1338
https://sosains.greenvest.co.id
JURNAL
SOSAINS
JURNAL SOSIAL DAN SAINS
VOLUME 2 NOMOR 12 2022
P-ISSN 2774-7018, E-ISSN 2774-700X
PENGALAMAN BIDAN DALAM MEMBERIKAN
PERTOLONGAN PERSALINAN PADA IBU
DENGAN SUSPECT DAN TERKONFIRMASI
COVID-19
Rita Oktavia Harahap
1
, Dwi Izzati Budiono
2
, Isnin Anang Marhana
3
Universitas Airlangga Surabaya
Email : rita.oktavia.harahap-2021@fk.unair.ac.id, dw[email protected]nair.ac.id,
isnin.anang@fk.unair.ac.id
Kata kunci:
Bidan, kecerdasan
Persalinan, Covid-
19
Keywords:
Midwives,
childbirth
intelligence,
Covid-19.
ABSTRAK
Latar Belakang : Pada awal tahun 2020 dunia digemparkan dengan adanya virus baru
yaitu coronavirus jenis baru (SARS-CoV-2), penyakitnya disebut Coronavirus disease
2019 (Covid-19). Virus ini diinformasikan pertama kali berasal dari Wuhan, provinsi
Hubei, Tiongkok pada akhir Desember tahun 2019.
Tujuan : Tujuan studi fenomenologi dalam penelitian ini untuk mengidentifikasi dan
mengeksplorasi pengalaman bidan yang menolong persalinan pasien suspect dan
terkonfirmasi Covid-19.
Metode : Penelitian ini menggunakan rancangan (design) penelitian kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi yaitu suatu penelitian yang mendeskripsikan atau
menggambarkan mengenai pengalaman atau fenomena yang terjadi atau dialami oleh
seseorang yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial
secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam
antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.
Hasil : Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pengalaman Bidan dalam
memberikan pertolongan persalinan pada Ibu dengan suspect dan terkonfirmasi Covid-
19 ada beberapa hal menurut informan yang perlu di evaluasi yaitu ruang pelayanan
PONEK, penggunaan delivery chamber, ruang transisi, ruang pelayanan kurang
strategis dan komunikasi interprofesional.
Kesimpulan: Kesimpulan yang didapatkan penelitian kualitatif tentang Pengalaman
Bidan dalam Memberikan Pertolongan Persalinan pada Ibu dengan suspect dan
terkonfirmasi Covid-19 : Studi Kualitatif Fenomenologi” adalah persepsi bidan,
persiapan dalam melakukan pertolongan persalinan, pertolongan persalinan oleh bidan,
perubahan adaptasi, sistem pendukung dalam pelayanan, harapan bidan dan evaluasi
pelayanan.
ABSTRACT
Background: At the beginning of 2020 the world was shocked by a new virus, namely
a new type of coronavirus (SARS-CoV-2), the disease is called Coronavirus disease
2019 (Covid-19). It was announced that this virus originated from Wuhan, Hubei
province, China at the end of December 2019.
Purpose: The purpose of the phenomenological study in this study was to identify and
explore the experiences of midwives who helped deliver patients with suspected and
Volume 2, Nomor 12, Desember 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1339 http://sosains.greenvest.co.id
confirmed Covid-19.
Method: This study uses a qualitative research design with a phenomenological
approach, namely a study that describes or describes experiences or phenomena that
occur or are experienced by someone who aims to understand a phenomenon in a
natural social context by prioritizing a process of in-depth communication interaction
between researchers and phenomenon under study.
Results: From the results of research that has been conducted on midwives'
experiences in providing delivery assistance to mothers with suspected and confirmed
Covid-19, there are several things according to informants that need to be evaluated,
namely PONEK service rooms, use of delivery chambers, transition rooms, less
strategic service rooms and interprofessional communication.
Conclusion: The conclusions obtained from qualitative research on "Midwives'
Experience in Providing Birth Assistance to Mothers with suspected and confirmed
Covid-19: Qualitative Phenomenological Studies" are midwives' perceptions,
preparations in carrying out delivery assistance, delivery assistance by midwives,
adaptation changes, support systems in services, expectations of midwives and
evaluation of services.
PENDAHULUAN
Pada awal tahun 2020 dunia digemparkan dengan adanya virus baru yaitu
coronavirus jenis baru (SARS-CoV-2), penyakitnya disebut Coronavirus disease 2019
(Covid-19). Virus ini diinformasikan pertama kali berasal dari Wuhan, provinsi Hubei,
Tiongkok pada akhir Desember tahun 2019. WHO pertama kali menerima pemberitahuan
tentang klaster pneumonia dengan etiologi yang belum diketahui di Wuhan, Republik
Rakyat Tiongkok, pada tanggal 31 Desember 2019. Virus ini pada awalnya diberi nama
sementara 2019 novel coronavirus (2019- nCoV). Setelah itu, International Committee of
Taxonomy of Viruses (ICTV) menamai virus ini SARS-CoV-2. SARS-CoV-2
diklasifikasikan di bawah genus Betacoronavirus (subgenus Sarbecovirus) dari famili
Coronaviridae. SARS-CoV-2 adalah coronavirus ketujuh yang teridentifikasi dan
diketahui menginfeksi manusia (HCoV). Empat virus jenis ini, yaitu HCoV-229E,
HCoV-NL63, HCoV-HKU1, dan HCoV-OC43, bersifat endemik, musiman, dan
cenderung menyebabkan penyakit saluran napas ringan. Dua virus lainnya adalah
coronavirus Middle East Respiratory Syndrom (MERS-CoV) dan coronavirus Severe
Acute Respiratory Syndrome tipe 1 (SARS-CoV-1) yang bersifat zoonotik dan lebih
virulen (Cassuto et al., 2021).
Covid-19 dapat menginfeksi siapa saja, namun untuk beberapa kelompok orang
yang memiliki tingkat resiko lebih tinggi terpapar Covid-19, dapat membawa kepada
kematian. Oleh karena itu, banyak kelompok rentan terinfeksi Covid-19 yang harus
dilakukan perawatan di Rumah Sakit. Penyakit ini merupakan penyakit baru yang
sebelumnya tidak pernah di temukan pada manusia dan para ahli kesehatan masih terus
meneliti tingkat keganasan dan penyebarannya (Siagian, 2020). Sampai saat ini Covid-19
merupakan pandemi global dan masih menjadi permasalahan dunia yang serius (World
Health Organization, 2020).
