1331
https://sosains.greenvest.co.id
JURNAL
SOSAINS
JURNAL SOSIAL DAN SAINS
VOLUME 2 NOMOR 12 2022
P-ISSN 2774-7018, E-ISSN 2774-700X
TOTEMISME DI ERA MODERNISASI:
REALITAS MASYARAKAT ADAT MANGGOKAL HOLI PADA
ETNIS SIMALUNGUN SUMATERA UTARA
Bonita Silalahi, Lela Nur Shahida, Matheus Jhontua Dionisius P
Universitas Maritime Raja Ali Haji Tanjungpinang
Email : bonitasilalahi54@gmail.com, lelanursh@gmail.com,
matheuspardede09@gmail.com
Kata kunci:
Manggokal holi,
Masyarakat adat
simalungun,
Modernisasi,
totemisme
merupakan contoh
sistem
kepercayaan,
Sistem
kepercayaan
Keywords:
Manggokal holi,
Simalungun
indigenous people,
Modernization,
totemism are
examples of belief
systems, belief
systems.
ABSTRAK
Latar Belakang : Dalam masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan, totemisme
adalah penggambaran kehidupan manusia di mana tumbuhan dan hewan tertentu
dianggap suci. mengacu pada temuan Durkheim tentang totemisme, yang
menggambarkan sistem keagamaan yang paling sederhana dan primitif serta simbol
organisasi sosial orang tertentu, klan.
Tujuan : Metode penelitian yang bertujuan menemukan dan menggambarkan secara
naratif aktivitas, tindakan, dan efek manusia sepanjang hidup mereka. Dalam Rukajat
(2018), Creswell (2010) menjelaskan bahwa tujuan penelitian kualitatif adalah
memasukkan informasi tentang partisipan penelitian serta fenomena yang diselidiki.
Metode : Menjelaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan tradisi tertentu dalam
ilmu-ilmu sosial yang pada dasarnya bergantung pada pengamatan terhadap kehidupan
manusia. , baik dalam bidang atau peristiwa dengan cara mengidentifikasi item-item
yang relevan dengan berbagai kondisi manusia, dunia, tindakan, kepercayaan, dan
kepentingan dengan fokus pada perbedaan sehingga menghasilkan jawaban.
Hasil : Praktik totemisme masyarakat simalungun dengan memaknai totemisme
sebagai representasi dari tradisi mangokal holi Ketika kelompok-kelompok soa
bergabung menjadi satu desa atau negara, masing-masing tuang belulang menyimpan
totemismenya sendiri.
Kesimpulan: Modernisasi telah menyentuh realitas kehidupan masyarakat adat
simalungun. Bentuk perubahannya mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam berbagai aspek, antara lain pendidikan.
ABSTRACT
Background: In societies living in rural areas, totemism is a depiction of human life in
which certain plants and animals are considered sacred. refers to Durkheim's findings
on totemism, which describes the simplest and most primitive religious system and
symbols of the social organization of a particular person.
Purpose: A research method that aims to discover and describe in a narrative way the
activities, actions, and effects of people throughout their lives. In Rukajat (2018),
Creswell (2010) explains that the purpose of qualitative research is to include
information about research participants and the phenomena being investigated.
Method: Explains that qualitative research is a particular tradition in the social
Totemisme Di Era Modernisasi:
Realitas Masyarakat Adat Manggokal Holi Pada Etnis
Simalungun Sumatera Utara
2022
Bonita Silalahi, Lela Nur Shahida, Matheus Jhontua Dionisius P 1332
sciences that basically depends on observing human life. , both in fields or events by
identifying items that are relevant to various human conditions, the world, actions,
beliefs, and interests by focusing on differences so as to produce answers.
Results: The practice of totemism by the Simalungun people by interpreting totemism
as a representation of the mangokal holi tradition When soa groups merge into one
village or country, each tuang belang keeps its own totemism.
Conclusion: Modernization has touched the reality of the life of the Simalungun
indigenous people. The form of change follows the development of science and
technology in various aspects, including education.
