secara
tunggal pada pemberian pupuk kascing dengan dosis 600g/bagal memberikan rata-rata
pertumbuhan terbaik (P2) yaitu 215,24 cm namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan
P1. Sedangkan untuk hasil terendah pemberian pupuk kascing blotong menghasilkan rata-
rata tinggi tanaman sebesar 179,29 cm pada perlakuan P0. Perlakuan pemberian pupuk
NPK menghasilkan pengaruh tidak berbeda nyata.
Hasil rerata tinggi tanaman pada pengamatan 16 minggu setelah tanam
menunjukkan bahwa tinggi tanaman pada seluruh perlakuan menunjukkan hasil
pertumbuhan yang normal. Pertumbuhan tanaman tebu normal diawali pada face
perkecambahan yang terjadi saat tanaman tebu berumur 1 sampai 3 bulan setelah tanam.
Pada fase tersebut tanaman tebu mengalami pertambahan tinggi tanaman sebesar ± 50 cm
setiap bulannya. Setelah tanaman berusia 3 bulan, tanaman akan memasuki fase
pemanjangan batang. Fase pemanjangan batang tanaman tebu berlangsung pada saat
tanaman berusia 3 sampai 9 bulan setelah tanam. Fase pemanjangan batang tanaman tebu
dimulai dengan terdapatnya ruas batang tebu. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian
(Ardiyansyah, 2015) yang menyebutkan bahwa pembentukan ruas tanaman tebu pada
fase pemanjangan batang akan menghasilkan ruas batang tanaman tebu sebanyak 3-4 ruas
dengan panjang ruas sepanjang 15-20 cm.
Respon Pertumbuhan Bibit Bagal Tebu (Saccharum
Officinarum L)Terhadap Pemberian Pupuk Kascing Blotong
Dan Pupuk NPK
2021
Dela Fatma Oktaviona dan Hartini 135
Nitrogen dibutuhkan tanaman untuk membentuk senyawa penting yang terdapat pada
tubuh tanaman seperti klorofil, asam nukleat, serta enzim pertumbuhan. Selain itu
nitrogen juga dibutuhkan dalam jumlah besar pada setiap tahapan pertumbuhan tanaman
khususnya pada tahap pertumbuhan vegetatif tanaman. Pertumbuhan vegetatif tanaman
dapat berupa pembentukan tunas, atau perkembangan batang dan daun (Sukartiningrum
& Pikir, 2018).
Tabel 2. Pengaruh dosis pupuk kasing dan dosis pupuk NPK terhadap jumlah daun
tanaman tebu pada umur 16 mst
Perlakuan
Jumlah Daun (helai)
Pemberian pupuk kascing
P0
10,93 a
P1
11,06 b
P2
12,67 b
Pemberian pupuk NPK
N0
11,33 b
N1
11,36 b
N2
11,97 b
Dosis Pupuk kascing * NPK
tn
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil pengaruh yang
tidak berbeda nyata pada hasil (anova) dengan taraf 5%.
Hasil analisis sidik ragam jumlah daun pada tabel 2 menunjukkan tidak terdapat
interaksi dari kedua perlakuan tetapi memberikan pengaruh nyata secara tunggal pada
perlakuan pemberian pupuk kascing blotong. Perlakuan P2 memberikan jumlah daun
terbanyak yaitu 12,67 helai.
Daun tanaman tebu merupakan daun tunggal yang terdiri dari pelepah dan helai
daun yang tidak memiliki tangkai daun. Banyaknya pertumbuhan jumlah daun pada
tanaman dapat berpengaruh pada hasil produktifitas yang dihasilkan oleh tanaman. Hal
tersebut dikarenakan daun merupakan tempat terjadinya proses fotosintesis. Nitrogen
memiliki peran sangat penting dalam meningkatkan produktifitas tanaman tebu. Hal
tersebut dikarenakan unsur Nitrogen berfungsi sebagai pembentukan klorofil serta dapat
membantu pertumbuhan daun, batang, anakan, akar. Menurut (Novita et al.,
2014)menyebutkan bahwa pupuk kascing mengandung zat pengatur tumbuh seperti
giberellin, sitokinin dan auxin, serta unsur hara N, P, K, Mg dan Ca dan bakteri
Azotobacter sp yang merupakan bakteri penambah unsur N yang akan membantu
meningkatkan unsur hara N yang dibutuhkan oleh tanaman.