Menurut data dari World Health Organization (WHO) tanggal 21 Januari 2022
pukul 17.55 menunjukkan bahwa ada 340.543.962 kasus COVID-19 yang diterkonfirmasi
dan 5.570.163 kematian. Dan data di Indonesia hingga 21 Januari 2022 menunjukkan
jumlah kasus Covid-19 sebesar 4.280.241, kasus baru yang dilaporkan dalam 7 hari
Pengalaman Bidan Dalam Memberikan Pertolongan
Persalinan Pada Ibu Dengan Suspect Dan
Terkonfirmasi Covid-19 Dirsud Bhakti Dharma Husada
Surabaya
2022
Rita Oktavia Harahap
1
, Dwi Izzati Budiono
2
, Isnin Anang Marhana
3
1340
terakhir sebesar 10.508, jumlah total kematian 144.201, dan kasus kematian baru yang
dilaporkan dalam 7 hari terakhir adalah 38, orang yang divaksinasi lengkap per 100
populasi mencapai 44,27% (WHO, 2022). Dari data Satgas Covid-19 tanggal 23 Januari
2021 di Jawa Timur ada 400.794 kasus terkonfirmasi. Yang aktif 367, sembuh sebesar
370.658, dan meninggal dunia sebesar 29.769 kasus. Data untuk kota Surabaya pada
tanggal 23 Januari 2022 menunjukkan kasus terkonfirmasi sebesar 67.210, kasus aktif
sebesar 41, sembuh sebesar 64.609, dan data meninggal dunia sebesar 2.560 kasus
(Satgas Covid-19, 2022).
Dari situs resmi Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Indonesia menunjukkan
bahwa lonjakan kasus gelombang kedua terjadi pada bulan Juli 2021. Berdasarkan data
kelompok kerja (Pokja) Infeksi Saluran Reproduksi Perhimpunan Obstetri dan Ginekolog
Indonesia (POGI) dan POGI Cabang selama April 2020 hingga April 2021, terdapat 536
kasus Covid-19 pada ibu hamil. Dari data tersebut, sekitar 51,9% di antaranya ibu hamil
tanpa gejala dan tanpa bantuan napas (OTG), 72% terdeteksi pada usia kehamilan di atas
37 minggu, 3% terjadi komplikasi hingga kematian, dan 4,5% membutuhkan perawatan
intensif (Handayani & Rahayu, 2021).
Pemberian pelayanan kesehatan di masa pandemi merupakan suatu tantangan bagi
tenaga kesehatan. Pusara Digital Tenaga Kesehatan mencatat sampai tanggal 25 Januari
2022 sebanyak 2066 tenaga kesehatan di Indonesia meninggal dunia akibat virus corona
Covid-19. Mayoritas tenaga kesehatan yang meninggal karena virus corona adalah dokter
yakni sebanyak 730 orang, perawat sebanyak 670 orang dan bidan sebanyak 398 orang
(Lapor Covid-19, 2022). Bidan adalah salah satu tenaga kesehatan yang berada di garda
terdepan saat melayani ibu hamil dan bersalin di masa pandemi ini. Dalam memberikan
pelayanan kebidanan, bidan paling sering kontak dengan pasien ibu hamil dan bersalin
sehingga bidan memiliki risiko tinggi tertular virus Covid-19. Hal tersebut dapat
menimbulkan ketakutan, keengganan pada bidan untuk kontak dan merawat pasien
Covid-19, bidan juga dapat mengalami gangguan mental dan emosional serta tertekan dan
bekerja dalam kondisi profesional yang tidak memadai. Bidan yang bekerja disetiap
rumah sakit mempunyai pengalaman yang berbeda.
International Confederation of Midwives (ICM) dalam Respectful Maternity Care
selama Covid-19 menyatakan bahwa Ibu yang melahirkan dengan Covid-19 tanpa gejala
dapat didampingi oleh seorang pendamping. Dukungan yang diberikan oleh pendamping
dapat meningkatkan kelahiran pervaginam, mempersingkat persalinan dan mengurangi
kelahiran seksio sesaria dan intervensi medis lainnya (ICM, 2021). Hal ini senada dengan
rekomendasi dari POGI tentang metode persalinan pada pasien Covid-19 yang ditetapkan
berdasarkan indikasi obstetri dan keinginan keluarga, terkecuali ibu hamil dengan gejala
gangguan respirasi yang memerlukan persalinan segera (seksio sesaria) (POGI, 2020).
Mengacu pada rekomendasi POGI, kebijakan tentang metode persalinan pada ibu bersalin
dengan Covid-19 di RSUD Bhakti Dharma Husada adalah disesuaikan dengan indikasi
obstetri.
Kota Surabaya adalah kota dengan penambahan kasus terkonfirmasi positif
terbanyak di Jawa Timur. Seluruh persalinan dengan Covid-19 dilakukan di RS rujukan
Covid-19. RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya adalah salah satu RS tipe B di
wilayah Surabaya Barat yang menjadi RS rujukan Covid-19 yang melayani kasus Covid-
19 dengan gejala ringan sampai dengan berat untuk kasus umum dan kasus kebidanan.
Dari studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya
dilaporkan jumlah pasien ibu hamil dengan suspect dan terkonfirmasi Covid-19 sejak
tanggal 1 April tahun 2020 sampai dengan 31 Oktober 2021 sebanyak 222 pasien. Jumlah
pasien dengan suspect dan terkonfirmasi Covid-19 yang melahirkan sebanyak 144 pasien.
Volume 2, Nomor 12, Desember 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1341 http://sosains.greenvest.co.id
Ibu dengan suspect dan terkonfirmasi Covid-19 yang melahirkan secara pervaginam
sebanyak 82 pasien (56,94%) dan yang melahirkan secara seksio sesaria sebanyak 62
pasien (43,06%). Di Rumah Sakit Bhakti Dharma Husada Surabaya belum pernah
dilakukan penelitian tentang pengalaman bidan dalam memberikan pertolongan
persalinan pada Ibu dengan suspect dan terkonfirmasi Covid-19. Berdasarkan hasil uraian
di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang pengalaman bidan dalam memberikan
pertolongan persalinan pada Ibu dengan suspect dan terkonfirmasi Covid-19 di RSUD
Bhakti Dharma Husada Surabaya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan (design) penelitian kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi yaitu suatu penelitian yang mendeskripsikan atau
menggambarkan mengenai pengalaman atau fenomena yang terjadi atau dialami oleh
seseorang yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara
alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara
peneliti dengan fenomena yang diteliti (Hadi, Asrori, & Rusman, 2021).