PENDAHULUAN
Sistem kepercayaan adalah cara bertindak yang dimiliki manusia, dan itu terdiri
dari kepercayaan yang dianut orang secara individu atau kolektif dalam masyarakat
(Sitohang, 2022). Masyarakat baik di perkotaan maupun pedesaan memiliki sistem
kepercayaan yang diwujudkan dalam bentuk lembaga keagamaan, dan inilah realitas
kehidupan. Orang-orang di daerah perkotaan dan pedesaan mengalami hal yang sama
dalam hal memiliki kepercayaan. Menurut Keesing (1981:93), tempat agama di alam
semesta dan cara orang berhubungan dengannya sangat bervariasi. Dalam skenario ini,
mungkin ada satu dewa, sekelompok dewa, atau bahkan makhluk dan kekuatan yang
berlebihan. Tingkat pemahaman dan keyakinan yang dianut oleh individu maupun
masyarakat secara keseluruhan menentukan realitas keyakinan publik yang beragam ini.
Durkheim menggunakan empat kata kunci ketika membahas kepercayaan publik
dalam setting ini, yaitu: 1) klasifikasi, ritus, yang sakral (sacred), solidaritas, dan,
Durkheim memandang masyarakat sebagai suatu kesatuan yang tersusun secara internal
oleh sakral, klasifikasi, ritus, dan ikatan solidaritas. Agama-agama primitif yang menjadi
milik masyarakat karena mengandung makna-makna tertentu yang dianggap sakral
karena hal-hal tersebut melambangkan masyarakat baik secara individu maupun sebagai
masyarakat adalah jenis-jenis agama yang dikemukakan menurut Durkheim
diklasifikasikan sebagai kategori agama Dasar (Aissa, Abercrombie, Sheldon, & Mili,
2010) Totemisme adalah suatu bentuk kepercayaan yang melibatkan pemujaan benda-
benda tertentu, seperti hewan, tumbuhan, atau benda langit, di antara berbagai agama
dasar (Aissa et al., 2010). Karena didasarkan pada pembagian berdasarkan marga,
totemisme juga terkait dengan organisasi sosial yang definitif. Freud (dalam Pals 2011:
100) menyatakan bahwa ada dua jenis kebiasaan totemisme: Praktek pertama adalah suku
atau klan untuk mengasosiasikan hewan atau tumbuhan tertentu, yang dianggap suci.
Mengenai adat yang kedua, sesuatu atau seseorang disebut tabu jika salah satu suku ingin
melabelinya sebagai "tidak boleh" atau "dilarang".
Kehidupan masyarakat mengalami beberapa pergeseran di era modern, baik dalam
bidang politik, ekonomi, hukum, bahkan agama. Berbagai perubahan dipengaruhi oleh
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui media komunikasi. Masyarakat
memiliki akses terhadap berbagai media komunikasi baik di perkotaan maupun di
pedesaan, kiranya karena informasi tentang berbagai perkembangan dapat diperoleh
dengan cepat (Alfons, 2020) Beberapa orang telah mengemukakan definisi modernisasi,
antara lain Astrid S. Susanto yang berpendapat bahwa modernisasi adalah pembangunan
yang dibawa oleh perubahan demi kemajuan. Selain itu, Sorjono Soekanto
mendefinisikan modernisasi sebagai suatu jenis perubahan sosial, biasanya berdasarkan
perencanaan (social planning) dan terarah (directed change).
Volume 2, Nomor 12, December 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1333 http://sosains.greenvest.co.id
Berubah untuk melihat peningkatan pengetahuan dan perilaku masyarakat saat
mereka beradaptasi dengan situasi sosial yang berbeda sekarang (Poluakan, Dikayuana,
Wibowo, & Raharjo, 2019). Upaya masyarakat untuk menjadikan pengetahuan
pengembangan diri lebih kompetitif merupakan langkah untuk membentuk kemampuan
individu untuk mencapai hasil yang diinginkan. Tentu saja, tindakan tersebut berdampak
pada bagaimana masyarakat pedesaan beradaptasi dengan kehidupan perkotaan
(FAUZIYYAH, 2018). Namun, tidak semua perubahan yang terjadi di masyarakat
pedesaan telah selesai. Adanya sistem nilai budaya yang relatif terjaga menunjukkan hal
tersebut. Mangongkal holi merupakan salah satu ritual adat yang terkenal di Tanah Batak
dan juga Sumatera Utara. Ritual ini diawali dengan kisah nenek moyang atau leluhur
yang hadir kepada salah satu anggota keluarga melalui pengelihatan maupun mimpi.