Volume 1, Nomor 3, Maret 2021
p-ISSN2774-7018 e-ISSN2774-700X
136 http://sosains.greenvest.co.id
Tabel 3. Pengaruh dosis pupuk kasing dan dosis pupuk NPK terhadap panjang akar
tanaman tebu pada umur 16 mst
Perlakuan
Panjang akar (cm)
Pemberian pupuk kascing
P0
23,83 a
P1
30,40 b
P2
30,98 b
Pemberian pupuk NPK
N0
26,51 a
N1
27,18 a
N2
31,52 a
Dosis Pupuk kascing * NPK
tn
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil pengaruh yang
tidak berbeda nyata pada hasil (anova) dengan taraf 5%.
Pada tabel 3 di atas menunjukkan tidak terdapat interaksi pada kedua perlakuan
tetapi memberikan pengaruh nyata secara tunggal pada perlakuan pemberian pupuk
kascing blotong.
Proses penambahan panjang akar merupakan respon akar terhadap
ketersediaan air dan nutrisi. Pengamatan panjang akar bertujuan untuk mengetahui
kemampuan akar suatu tanaman dalam menyerap air dan nutrisi yang terdapat didalam
tanah. Fosfor (P) merupakan unsur hara yang sangat penting untuk pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Kebutuhan tanaman tebu akan unsur Fosfor relatif lebih
rendah dibandingkan unsur N dan K, namun Fosfor berperan penting dalam hasil
produktifitas tanaman tebu. Fosfor memiliki peran dalam pembelahan sel, merangsang
pertumbuhan akar, proses metabolisme serta proses fotosintesis tanaman.
Tabel 4. Pengaruh dosis pupuk kasing dan dosis pupuk NPK terhadap berat basah dan
berat kering akar tanaman tebu pada umur 16 mst
Perlakuan
Berat Basah Akar (g)
Berat kering Akar (g)
Pemberian pupuk kascing
P0
8,54 a
0,67 a
P1
24,59 b
2,31 b
P2
37,66 b
3,10 b
Pemberian pupuk NPK
N0
21,55 b
1,93 a
N1
24,51 b
2,04 a
N2
24,74 b
2,12 a
Dosis Pupuk kascing * NPK
tn
tn
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil pengaruh yang
tidak berbeda nyata pada hasil (anova) dengan taraf 5%.
Hasil analisis sidik ragam pada tabel 4 menunjukkan bahwa pada variabel berat
basah dan berat kering akar tidak terdapat interaksi pada kedua perlakuan, namun secara
Respon Pertumbuhan Bibit Bagal Tebu (Saccharum
Officinarum L)Terhadap Pemberian Pupuk Kascing Blotong
Dan Pupuk NPK
2021
Dela Fatma Oktaviona dan Hartini 137
tunggal memberikan hasil berbeda nyata pada perlakuan pemberian pupuk kascing
blotong.
Perlakuan P2 menghasilkan rata-rata berat basah akar sebesar 37,66 g, 24,59 g
pada perlakuan P1, dan 8,54 g pada perlakuan P0. Rata-rata berat kering akar tertinggi
terdapat pada perlakuan P2 yaitu sebesar 3,10 g. Perlakuan P2 memberikan hasil terbaik
dibandingkan dengan perlakuan P1 dan P0. Pada perlakuan pemberian pupuk NPK tidak
memberikan pengaruh yang nyata pada semua dosis yang diberikan. (Marlina et al.,015)
menyatakan bahwa penyerapan unsur hara yang baik dapat mengakibatkan pertumbuhan
tanaman menjadi optimal, hal tersebut mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman serta bagian-bagian lainnya menjadi lebih baik dan menghasilkan berat segar
dan berat kering tanaman yang lebih tinggi.
Tabel 5. Pengaruh dosis pupuk kasing dan dosis pupuk NPK terhadap berat basah dan
berat kering tajuk tanaman tebu pada umur 16 mst
Perlakuan
Berat Basah tajuk (g)
Berat kering tajuk (g)
Pemberian pupuk kascing
P0
270,06 a
20,63 a
P1
327,84 b
25,10 b
P2
492,33 c
39,92 c
Pemberian pupuk NPK
N0
308,30 a
25,37 a
N1
369,87 b
27,49 b
N2
412,06 b
32,80 b
Dosis Pupuk kascing * NPK
tn
tn
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil pengaruh yang
tidak berbeda nyata pada hasil (anova) dengan taraf 5%.