Tujuan studi fenomenologi dalam penelitian ini untuk mengidentifikasi dan
mengeksplorasi pengalaman bidan yang menolong persalinan pasien suspect dan
terkonfirmasi Covid-19.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan yang melakukan pertolongan
persalinan pada ibu dengan suspect dan terkonfirmasi Covid-19 di Ruang Bersalin Isolasi
RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya dalam kurun waktu 1 April 2020 sampai dengan
31 Oktober 2021.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana
informan dipilih atau dicari berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya
(Kusumastuti and Mustamil, 2019). Total populasi adalah 20 bidan, dan sampel yang
dipilih sebanyak 6 bidan dengan pertimbangan pemilihan berdasarkan karakteristik dan
keterwakilan informan untuk memenuhi kekayaan (richness) data. Karakteristik tersebut
dipertimbangkan berdasarkan latar belakang pendidikan bidan, lama bekerja, status
kepegawaian bidan dan jabatan bidan.
Penelitian ini dilakukan di RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya. RSUD Bhakti
Dharma Husada adalah Rumah Sakit tipe B rujukan pasien COVID-19.
Penyusunan skripsi dilakukan mulai Bulan Oktober 2021, dan pengumpulan data
penelitian dilakukan selama empat bulan yaitu dimulai dari bulan Februari 2022 hingga
bulan Mei 2022.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya adalah rumah sakit milik Pemerintah Kota
Surabaya yang berdomisili di Surabaya Barat. RSUD Bhakti Dharma Husada dibangun
diatas tanah milik Pemerintah Kota Surabaya di Jl. Raya Kendung No.115-117 yang
secara administratif terletak di Kelurahan Sememi, Kecamatan Benowo, Kota Surabaya.
Nomor telepon (031) 7409135. Luas tanah adalah 24.728 m2 dan luas bangunan
15.668.998 m2. RSUD Bhakti Dharma Husada secara tata ruang berada di bagian selatan
Pengalaman Bidan Dalam Memberikan Pertolongan
Persalinan Pada Ibu Dengan Suspect Dan
Terkonfirmasi Covid-19 Dirsud Bhakti Dharma Husada
Surabaya
2022
Rita Oktavia Harahap
1
, Dwi Izzati Budiono
2
, Isnin Anang Marhana
3
1342
Kecamatan Benowo yang merupakan wilayah dataran rendah dan dekat dengan
pemukiman penduduk yang berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kelurahan Sememi
Sebelah Barat : Kelurahan Babat Jerawat
Sebelah Selatan : Kelurahan Beringin
Sebelah Timur : Kelurahan Kandangan
Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, RSUD Bhakti Dharma Husada
dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum yaitu Rumah Sakit yang memberikan
pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. RSUD Bhakti Dharma
Husada berkapasitas 203 tempat tidur (González-Timoneda, Hernández, Moya, &
Blazquez, 2021). Sesuai dengan Standar Penyelenggaraan Rumah Sakit Kelas B, C dan D
Direktorat Pelayanan Medik dan Gigi Spesialistik, Direktorat Jeneral Bina Pelayanan
Medik, Departemen Kesehatan RI Tahun 2005, maka RSUD Bhakti Dharma Husada
masuk dalam klasifikasi kelas B.
Pelayanan spesialis Obstetri dan Ginekologi merupakan salah satu pelayanan
medic spesialistik dasar di RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya. Pelayanan spesialis
Obstetri dan Ginekologi di RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya memberikan
pelayanan pada kasus-kasus obstetri dan ginekologi. Untuk melayani persalinan pada
pasien dapat dilakukan di Ruang Bersalin Srikandi dan di Ruang PONEK IGD RSUD
Bhakti Dharma Husada Surabaya. Ruang Srikandi memberikan pelayanan bersalin, nifas,
rawat gabung dan ginekologi. Ruang Srikandi memiliki 19 Bidan yang terbagi 2 yaitu
Bidan jaga di Ruang Srikandi sebanyak 13 orang sudah termasuk 1 kepala ruangan serta
Bidan jaga di Ruang PONEK sebanyak 5 orang dengan sistem jadwal jaga bergantian
setiap bulan. Bidan pelaksana berdinas dalam 3 shift. Ruang Srikandi juga ada 1 asisten
Bidan.
Ruang Srikandi memiliki jumlah 11 kapasitas tempat tidur pasien terdiri dari kelas
I memiliki 4 tempat tidur, kelas II memiliki 3 tempat tidur, kelas III memiliki 4 tempat
tidur yang dapat berfungsi sebagai Ruang Isolasi Khusus. Kasus obstetri dengan Covid-
19 di RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya terjadi pertama kali pada Bulan April
2020. Sejak tanggal 1 April tahun 2020 sampai dengan 31 Oktober 2021, RSUD Bhakti
Dharma Husada Surabaya melayani kasus obstetri dan ginekologi dengan Covid-19
sebanyak 222 pasien. Jumlah pasien dengan suspect dan terkonfirmasi Covid-19 yang
melahirkan sebanyak 144 pasien. Ibu dengan suspect dan terkonfirmasi Covid-19 yang
melahirkan secara pervaginam sebanyak 82 pasien (56,94%) dan yang melahirkan secara
seksio sesaria sebanyak 62 pasien (43,06%).
B. Gambaran Umum Informan
Jumlah pasien yang menjadi informan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 6 orang.
Tabel 1.
Gambaran Umum Informan Penelitian
Umur
Tingkat
Pendidikan
Lama
Bekerja
Status
Kepegawaian
Jabatan
32
tahun
DIV
Kebidanan
8 tahun
PNS
Bidan Pelaksana
36
tahun
DIII
Kebidanan
12 tahun
Non PNS
Bidan
Penanggungjawab
41
DIII
12 tahun
Non PNS
Bidan
Volume 2, Nomor 12, Desember 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1343 http://sosains.greenvest.co.id
tahun
Kebidanan
Penanggungjawab
32
tahun
DIII
Kebidanan
8 tahun
PNS
Bidan Pelaksana
38
tahun
DIII
Kebidanan
11 tahun
Non PNS
Bidan
Penanggungjawab
36
tahun
D III
Kebidanan
12 tahun
Non PNS
Bidan Pelaksana
Usia informan dalam rentang 32 - 41 tahun. Tingkat pendidikan sebagian besar
DIII Kebidanan, yaitu 5 orang dan DIV Kebidanan sebanyak 1 orang. Lama bekerja
sekitar 8 sampai 12 tahun. Status kepegawaian 2 PNS selaku Bidan pelaksana. Dan 4
Bidan Non PNS yang terdiri dari 3 Bidan Penanggungjawab dan 1 Bidan Pelaksana.