Dalam mimpi, leluhur memohon kepada keluarganya agar dipindahkan serta disatukan ke
tempat yang lebih baik, layak, dan sempurna dari tempat sebelumnya, sehingga hal
tersebut harus dilaksanakan dengan segera. Itu yang menjadi salah satu latar belakang
dilaksanakannya ritual tersebut. Ritual ini dilakukan oleh kelompok marga yang sudah
memiliki keturunan besar dan juga tersebar di seluruh daerah (Nasution, 2019)
Kegiatan ini merupakan ritual yang dilakukan oleh suku Batak Toba sebagai
bentuk penghormatan mereka terhadap leluhur mereka yang sudah meninggal dunia
(Hutagaol & Prayitno, n.d.). Ritual adat ini sudah dilakukan sejak nenek moyang orang
Batak ada, dan masih berlangsung hingga sekarang ini. Namun, ritual adat ini telah
mengalami perubahan semenjak Kekristenan datang ke Tanah Batak. Kekristenan
menganggap bahwa ritual ini mengandung unsur dinamisme, animisme, spritisme, dan
lain sebagainya, sehingga bertentangan dengan ajaran Kristen. Karena itu, lembaga
keagamaan seperti gereja berusaha mengawasi dan menyesuaikan ritual ini dengan ajaran
Kristen yang berlaku. Meskipun begitu, masih ada beberapa nilai yang masih tetap
bertahan dalam ritual tersebut.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang bertujuan menemukan dan menggambarkan secara naratif
aktivitas, tindakan, dan efek manusia sepanjang hidup mereka. Dalam Rukajat (2018),
Creswell (2010) menjelaskan bahwa tujuan penelitian kualitatif adalah memasukkan
informasi tentang partisipan penelitian serta fenomena yang diselidiki. menjelaskan
bahwa penelitian kualitatif merupakan tradisi tertentu dalam ilmu-ilmu sosial yang pada
dasarnya bergantung pada pengamatan terhadap kehidupan manusia. , baik dalam bidang
atau peristiwa dengan cara mengidentifikasi item-item yang relevan dengan berbagai
kondisi manusia, dunia, tindakan, kepercayaan, dan kepentingan dengan fokus pada
perbedaan sehingga menghasilkan jawaban.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Praktik totemisme masyarakat simalungun dengan memaknai totemisme sebagai
representasi dari tradisi mangokal holi Ketika kelompok-kelompok soa bergabung
menjadi satu desa atau negara, masing-masing tuang belulang menyimpan totemismenya
sendiri. manggokal holi sudah biasa dilakukan dan bahkan menjadikan tampaknya telah
menunjukkan identitas mereka sendiri dalam keberadaan ini. Dengan praktik totemistik
mereka, sifat orang Hutumuri telah menjadi fakta (Koner, Pal, & Adak, 2012).
Menurut Watloly (2007:9), “upaya untuk memahami hakikat masyarakat tidak
semata-mata dari analisis keberadaannya atau keberadaannya sebagai fakta, tetapi dari
analisis keberadaannya. Keberadaan didefinisikan sebagai "analisis keberadaan mereka."
Jika analisis eksistensi dan eksistensi hanya mengungkap dan menjawab pertanyaan
tentang esensinya, maka analisis eksistensi menggali lebih dalam substansi sosial
Totemisme Di Era Modernisasi:
Realitas Masyarakat Adat Manggokal Holi Pada Etnis
Simalungun Sumatera Utara
2022
Bonita Silalahi, Lela Nur Shahida, Matheus Jhontua Dionisius P 1334
masyarakat untuk menjawab pertanyaan tentang siapa, mengapa, dan bagaimana esensi
komunitas itu. Oleh karena itu, salah satu kawasan di kabupaten simalungun yang
kehidupannya lebih bermanfaat untuk menjawab berbagai misteri masyarakat, termasuk
berbagai struktur dan dinamika sosial yang mempengaruhi dan membentuk integritas dan
eksistensi seseorang.
A. Totemisme.
Pada saat kelompok etnis simalungun masih berada di wilayah masing-masing,
masyarakat memiliki adanya kepercayaan totemisme. Realitas kehidupan masyarakat
pada masa itu tertata dan terkonsolidasi dengan baik (Koritelu, 2021). Adanya sistem
pemerintahan dengan natua tua sebagai yang bertugas menjalankan pemerintahan, dan
maueng yang bertugas mengatur urusan adat turut andil dalam tertibnya kehidupan ini.
Masyarakat dianggap memiliki keterampilan di atas rata-rata karena sifat kewibawaan
kepala adat sebagai pemimpin tradisi . Kemampuannya adalah untuk mengendalikan
kehidupan orang dan memiliki kekuatan supernatural alami.