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan tidak terdapat interaksi
antara kedua perlakuan tersebut, secara tunggal memberikan pengaruh nyata pada
perlakuan pemberian pupuk kascing blotong dimana perlakuan P2 memberikan hasil
terbaik pada berat basah tajuk yaitu 492,33 gram diikuti perlakuan P1, dan P0. Berat
kering tajuk juga menunjukkan bahwa perlakuan P2 memberikan hasil terbaik
dibandingkan dengan perlakuan P1, dan P0. Sedangkan pada perlakuan pemberian pupuk
NPK, perlakuan N2 memberikan pengaruh yang sama dengan N1 meskipun N2
mempunyai kecenderungan lebih baik pada variabel pengamatan berat basah dan berat
kering tajuk. Pengaruh yang nyata dari pemberian pupuk kascing blotong dan NPK
terhadap berat kering tanaman diduga saling berhubungan dengan kandungan unsur hara
yang terdapat di dalam tanah. (Nariratih, Damanik, Majid, Sitanggang, & Sitanggang,
2013) menyatakan bahwa berat kering tanaman bagian atas yaitu tajuk, daun dan bunga
dipengaruhi oleh hara yang terkandung di dalam tanah. Berdasarkan hasil penelitian
(Khairiyah et al., 2017) menyebutkan bahwa perlakuan kombinasi antara pupuk
NPK serta pupuk hayati akan menghasilkan batang yang lebih besar
dibandingkan dengan penggunaan pupuk hayati tunggal saja.
Volume 1, Nomor 3, Maret 2021
p-ISSN2774-7018 e-ISSN2774-700X
138 http://sosains.greenvest.co.id
Tabel 6. Pengaruh dosis pupuk kasing dan dosis pupuk NPK terhadap jumlah anakan
tanaman tebu pada umur 16 mst
Perlakuan
Jumlah anakan (Batang)
Berat kering tajuk (g)
Pemberian pupuk kascing
P0
0,19 a
20,63 a
P1
0,82 b
25,10 b
P2
1,42 b
39,92 c
Pemberian pupuk NPK
N0
0,87 b
25,37 a
N1
0,92 b
27,49 b
N2
0,64 b
32,80 b
Dosis Pupuk kascing * NPK
tn
tn
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil pengaruh yang
tidak berbeda nyata pada hasil (anova) dengan taraf 5%.
Pada tabel 6 menunjukkan tidak terdapat interaksi antara kedua perlakuan pada
variabel pengamatan jumlah anakan, namun secara tunggal memberikan pengaruh
berbeda nyata pada perlakuan pemberian pupuk kascing blotong. Perlakuan P2
memberikan jumlah anakan terbanyak dibandingkan pada perlakuan P1 dan P0.
Tanaman tebu menghasilkan anakan dimulai pada umur 5 minggu hingga 3,5
bulan setelah tanam. Jumlah anakan terbanyak dihasilkan pada saat tanaman tebu
berumur 3 sampai dengan 5 bulan setelah tanam. Pada fase pertumbuhan anakan setiap
batang induk tanaman tebu dapat menghasilkan 4 sampai dengan 6 tunas anakan. Pada
penelitian ini tanaman tebu menghasilkan anakan pada umur 13 minggu setelah tanam.
Menurut (Apriscia, Barunawati, & Wicaksono, 2018) Unsur hara N diperlukan tanaman
untuk pembentukan protein dan hijau daun, disamping itu berperan penting dalam
asimilasi karbohidrat. Kekurangan N akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil dengan
jumlah anakan sedikit dan produksi rendah. Sebaliknya, pemupukan N berlebihan dan
diberikan terlambat akan memperpanjang masa vegetatif, menaikkan kadar air,
menurunkan kadar gula dan kualitas nira, disamping itu tanaman menjadi lebih peka
terhadap serangan penyakit. Pertumbuhan anakan tanaman tebu akan memiliki hasil yang
lebih baik jika menggunakan model penanaman bibit bagal dengan 2 mata. Hal tersebut
diduga karena cadangan makanan dalam bibit bagal tanaman tebu dapat mencukupi
kebutuhan pertumbuhan mata tunas.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi
antara perlakuan pemberian pupuk kascing blotong dan pemebrian pupuk NKP, namun
secara tunggal memberikan pengaruh nyata pada perlakuan pemberian pupuk kascing
blotong pada variabel pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, berat
basah dan berat kering akar, berat basah dan berat kering tajuk, serta jumlah anakan.