C. Analisis Hasil Penelitian
Dari hasil wawancara mendalam yang telah dilakukan terhadap 6 informan yaitu
Bidan yang melakukan pertolongan persalinan pada Ibu dengan Suspect dan
Terkonfirmasi Covid-19 di RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya, kemudian
melakukan transkrip secara verbatim. Dari hasil transkrip wawancara tersebut dilakukan
pelabelan wawancara mendalam kepada semua informan pada penelitian ini dengan
menggunakan aplikasi NVIVO 12 Plus. Aplikasi NVIVO 12 Plus membantu Peneliti
untuk mengelompokkan label berdasarkan sub tema dan tema yang di dapatkan. Tema
yang di dapatkan yaitu pengalaman Bidan, persiapan dalam melakukan pertolongan
persalinan, pertolongan persalinan oleh Bidan, perubahan adaptasi, sistem pendukung
Bidan, harapan Bidan, dan evaluasi pelayanan.
Makna dari kode B1 adalah wawancara pada informan nomor urut pertama, kode
B2 menunjukkan wawancara pada informan nomor urut kedua dan seterusnya. Setelah
kode tersebut terdapat kode 1 menunjukkan wawancara kolom pertama, 2 menunjukkan
wawancara kolom ke kedua dan seterusnya. Salah satu contoh pelabelan yaitu B1/1, B1
merupakan salah satu kode informan dan 1 adalah nomor urut baris pernyataan informan
pada hasil wawancara yang telah di transkrip.
Keterangan :
Judul Penelitian Tema Subtema
Pengalaman Bidan Dalam Memberikan Pertolongan
Persalinan Pada Ibu Dengan Suspect Dan
Terkonfirmasi Covid-19 Dirsud Bhakti Dharma Husada
Surabaya
2022
Rita Oktavia Harahap
1
, Dwi Izzati Budiono
2
, Isnin Anang Marhana
3
1344
Gambar 1. Hasil Penelitian Pengalaman Bidan dalam Memberikan Pertolongan
Persalinan pada Ibu dengan suspect dan terkonfirmasi Covid-19 di RSUD Bhakti Dharma
Husada Surabaya
D. Pengalaman Bidan
Keterangan :
Gambar 2. Analisis Pengalaman Bidan saat Memberikan Pertolongan Persalinan
pada Ibu dengan suspect dan terkonfirmasi Covid-19 di RSUD Bhakti Dharma Husada
Surabaya Pada gambar 2. menunjukkan bahwa dari tema Pengalaman Bidan, peneliti
menemukan tiga subtema, yaitu : beban kerja, kesulitan dan hambatan serta perasaan
Bidan.
1. Beban Kerja
Pada penelitian ini didapatkan bahwa informan mengungkapkan adanya beban
kerja yang meningkat. Keluhan beban kerja yang meningkat ini dirasakan oleh semua
informan, yaitu informan B1, B2, B3, B4, B5 dan B6. Meningkatnya beban kerja ini
dirasakan karena informan harus memakai APD lengkap dan membutuhkan persiapan
yang lebih lama.
“Agak berat itu karena apa karena pandemi yang harus kita memakai APD
(B1/17) ”Mungkin beban kerja bisa dibilang bertambah ya apalagi kalau misalkan kita
sebagai PJ shift eee pasti pasti akan bertambah kita, harus gimana mengatur jalannya
persalinan dengan baik dan mengatur kegawatan, terus kalau misalkan kita masuk
kedalam bersama rekan kerja kita, akhirnya ngehandel dari dalem, ngehandel dari luar
pastinya beban kerja bertambah” (B5/02) Dengan memakai APD juga membuat informan
merasa gerah. “Sumuk, cepet capek” (B3/2)
Saat menolong persalinan, ada kalanya persalinan tersebut gagal dan harus
dilakukan tindakan operasi Seksio Sesaria, hal ini juga membuat beban kerja informan
meningkat karena dengan memakai APD level III informan harus mendorong pasien dari
lantai 2 ke lantai 3 melalui selasar.
Kadang kita bawa pasien sendiri ke OK kayak gitu, dengan pakai hazmat, terus
kadang kalau pas ga ada ambulan kita harus lewat selasar nah itu kan kita lebih berat
bawa pasien sama bed lewat selasar itu juga berat cuma ya Alhamdulillah bisa terlewati
akhirnya” (B3/3) Beban kerja juga dirasakan oleh informan saat bertugas di PONEK.
“…di PONEK bekerja kasarannya kan sendiri ya ada sih teman tapi kan perawat kalo
kasus obgyn kan kita sendiri ya kadang belum juga nanti kalau misalkan lapor dokter ada
miss dan lain sebagainya kan bebannya lebih ke beban mental kadang kalo kita sudah
capek dengan pekerjaan, juga capek dengan beban mental kalau misalkan tidak sesuai
dengan dokternya jadi PR kalo beban mental gitu tapi kalau sudah selesai ya sudah.”
(B3/14)
Disaat pandemi juga, banyak tenaga bidan yang terpapar Covid-19. Hal ini juga
menambah beban kerja informan.
Pengalaman
Bidan
Beban Kerja
Kesulitan dan
Hambatan
Perasaan Bidan
Volume 2, Nomor 12, Desember 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1345 http://sosains.greenvest.co.id
“Banyak berkurangnya tenaga, karena kan pas masa pandemi banyak temannya
yang kena jadi yang kerja jadi terbatas” (B4/13) Beban kerja juga dirasakan meningkat
karena melakukan observasi persalinan yang lama dengan menggunakan APD lengkap.
“Jangan sampai observasi pasien yang sangat lamaaa sekali diruang isolasi, itu sesuatu
yang sangat-sangat beban, beban sekali, sangat-sangat apa istilahnya terus terang kita
juga manusia aduh “malese kayak gitu lo Rita, aduh apalagi bukaannya lama, aduh
enggak maju maju, kayak gitu se Rita, lebih apa ya lebih selamat bidannya, ibunya,
bayinya gitu aja sih, lancar, persalinannya cepet, bukan berarti cepet tidak sesuai
partograf engga sih, maksudnya cepet itu cepet normal, kayak gitu.” (B5/18)
2. Kesulitan dan hambatan
Hasil wawancara dengan 6 informan, ada beberapa kesulitan dan hambatan yang
dihadapi informan saat melakukan pertolongan persalinan pada pasien suspect dan
terkonfirmasi Covid-19. Kesulitan yang dialami oleh informan yang menggunakan
kacamata adalah embun yang menempel pada kacamata. “Kendalanya, ketika eh pertama
kali kan fresh abis itu nolong baru sebentar kan berembun tuh, langsung apa namanya itu
nda keliatan, jadi ketika pas bayi lahir, giliran heacting itu walah burem gitu mba,
akhirnya panggil teman selanjutnya, ga keliatan minta tolong kamu yang heacting kaya
gitu.” (B1/4)
Kesulitan juga dirasakan di PONEK IGD adalah ruang pelayanan yang sempit,
pelayanan sendiri, dan penggunaan hazmat (Desiana & Tarsikah, 2021).