B. Pemahaman orang mangokkal holi tentang pentingnya totemime.
Bentuk penghormatan terhadap totemisme yang dianggap sakral dan dijadikan
simbol kepercayaan adalah tindakan menghargai dan menjadikannya sebagai simbol
kepercayaan. Hal ini dapat dilakukan pada saat upacara adat atau dalam kehidupan sehari-
hari karena totemisme memiliki kekuatan gaib. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan
manusia dengan leluhur keramat semakin erat (Lestari & Kistanto, 2021), baik secara
individu maupun kolektif. Selain itu, telah berkembang menjadi suatu bentuk
pengetahuan milik masyarakat yang diwariskan secara turun-temurun. Sering kali,
menunjukkan rasa hormat terhadap objek totemisme mencakup melakukan pesta yang
mempunyai biaya yang banyak.
Terlepas dari kenyataan bahwa kehidupan masyarakat saat ini telah menganut
kepercayaan agama modern, namun masih ada anggapan dalam masyarakat dengan
sistem kepercayaan totemisme bahwa hewan dan tumbuhan tertentu memiliki bentuk
sakral yang tidak berubah dan selalu dipertahankan dari zaman dahulu hingga sekarang.
Hal ini mirip dengan yang terjadi di simalungun, masyarakat yang kehidupan
masyarakatnya sebenarnya telah diubah oleh ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi
kepercayaan mereka terhadap totemisme tidak berubah. salah satu diantara mereka.
Integrasi masyarakat dengan lingkungan alam, khususnya habitat hewan totemisme,
terjadi melalui proses saling menghargai ini.
Padahal dalam kehidupan nyata, mamggokal holi yang I maksud adalah tradisi
yang menunjukkan ciri-ciri yang unik, seperti mengingatkan pada anak cucu nya agar
tidak lupa dengan orang tua yang telah pergi. nenek moyang atau nenek moyang. Proses
masyarakat Negeri Hutumuri melaksanakan acara-acara adat internal menunjukkan sikap
saling menghormati. Untuk memenuhi kebutuhan masyrakat simalugun, maka
penyelenggaraan acara adat secara internal dimaksudkan untuk terdiri dari kegiatan atau
prosesi adat.
Tindakan adat ini, seperti menutup atap dengan pesta (Hefni & Ahmadi, 2019).
Sebagai tanda penghormatan kepada leluhur, totemisem yang biasanya menyerupai
hewan ini harus dipanggil untuk setiap prosedur adat. Kemunculan totemisme pada
waktu-waktu tertentu dalam kehidupan sehari-hari akan sangat dilindungi oleh
masyarakat kabupaten simalungun, selain sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur.
Merupakan pemahaman atau pengetahuan yang dimiliki oleh anak cucu melalui
perbuatan yang diturunkan dari orang tuanya sejak dahulu kala. Pengertian atau
pengetahuan ini juga termasuk mengetahui bentuk keramat dari benda totemisme
tersebut. Manggokal holi tetap di lakukan sampai saat ini di era modernisasi dan agama.
Volume 2, Nomor 12, December 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1335 http://sosains.greenvest.co.id
C. Realitas Agama Modern dan Tradisional.
Baik totemisme sebagai agama modern maupun totemisme sebagai agama
tradisional memiliki dasar yang berbeda. Perbedaan praktik ibadah dan objek ibadah
dilakukan dengan cara yang berbeda. Akan ada efek positif dan negatif yang dihasilkan
dari perbedaan substansi mendasar dalam realitas sistem kepercayaan. Konflik atau
konflik akibat perbedaan sistem dan pola kepercayaan yang diterapkan merupakan bentuk
dampak negatif yang dapat dideskripsikan. Namun, selain itu, aspek kemanfaatan yang
dapat diamati berupa saling pengertian antar berbagai kepercayaan juga tidak luput dari
perhatian.
Sebelum abad ke-14 M, setiap simalungun menganut kepercayaan Kristen
Protestan. Penganut praktik keagamaan tradisional bangsa ini tidak luput dari kehadiran
agama Kristen Protestan di sana. Namun demikian, kondisi ini menunjukkan hal-hal
positif tersebut melalui bentuk partisipasi pada cuplikan-cuplikan upacara adat yang
diselesaikan.