Perlakuan P2 (pupuk kascing 600 g/bagal) memberikan hasil terbaik, disusul P1, dan P0.
Perlakuan pemberian pupuk NPK memberikan pengaruh nyata pada variabel pengamatan
berat basah dan berat kering tajuk, yaitu pada N2 (pupuk NPK 98 g/juringan).
Respon Pertumbuhan Bibit Bagal Tebu (Saccharum
Officinarum L)Terhadap Pemberian Pupuk Kascing Blotong
Dan Pupuk NPK
2021
Dela Fatma Oktaviona dan Hartini 139
Bibliography
Apriscia, Cyntia Yolanda, Barunawati, Nunun, & Wicaksono, Karuniawan Puji.
(2018). Pengaruh Pemberian Pupuk Kompos Limbah Domestik Terhadap
Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Tebu (Saccharum Officinarum L.) Asal
Bibit Bud Chip. PLANTROPICA: Journal of Agricultural Science, 1(2).
Ardiyansyah, Bagustianto. (2015). Mempelajari Pertumbuhan dan Produktivitas
Tebu (Saccharum Officinarum. L) dengan Masa Tanam Sama pada Tipologi
Lahan Berbeda. Buletin Agrohorti, 3(3), 357365.
Arifah, Sri Mursiani. (2015). Analisis komposisi pakan cacing Lumbricus sp.
terhadap kualitas kascing dan aplikasinya pada tanaman sawi. Jurnal
Gamma, 9(2).
Bela Pratiwi, Selly Marwa. (2017). PENGARUH PENERAPAN
VERMIKOMPOSTING TERHADAP KANDUNGAN UNSUR HARA MIKRO
(Fe, Mn, Zn) KOMPOS DAN WAKTU REDUKSI SAMPAH ORGANIK
(DAUN) DI TPST UNDIP MENGGUNAKAN BANTUAN
MIKROORGANISME LOKAL. Universitas Diponegoro.
Khairiyah, Khairiyah, Khadijah, Siti, Iqbal, Muhammad, Erwan, Sariyu, Norlian,
Norlian, & Mahdiannor, Mahdiannoor. (2017). Pertumbuhan dan Hasil Tiga
Varietas Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt) Terhadap Berbagai Dosis
Pupuk Organik Hayati Pada Lahan Rawa Lebak. Ziraa’ah Majalah Ilmiah
Pertanian, 42(3), 230240.
Marlina, Neni, Aminah, Raden Iin Siti, & Setel, Lusdi Ramlan. (2015). Aplikasi
pupuk kandang kotoran ayam pada tanaman kacang tanah (Arachis hypogeae
L.). Biosaintifika: Journal of Biology & Biology Education, 7(2).
Nariratih, Intan, Damanik, B., Majid, Muhammad, Sitanggang, Gantar, &
Sitanggang, Gantar. (2013). Ketersediaan nitrogen pada tiga jenis tanah
akibat pemberian tiga bahan organik dan serapannya pada tanaman jagung.
Jurnal Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara, 1(3), 94978.
Purba, Janbaretson. (2020). Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman
Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap Pemberian Dolomit Dan
Pupuk NPK.
Sukartiningrum, S., & Pikir, Juli Santoso. (2018). Hubungan Antara Pertumbuhan
Vegetatif Dan Generatif Tanaman Semangka (Citrullus Vulgaris, Schard)
Pada Pemupukan Kno3 Dengan Lama Pemberoan Tanah. Agritrop: Jurnal
Ilmu-Ilmu Pertanian (Journal of Agricultural Science), 16(2), 263267.
XI, P. T. Perkebunan Nusantara. (2010). Panduan Teknik Budidaya Tebu. PT
Perkebunan Nusantara XI. Surabaya (ID): PTPN XI.