“Di IGD itu ya yang masalah ya ruangan yang cukup sempit, dengan kita pakai
baju yang seperti itu kan. Eeehh pakai baju yang bener-bener hazmat itu kan, kita jalan
aja susah ya mba pakai hazmat itu jalan aja susah, ruangannya sempit, keinjek-injek itu tu
yang repot. Kalau di PONEK itu ruangannya, terus abis itu yaitu sempit kemudian
sendiri. Ya pas di PONEK itu ya kendala ya itu sih.” (B1/5)
“Tempatnya PONEK di UGD sekarang itu kan terlalu kecil ya, kayak misale ada
kalau keluarin pasien masukin pasien itu kayak kesusahan gitu lo, apalagi kalau mau
transport bayi kita mau naruh ini aja gotong gotong gotong banyak orang…Kita
kesusahan untuk kakinya itu kita kan enggak ada meja ginek.” (B6/11)
“Kesulitannya kan kalau apa namanya ee kadang kita nolong pas sendiri, temen pas
lagi masih operan, kan kita masuk sendiri dulu itu kadang bingung pas pegang bayinya tu
loh, nek pas ibue perdarahan terus bayinya juga belum ada yang pegang, nek ketepakan
pas bayinya sama-sama baik se gakpapa bisa ditaruh di infant dulu, tapi nek pas bayine
enggak nangis juga ya itu pas kesulitannya.”(B6/2) “Kita kan di IGD sendiri…Di IGD
karena timnya perawat kadang-kadang bingung pas didalam sendiri harus teriak-teriak
yang apa ke temen-temen perawat kadang-kadang ada yang ngerti apa yang harus
dilakukan kadang-kadang ada yang enggak.” (B6/10) “Pakai APD Covid kan bener-bener
banyak tuh nah itu itu yang butuh waktu, disitu yang kendalanya sih menurut saya.”
(B1/11)
“Karena APD sendiri kan sifatnya eee sedikit mengurangi aktivitas gerak kita
karena kan ee apa ya kadang mungkin ukurannya yang kita dapat kurang gede dengan
badan saya yang gede, jadi kesulitannya ya disitu.” (B2/12)
Dalam berkomunikasi dengan pasien, informan juga merasa kesulitan karena
memakai APD lengkap.
Kadang suara kita menurut kita sudah keras tetapi pasiennya nda dengar, jadi kita
itu harus teriak, nah kalau teriak itu eh terkadang mungkin ya orang itu kok bidannya
sambil marah-marah, padahal kita kan berusaha supaya dengar gitu lo.” (B2/4)
Kesulitan yang dihadapi informan saat melakukan pertolongan persalinan adalah
harus menahan rasa haus dan lapar serta menahan untuk ke toilet. ”… ya keringetan iya,
sumuk apa ya lebih kita kayak dehidrasi gitu kan kalau lama. Kalau observasi persalinan
Pengalaman Bidan Dalam Memberikan Pertolongan
Persalinan Pada Ibu Dengan Suspect Dan
Terkonfirmasi Covid-19 Dirsud Bhakti Dharma Husada
Surabaya
2022
Rita Oktavia Harahap
1
, Dwi Izzati Budiono
2
, Isnin Anang Marhana
3
1346
kan kita nda 1, 2 jam kadang lebih memang ada sistem shift tapi kan ya tetep kita kan nda
bisa kayak dulu kalau capek sedikit ini minum sebentar, kalau ini kan kita harus
nahan.”(B2/4)
“Kita ndak bisa sering-sering kayak misal ke toilet juga ndak bisa sering-sering
lepas ADP, harus memperhitungkan juga cost yang kita pakai, kalau sekarang kan kita
mau makan, mau minum langsung bisa masuk kalau dulu kadang nunggu sampe hampir
satu shift atau waktu sholat baru kita lepas hasmat beratnya disitu harus sering-sering
mandi tengah malam kita harus mandi itu sih beratnya.” (B3/2) Hambatan lain yang di
alami informan adalah adanya pasien yang tidak kooperatif dan tidak menerima jika
diisolasi. “Dalam pelayanan kadang ada yang tidak kooperatif… Keluarganya tidak
menerima harus di ruang isolasi.” (B2/6)
Denial kan ndak terima kalau dia dipositifkan yang awal-awal pakai yang IGG
itu, ya itukan banyak yang enggak mau.” (B4/4)
“Saya rasa banyak kemarin itu, kadang mereka ndak mau diisolasi ibu dan bayi,
lalu di UGD wes sudah setelah di KIE harus isolasi mereka memilih pulang paksa.
(B4/15)
Informan juga mengatakan beberapa kesulitan ketika menolong ibu dengan Covid
yaitu kurang dapat memberikan pelayanan segera. Kalau pasien biasa kita bisa setelah
ada advice kita langsung bisa memberikan, terus kalau covid kan kadang dokternya
enggak langsung ngasih advice, terus juga kadang kebetulan teman kita kedalam terus
dokternya baru jawab pas sudah ganti orang ndak ada orang yang didalam jadi delay.”
(B4/13)
3. Perasaan Bidan
Perasaan adalah suatu pernyataan jiwa, yang sedikit banyak bersifat subjektif,
untuk merasakan senang atau tidak senang dan yang tidak bergantung kepada perangsang
dan alat-alat indra (Miswari, 2017). Berdasarkan hasil wawancara, pengalaman menolong
persalinan pada ibu dengan suspect dan terkonfirmasi Covid-19 membuat informan
merasakan takut, prihatin, deg-deg an, sedih. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara:
“Sangat-sangat bener-bener takut ya, maksudnya sampai pas pertama kali pertama
kali ada suspect, suspect waktu itu sih, suspect covid kayak gitu, pas itu jaga kayak gitu
itu rasanya itu tertekan saking takutnya, maksudnya saking masih awam yang ndak tahu
ilmunya secara.... apa Covid itu seperti apa, penularannya seperti apa, maksudnya secara
detailnya itu benar-benar kayak ketakutan sendirilah, parno seperti itu.”(B1/2)
“Sangat-sangat prihatin, karena apa karena ibu hamil, ibu bersalin itu kan paling
tidak kalau ada suami yang menunggu, keluarga yang menunggu itu kan seneng ya...