Agar upacara ini berjalan lancar, totemisme dan sistem kepercayaan agama
kontemporer berkolaborasi dengan cara yang saling mendukung (Serumena, Soselisa, &
Sihasale, 2021). Hal ini terlihat dari peran yang dimainkan oleh masing-masing tokoh
dalam prosesi ritual dimaksudpemimpin adat yang mewakili sistem kepercayaan
totemisme dan pemimpin gereja (pendeta)bersama-sama mendukung prosesi tersebut.
Pengakuan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat oleh kedua unsur tersebut,
serta orang tua atau nenek moyang mereka, diperlukan untuk sebuah tempat yang akan
diberikan. Saling mengakui
Anak cucu leluhur, representasi dari leluhur, dipanggil untuk berpartisipasi dalam
ritual adat, dengan masing-masing karakter menjalankan fungsinya masing-masing.
Pemimpin gereja memenuhi perannya menghubungkan seluruh proses ritual dengan
Tuhan Yang Maha Esa melalui doa bersama di awal dan akhir pelaksanaannya,
sedangkan pemimpin adat menjalankan tanggung jawabnya untuk memanggil
menggunakan mekanisme tradisi adat setempat.
D. Nilai Dasar Keberadaan Totemisme Saat Ini.
Masyarakat simalungun menganut sistem kekerabatan patrilineal. Dimana sistem
pewarisan menurut garis keturunan ayah dalam praktek kehidupan masyarakat adat. Garis
keturunan ini berlangsung dari dulu hingga sekarang, oleh karena itu aliran kekerabatan
yang dimaksud telah melembaga atau terinternalisasi dalam praktik kehidupan
masyarakat setempat (Durkheim, 1900). Garis keturunan paternal merupakan bentuk
identitas masyarakat sebagai ikatan genealogis atau ikatan saudara kandung dalam satu
kelompok identitas yang sama.
Pewarisan identitas klan dalam komunitas individu menyiratkan kekuatan ikatan
darah. Rasa memiliki terhadap identitas marga merupakan nilai budaya untuk
mengidentifikasi asal usul, kenyataan ini justru menguatkan masyarakat terhadap
eksistensinya sebagai anak asli negeri Hutumuri. Marga berupa kelompok silsilah
Mataruma di simalungun terintegrasi berdasarkan pemukiman dalam kelompok teritorial
soa sejak di masing-masing hena (Faucheux, Amado, & Laurent, 1982). Meskipun
terintegrasi, identitas yang berbeda dimaknai oleh anggota kelompok sebagai
identitasnya. Namun demikian, kolektivitas kelompok soa memberi makna pentingnya
hidup bersama untuk membangun hubungan sosial dalam satu kelompok.
Manggokal holi keramat pada setiap masyarakat simalungun menjadi dasar untuk
mewujudkan nilai kolektivitas tersebut (Nasution, 2019). Seperti diketahui, mamngokal
holi pemimpin adat diakui sebagai nenek moyang oleh anggota kelompok. Bentuk
kesepakatan budaya tersebut menunjukkan keyakinan mereka bahwa mereka memiliki
nenek moyang yang sama dan saling percaya sebagai kerabat kelompok internal.
Totemisme Di Era Modernisasi:
Realitas Masyarakat Adat Manggokal Holi Pada Etnis
Simalungun Sumatera Utara
2022
Bonita Silalahi, Lela Nur Shahida, Matheus Jhontua Dionisius P 1336
Pengakuan ini menyatakan bahwa manggokal holi memiliki kekuatan untuk menyatukan
kerabat di antara ahli silsilah.
Sampai saat ini identitas matarumah dalam praktik kehidupan masyarakat adat
Negeri Hutumuri pada kelompok masyrakat dewasa ini sebagai bentuk sistem
kekerabatan patrilineal masih diwariskan (Bartels, 2017). Tentu saja hal ini memberikan
dampak atau pengaruh terhadap adanya hubungan kekerabatan antar silsilah di dalam
internal. Realitas ini menunjukkan bahwa selama warisan ini tetap dipertahankan sebagai
sistem nilai adat masyarakat, modernisasi sesungguhnya tidak dapat menghilangkan
keadaan tersebut. Hal ini terlihat pada kehidupan masyarakat adat setempat yang telah
beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bahkan sistem
kepercayaan agama modern, namun bentuk kepercayaan totemisme sebagai agama
tradisional tetap berlanjut dalam ritual adat pada etnis simalungun.