merasa nda takut, nda sedih, nda cemas, nah kalau ini kan hanya dengan kita. Sedangkan
kita kan e mungkin kurang maksimal kurang apa gitu ya jadi sangat-sangat inilah, ee
kasian pada pasien kayak gitu.”(B2/1)
“Di bulan Juni-Juli 2021 itu sangat-sangat mengerikan, kita harus jaga di dalam
dengan ibu yang bener-bener kondisinya dia eehm apa namanya itu mb kritis sangat-
sangat kritislah, sangat- sangat mengerikan dan, tapi ya itu kita sudah melaksanakan
dengan maksimal gitu kan, harusnya pindah ICU tapi ICU penuh. Disitu di ruangan kita
juga sudah melakukan dengan maksimal, dengan alat yang kita punya. Tetapi Allah
berkehendak lain. Haduh, disitu ngeri.”(B1/19)
“Sangat deg-deg an sekali mbak karena kan kita sendiri yang stanby di situ ya,
doanya semoga lancar ibu dan bayinya sehat-sehat saja, karena kalau saat kita sendiri
Volume 2, Nomor 12, Desember 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1347 http://sosains.greenvest.co.id
mungkin bayinya yang jelek kita bingung juga antara merawat ibu atau bayinya dulu
sedangkan di sana paling perawat-perawat ya, kalau musim covid gitu kan kalau kita call
for help nya juga ndak bisa langsung seketika itu bisa datang karena kan kita juga butuh
persiapan untuk pakai APD dulu jadi ya lebih ini sih lebih was-was.“(B3/8)
“Ya takut ketularan, pastilah ya takut ketularan, Cuma pas itu dia masih IGG IGM
masih positif, PCR nya masih nunggu hasil, sebelum PCR enggak secepat sekarang,
ternyata hasilnya positif PCR nya beberapa hari kemudian, jadi akhirnya dia pindah
keruang isolasi.”
(B4/22) “Yang jelas, sulit, sedih, enggak nyaman, apalagi harus menggunakan
APD hazmat yang waktu awal-awal, level 3 lah, belum kalau persalinan ini ada
kegawatan ada perdarahan yang tidak bisa disikapi dengan langsung, terutama apalagi ya
eee istilahnya tidak enak lah ya tapi ya mau gimana lagi namanya pandemi kita harus
tetap menolong ibu bersalin yang confirm kita harus pasrah, kita harus ikhlas.” (B5/2)
Persiapan dalam Melakukan Pertolongan Persalinan
Keterangan :
Gambar 3. Analisis Persiapan dalam melakukan pertolongan persalinan di RSUD
Bhakti Dharma Husada Surabaya
Pada gambar 3. Persiapan dalam melakukan pertolongan persalinan pada ibu dengan
suspect dan terkonfirmasi Covid-19, yaitu persiapan fisik, persiapan mental, persiapan
spiritual, persiapan pengetahuan, persiapan sarana dan prasarana, serta persiapan tim
kerja.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pengalaman Bidan dalam
memberikan pertolongan persalinan pada Ibu dengan suspect dan terkonfirmasi Covid-19
ada beberapa hal menurut informan yang perlu di evaluasi yaitu ruang pelayanan
PONEK, penggunaan delivery chamber, ruang transisi, ruang pelayanan kurang strategis
dan komunikasi interprofesional (Hazfiarini, Akter, Homer, Zahroh, & Bohren, 2022).
1. Ruang Pelayanan PONEK
Menurut informan, ruang PONEK di IGD RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya
cukup sempit, hanya dapat diisi dengan satu buah brankar, satu buah infant warmer, satu
buah troley obat, satu buah bedsite dengan jarak yang berhimpitan. Letak stop kontak
juga kurang strategis, sehingga pada saat ada persalinan, Bidan tidak leluasa dalam
memberikan pertolongan. Apabila, ibu memiliki berat badan yang overwight dan obesitas
akan kesusahan bila ditolong diatas brankar. Sebelum pandemi Ruang PONEK sudah
sesuai standar PONEK. Standar ruangan PONEK yaitu memiliki ukuran 6 m2 dan ada
dalam Unit Perawatan Khusus (Nuraini, 2018). Akan tetapi sejak pandemi Covid-19
karena banyaknya tenaga kesehatan yang bertugas di IGD terpapar Virus Covid-19,
Pengalaman Bidan Dalam Memberikan Pertolongan
Persalinan Pada Ibu Dengan Suspect Dan
Terkonfirmasi Covid-19 Dirsud Bhakti Dharma Husada
Surabaya
2022
Rita Oktavia Harahap
1
, Dwi Izzati Budiono
2
, Isnin Anang Marhana
3
1348
akhirnya Ruang PONEK diubah menjadi ruang anteroom (ruang antara) bersih. Sehingga
ruang PONEK di pindah di area IGD dalam dengan luas yang kurang memadai. Dari
pengalaman informan dapat di evaluasi bahwa apabila pandemi sudah mulai menurun,
diupayakan agar ruang PONEK kembali sesuai standar sehingga dapat memberikan
pelayanan kepada ibu dan bayi dengan optimal.
2. Penggunaan Delivery Chamber
Pada awal terjadi pandemi, RSUD Bhakti Dharma Husada selalu berupaya untuk
melengkapi standar pelayanan sesuai dengan rekomendasi Kementrian Kesehatan.
Demikian pula untuk persiapan persalinan ibu dengan suspect dan terkonfirmasi Covid-
19, RSUD Bhakti Dharma Husada menyediakan delivery chamber sesuai dengan
Rekomendasi POGI mengenai kesehatan ibu pada Pandemi Covid 19 pada tanggal 18
April 2020 (Christiana, n.d.). Persalinan pervaginam dengan menggunakan delivery
chamber dan tim petugas kesehatan harus menggunakan alat pelindung diri sesuai level 3
(POGI, 2020). Akan tetapi karena ukuran delivery chamber cukup besar sehingga tidak
dapat dimasukkan ke dalam ruang bersalin isolasi. Sehingga delivery chamber digunakan
di ruang bersalin non isolasi. Di dalam rekomendasi POGI terbaru pada tanggal 8
Agustus 2020 menyebutkan bahwa penggunaan delivery chamber belum ada bukti dapat
mencegah transmisi Covid-19 tetapi dapat dipertimbangkan digunakan untuk mengurangi
risiko penularan (Reproduksi, 2020).
Dari hasil penelitian ini, informan mengevaluasi bahwa penggunaan delivery
chamber di ruang non isolasi kurang efektif. Ruang non isolasi adalah ruang untuk pasien
dengan hasil skrining Covid-19 negatif sedangkan delivery chamber digunakan untuk
ruang bersalin ibu dengan suspect dan terkonfirmasi Covid-19. Penggunaan yang kurang
tepat ini membuat ibu bersalin kurang nyaman. Dalam beraktifitas dan mengatur posisi
persalinan ibu merasa kesulitan. Suami atau pendamping juga kesulitan untuk
memberikan dukungan fisik kepada ibu. Sebaiknya penggunaan delivery chamber di
ruang non isolasi dapat dievaluasi kembali.
3. Ruang Transisi
Ruang transisi merupakan tempat skrining pasien sebelum masuk ruangan
perawatan dan tindakan. Di RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya terdapat ruang
transisi untuk kasus medis umum, sedangkan untuk ibu hamil belum ada. Dari
pengalaman informan didapatkan bahwa dengan hasil rapid test antibodi negatif atau
rapid test antigen negatif, namun hasil swab PCR pasiennya bisa menjadi positif. Hal ini
dapat menjadi suatu masalah, karena pasien dengan hasil skrining rapid test negatif maka
akan di tempatkan di ruang non isolasi, namun satu hari kemudian saat hasil swab PCR
keluar positif, dapat menimbulkan komplain dari pasien, serta dapat meningkatkan
transmisi virus Covid-19 dengan pasien lainnya yang negatif di ruang non isolasi. Oleh
sebab itu, informan mengevaluasi bahwa perlu adanya ruang transisi untuk maternal
(Bender, Veenstra, & Yoon, 2022).
4. Ruang Pelayanan Kurang Strategis
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa perubahan ruangan yang terjadi karena
pandemi Covid-19 menyebabkan ruang pelayanan menjadi kurang strategis.
Gambar 6
Denah Ruang Bersalin Srikandi Isolasi dan Non Isolasi
Volume 2, Nomor 12, Desember 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1349 http://sosains.greenvest.co.id
Keterangan pada gambar 6.5 dan 6.6 adalah
1. Ruang Perawatan Isolasi Maternal dengan kapasitas 4 tempat tidur. Apabila tidak
ada pasien isolasi maka ruang perawatan isolasi beralih fungsi menjadi ruang
perawatan kelas 3.
2. Ruang Bersalin Isolasi dengan kapasitas 1 tempat tidur
3. Ruang Bersalin Non Isolasi dengan kapasitas 2 tempat tidur
4. Ruang Nurse Station
5. Srikandi 1 adalah ruang perawatan kelas 1 dengan kapasitas 2 tempat tidur
6. Srikandi 2 adalah ruang perawatan kelas 1 dengan kapasitas 2 tempat tidur
7. Srikandi 3 adalah ruang perawatan kelas 2 dengan kapasitas 3 tempat tidur.
Apabila ruang isolasi terisi maka ruang perawatan kelas 2 dapat dipakai juga
sebagai ruang perawatan kelas 3.
Dari pengalaman informan dalam memberikan pelayanan asuhan kebidanan di
masa pandemi Covid-19 menunjukkan bahwa ketika ada pasien isolasi maka pintu utama
akan ditutup (gambar garis merah pada gambar 6.5). Informan harus berjalan
mengelilingi ruangan untuk dapat ke ruang non isolasi (garis hijau pada gambar 6.5
danJarak nurse station dengan ruang perawatan non isolosi cukup jauh. Hal ini
menyebabkan apabila pasien membutuhkan pertolongan, informan membutuhkan waktu
yang lebih lama untuk menanganinya. Pengawasan terhadap pasien juga menjadi terbatas.
Apabila tidak ada pasien isolasi maka pintu utama akan dibuka dan jarak tempuh nurse
station ke ruang perawatan Srikandi lebih dekat (Offset & Bandiyah, 2009). Evaluasi dari
kasus ini adalah komunikasi antara pasien dan tenaga kesehatan khususnya bidan harus
ditingkatkan, supaya pasien dapat mengerti dengan keadaan ruang pelayanan. Bidan juga
harus memberikan nomor telepon ruang bersalin Srikandi kepada pasien dan menyimpan
nomor telepon pasien tersebut. Bila pasien membutuhkan bantuan, pasien dapat segera
menghubungi nomor telepon ruang bersalin Srikandi. Sehingga pelayanan asuhan
kebidanan kepada pasien tetap optimal meskipun jarak nurse station dengan ruang
pelayanan kurang strategis.
5. Komunikasi Interprofesional
Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan agar bisa diterima dan
diterjemahkan dengan baik. Kesalahan dalam berkomunikasi merupakan penyebab utama
ketidaktepatan dalam pemberian perawatan kesehatan rawat inap dan rawat jalan.
Komunikasi di dalam lintas profesi dan pasien adalah pencapaian yang kompleks dengan
berbagai hambatan, termasuk hambatan budaya, pendidikan, dan struktural (Bender et al.,
2022). Penanganan pasien dengan suspect dan terkonfirmasi Covid-19 melibatkan banyak
profesi dan disiplin ilmu. Dari hasil penelitian ini, informan mengatakan bahwa terkadang
penyampaian perintah dokter kurang jelas, perintah dokter satu dengan dokter lainnya
juga terkadang tidak sejalan. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan mutu pelayanan
terhadap pasien terutama pada ibu bersalin dengan suspect dan terkonfirmasi Covid-19
maka komunikasi interprofesional harus terus ditingkatkan. Komunikasi interprofesional
yang baik akan meningkatkan kualitas pelayanan, mengurangi terjadinya medical errors,
dan dapat menciptakan kolaborasi interprofesional.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapatkan penelitian kualitatif tentang Pengalaman Bidan
dalam Memberikan Pertolongan Persalinan pada Ibu dengan suspect dan terkonfirmasi
Covid-19 : Studi Kualitatif Fenomenologi” adalah persepsi bidan, persiapan dalam
melakukan pertolongan persalinan, pertolongan persalinan oleh bidan, perubahan
adaptasi, sistem pendukung dalam pelayanan, harapan bidan dan evaluasi pelayanan.
Pengalaman informan dalam memberikan pertolongan persalinan pada ibu dengan
Pengalaman Bidan Dalam Memberikan Pertolongan
Persalinan Pada Ibu Dengan Suspect Dan
Terkonfirmasi Covid-19 Dirsud Bhakti Dharma Husada
Surabaya
2022
Rita Oktavia Harahap
1
, Dwi Izzati Budiono
2
, Isnin Anang Marhana
3
1350
suspect dan terkonfirmasi Covid-19 membentuk persepsi informan bahwa saat
memberikan pelayanan asuhan kebidanan di masa pandemi Covid-19 meningkatkan
beban kerja informan, adanya kesulitan dan hambatan yang dihadapi oleh informan serta
memicu perasaan yang bergejolak di dalam diri informan.