KESIMPULAN
Modernisasi telah menyentuh realitas kehidupan masyarakat adat simalungun.
Bentuk perubahannya mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
berbagai aspek, antara lain pendidikan, kesehatan, bahkan bentuk kepercayaan.
Masyarakat lokal itu unik, ketika mereka mampu beradaptasi dengan realitas zaman
modern saat ini tanpa meninggalkan sistem nilai budaya adat.
Terpeliharanya sistem kepercayaan ini terkait dengan pemaknaan manggokal holi
menjadi tradisi yang mengandung keramat leluhurnya, keberadaan kepercayaan
masyarakat di dua wilayah yang berbeda (tradisional dan modern). Faktor penentu
semuanya terletak pada pewarisan identitas diri anak adat dan pola hubungan kekerabatan
antara kelompok genealogi internal dan eksternal.
DAFTAR PUSTAKA
Aissa, Anis Ben, Abercrombie, Robert K., Sheldon, Frederick T., & Mili, Ali. (2010).
Quantifying security threats and their potential impacts: a case study. Innovations in
Systems and Software Engineering, 6(4), 269281.
Alfons, Christwyn R. (2020). Totemisme Di Era ModerniSasi (Realitas Masyarakat Adat
Negeri Hutumuri Kecamatan Leitimur Selatan Kota Ambon). Komunitas: Jurnal
Ilmu Sosiologi, 3(2), 89100.
Bartels, Dieter. (2017). Di Bawah Naungan Gunung Nunusaku jilid 2 (Vol. 2).
Kepustakaan Populer Gramedia.
Durkheim, Émile. (1900). Sur le totémisme. L’Année Sociologique (1896/1897-
1924/1925), 5, 82121.
Faucheux, Claude, Amado, Gilles, & Laurent, Andre. (1982). Organizational
development and change. Annual Review of Psychology, 33(1), 343370.
FAUZIYYAH, FYDA. (2018). Gejala Totemisme dalam Iklan lippo Group: Aku Ingin
Pindah ke Meikarta. PERPUSTAKAAN.
Hefni, Wildani, & Ahmadi, Rizqa. (2019). Solidaritas Sosial di Era Post-Modern:
Sakralitas Komunitas Salawatan Jaljalut Indonesia. Jurnal Lektur Keagamaan,
17(1), 5976.
Hutagaol, Firman Oktavianus, & Prayitno, Iky Sumarthita P. (n.d.). Perkembangan Ritual
Adat Mangongkal Holi Batak Toba dalam Kekristenan di Tanah Batak. Anthropos:
Jurnal Antropologi Sosial Dan Budaya (Journal of Social and Cultural
Anthropology), 6(1), 8492.
Koner, S., Pal, A., & Adak, A. (2012). Use of surface modified silica gel factory waste
for removal of 2, 4-D pesticide from agricultural wastewater: a case study.
Volume 2, Nomor 12, December 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1337 http://sosains.greenvest.co.id
Koritelu, Paulus. (2021). Building Maluku in the Character of the Island (A Critical
Review). Review of International Geographical Education Online, 11(4), 1706
1720.
Lestari, Fitri Astuti, & Kistanto, Nurdien H. (2021). Totemisme dalam Iklan: Studi Sastra
Komparatif TVC Sabun Lux Versi Beauty Superpowers dan Versi Maudy Ayunda.
Indonesian Language Education and Literature, 7(1), 218230.
Nasution, Dito Aditia Darma. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Pengguna Sistem Informasi Manajemen Daerah-Keuangan Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara. Jurnal Akuntansi Bisnis Dan Publik, 10(2), 101114.
Poluakan, Marcelino Vincentius, Dikayuana, Didin, Wibowo, Herry, & Raharjo, Santoso
Tri. (2019). Potret Generasi Milenial pada Era Revolusi Industri 4.0. Focus: Jurnal
Pekerjaan Sosial, 2(2), 187197.
Serumena, Jacob, Soselisa, Hermien, & Sihasale, Wellem R. (2021). LEMBAGA ADAT
DAN EKSISTENSI MASYARAKAT ADAT NEGERI LAFA KECAMATAN
TELUTI KABUPATEN MALUKU TENGAH. KOMUNITAS: Jurnal Ilmu
Sosiologi, 4(1), 2744.
Sitohang, Netty. (2022). MENGANALISA KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA:
SEBUAH ASA DAN AKTUALITA.