Dalam memberikan pertolongan persalinan pada ibu dengan suspect dan
terkonfirmasi Covid-19, informan melakukan beberapa persiapan meliputi persiapan
fisik, persiapan mental, persiapan spiritual, persiapan pengetahuan, persiapan sarana dan
prasarana serta persiapan tim kerja (Handajani, Mid, Handajani, & Mid, 2016). Dengan
melakukan persiapan yang baik, informan berupaya agar dapat memberikan pertolongan
persalinan pada ibu dengan suspect dan terkonfirmasi Covid-19 secara optimal.
Pengalaman bidan dalam memberikan pertolongan persalinan pada ibu dengan suspect
dan terkonfirmasi Covid-19 meliputi pemberian KIE, pelayanan holistik, memberikan
posisi yang nyaman saat persalinan, pelayanan sesuai SPO, dan melakukan kolaborasi
interprofesional.
Pandemi Covid-19 menyebabkan terjadinya perubahan adaptasi dalam
memberikan pelayanan pertolongan persalinan pada Ibu dengan suspect dan terkonfirmasi
Covid-19 di RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya. Perubahan adaptasi itu meliputi
perubahan ruangan, perubahan prosedur pelayanan, perubahan penggunaan APD,
perubahan alur pasien, dan perubahan pola kebiasaan. Perubahan-perubahan ini terjadi
karena Rumah Sakit terus berupaya untuk berperan aktif dalam menangani kasus Covid-
19 sehingga selalu mengikuti rekomendasi terbaru dari Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. Dalam memberikan pelayanan pertolongan persalinan pada ibu dengan
suspect dan terkonfirmasi Covid-19, informan membutuhkan dukungan dari diri sendiri
dan dukungan sosial dari lingkungan sekitar. Dukungan yang diterima oleh informan
dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan psikologis serta turut mempengaruhi
kesehatan fisik (Nurdina & Ediati, 2017).
Dari penelitian tentang pengalaman bidan dalam memberikan pertolongan
persalinan pada ibu dengan suspect dan terkonfirmasi Covid-19 menciptakan harapan-
harapan yaitu harapan pribadi, harapan terhadap Rumah Sakit dan harapan terhadap
Profesi Bidan. Informan berharap dari pengalaman ini, informan dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik lagi kepada ibu. Evaluasi pelayanan yang diperoleh dari
penelitian tentang pengalaman bidan dalam memberikan pertolongan persalinan pada ibu
dengan suspect dan terkonfirmasi Covid-19 di RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya
meliputi evaluasi terhadap ruang pelayanan PONEK, penggunaan delivery chamber,
ruang transisi, ruang pelayanan kurang strategis dan komunikasi interprofesional.
DAFTAR PUSTAKA
Bender, Miriam, Veenstra, Joel, & Yoon, Sarah. (2022). Improving interprofessional
communication: Conceptualizing, operationalizing and testing a healthcare
improvisation communication workshop. Nurse Education Today, 119, 105530.
Cassuto, Nino Guy, Gravier, Anne, Colin, Mathilda, Theillay, Aurelie, Pires‐Roteira,
Daniela, Pallay, Sandra, Serreau, Raphael, Hocqueloux, Laurent, & Prazuck,
Thierry. (2021). Evaluation of a SARS‐CoV‐2 antigen‐detecting rapid diagnostic
test as a self‐test: diagnostic performance and usability. Journal of Medical
Virology, 93(12), 66866692.
Christiana, Yessi. (n.d.). MENINGKATKAN KOLABORASI INTERPROFESIONAL
UNTUK KESELAMATAN PASIEN.
Desiana, Wahyu, & Tarsikah, Tarsikah. (2021). Screening Of Post Partum Depression On
The Seventh Day Puerperium. Indonesian Midwifery and Health Sciences Journal,
Volume 2, Nomor 12, Desember 2022
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
1351 http://sosains.greenvest.co.id
5(2), 198208.
González-Timoneda, Alba, Hernández, Verónica Hernández, Moya, Sonia Pardo, &
Blazquez, Ruben Alfaro. (2021). Experiences and attitudes of midwives during the
birth of a pregnant woman with COVID-19 infection: A qualitative study. Women
and Birth, 34(5), 465472.
Hadi, Abd, Asrori, Asrori, & Rusman, Rusman. (2021). Penelitian kualitatif: studi
fenomenologi, case study, grounded theory, etnografi, biografi. Pena Persada.
Handajani, Sih Rini, Mid, M., Handajani, Sih Rini, & Mid, M. (2016). Praktikum
Komunikasi dalam Praktik Kebidanan. Kementerian Kesehatan RI.
Handayani, Nanik, & Rahayu, Esty Puji. (2021). AKUPRESURE SEBAGAI UPAYA
MENGATASI MUAL MUNTAH PADA IBU HAMIL DI MASA PANDEMI
COVID 19. Jurnal Pengabdian Masyarakat Kesehatan, 7(3), 1013.
Hazfiarini, Alya, Akter, Shahinoor, Homer, Caroline S. E., Zahroh, Rana Islamiah, &
Bohren, Meghan A. (2022). We are going into battle without appropriate armour:
A qualitative study of Indonesian midwives’ experiences in providing maternity
care during the COVID-19 pandemic. Women and Birth, 35(5), 466474.
Nuraini, Novita. (2018). Analisis Sistem Penyelenggaraan Rekam Medis di Instalasi
Rekam Medis RS “X” Tangerang Periode April-Mei 2015. Jurnal Administrasi
Rumah Sakit Indonesia, 1(3).
Nurdina, Esti Eva, & Ediati, Annastasia. (2017). Pengalaman Bidan Membantu
Persalinan Yang Kritis: Studi Interpretative Phenomenological Analysis. Jurnal
EMPATI, 6(1), 145151.
Offset, Cendikia, & Bandiyah, S. (2009). Kehamilan Persalinan Gangguan Kehamilan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Reproduksi, Pokja Infeksi Saluran. (2020). Rekomendasi penanganan infeksi virus corona
(COVID-19) pada maternal (hamil, bersalin dan nifas). Perkumpulan Obstetri Dan
Ginekologi Indonesia.
Siagian, Tiodora Hadumaon. (2020). Mencari kelompok berisiko tinggi terinfeksi virus
corona dengan discourse network analysis. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia:
JKKI, 9(2), 98106.
World Health Organization, ( 2020. (2020). Transmission of SARS-CoV-2: implications
for infection prevention precautions: scientific brief, 09 July 2020. World Health
Organization.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License.