66 http://sosains.greenvest.co.id
JURNAL
SOSAINS
JURNAL SOSIAL DAN SAINS
VOLUME 3 NOMOR1 2023
P-ISSN 2774-7018, E-ISSN 2774-700X
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN
EKOWISATA DI TAMAN HUTAN RAYA
Herbin Saragi
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Email : herbin_saragi@yahoo.com
Kata kunci:
Pemberdayaan,
Pengembangan
Ekowisata, Taman
Hutan Raya.
Keywords:
Empowerment,
Ecotourism
Development,
Grand Forest
Park..
ABSTRAK
Latar Belakang : Sebagai salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan dan
memberdayakan taraf hidup masyakarat serta pengembangan ekonomi dalam sector
wisata, program pengembangan ekowisata yang melibatkan warga dalam
pengembangannya.
Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah mengetahui waktu pemberdayaan masyarakat
dalam pengembangan ekowisata di taman hutan raya.
Metode : Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif kualitatif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kualitatif, yang dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder.
Hasil : Berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil bahwasanya masyarakat masyarakat
sangat setuju bahwa ekowisata ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat setempat dan di dalam ekowisata terdapat prinsip-prinsip meningkatkan
kepedulian terhadap masyarakat local. Masyarkat merasa diberikan pekerjaan dan
mendapat penghasilan.
Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa bentuk
pemberdayaan masyakarat di wilayah ekowisata taman raya kuningan ialah masyarakat
berperan membantu pengelola menjadi petugas disekitar area kebun raya, selanjutnya
mereka diperbolehkan berjualan di area yang sudah ditetapkan oleh pengelola.
ABSTRACT
Background: As one of the government's efforts to improve and empower people's
living standards and economic development in the tourism sector, ecotourism
development programs involve residents in its development.
Purpose: The aim of this research is to find out the timing of community empowerment
in the development of ecotourism in a forest park.
Method: The research method used in this research is descriptive qualitative method.
The type of data used in this study is qualitative data, which is categorized into two
types, namely primary data and secondary data.
Results: Based on the results of the analysis, the results show that the community
strongly agrees that ecotourism is aimed at improving the welfare of the local
community and that in ecotourism there are principles of increasing concern for local
Volume 3, Nomor 1, Januari 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
67 http://sosains.greenvest.co.id
communities. The community feels that they are given a job and earn an income.
Conclusion: Based on the results of the study, it was concluded that the form of
community empowerment in the Kuningan Raya Park ecotourism area is that the
community plays a role in helping the manager to become officers around the
botanical garden area, then they are allowed to sell in the area determined by the
manager.
PENDAHULUAN
Sebagai salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan dan memberdayakan
taraf hidup masyakarat serta pengembangan ekonomi dalam sector wisata, program
pengembangan ekowisata yang melibatkan warga dalam pengembangannya. Parawisata
merupakan salah satu bisnis yang bergerak dibidang jasa yang tentunya menjadi salah
satu andalan Indonesia dalam meningkatkan devisa negara, karena perkembangan wisata
di Indonesia saat ini sudah berkembang pesat dan menjadi salah satu rujuakan dunia
terutama keindahan alam Indonesia.
Pengembangan ekowisata merupakan pengembangan alternatif yang dapat
membantu program pemberdayaan masyarakat. Ekowisata adalah konsep pengembangan
pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya perlindungan
lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan, sehingga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat dan pemerintah
daerah, serta pemanfaatan dan pengembangan untuk generasi muda saat ini dan masa
depan (Wahyuni, Sulardiono, & Hendrarto, 2015). Ekowisata adalah perjalanan wisata
alam yang bertanggung jawab dengan melindungi lingkungan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat lokal.
(Widayanti, 2012) berpendapat bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan hal
yang menjadi perhatian publik dan dianggap sebagai salah satu cara yang tepat untuk
mengatasi permasalahan sosial, khususnya kemiskinan, yang dilaksanakan oleh berbagai
faktor seperti pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melalui organisasi masyarakat
sipil. Aksi pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu upaya untuk memberdayakan
atau memberdayakan masyarakat agar muncul dari permasalahan yang mereka hadapi.
Inisiatif Pemberdayaan Masyarakat juga bertujuan untuk memberdayakan masyarakat
agar dapat menghadapi tantangan hidup.
Partisipasi masyarakat merupakan salah satu indikator manfaat penting dalam
pengembangan ekowisata (Damanik, 2013) (Kaharuddin, Pudyatmoko, Fandeli, &
Martani, 2020). Konsep ekowisata cocok untuk pengembangan masyarakat lokal karena
memiliki beberapa alasan, satu karena objek dan daya tarik wisata dalam skala kecil lebih
mudah diterima dan diselenggarakan oleh masyarakat, dua adalah partisipasi dan
kepemilikan masyarakat lokal, dan tiga adalah bahwa manfaat pengelolaan diberikan oleh
Masyarakat menikmati kenikmatan langsung sebagai pengelola.
Community based tourism merupakan suatu pendekatan pembangunan pariwisata
yang menekankan pada masyarakat lokal baik yang terlibat langsung maupun yang tidak
terlibat langsung pada industri pariwisata (Hausler) (Krisnani & Darwis, 2015). Hal ini
dilakukan dengan bentuk memberikan kesempatan (akses) dalam manajemen dan
pembangunan pariwisata yang berujung pada pemberdayaan politis melalui kehidupan
yang lebih demokratis termasuk dalam pembagian keuntungan dari kegiatan pariwisata
yang lebih adil bagi masyarakat lokal. Gagasan ini disampaikan untuk mengkritisi
pembangunan pariwisata yang seringkali mengabaikan peran serta masyarakat lokal di
daerah tujuan wisata. Konsep community based tourism merupakan dasar dari sustainable
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengembangan
Ekowisata Di Taman Hutan Raya
2022
Herbin Saragi 68
tourism development yang menegaskan bahwa masyarakat bukan lagi menjadi objek
pembangunan akan tetapi sebagai penentu pembangunan itu sendiri (Amerta, 2017).
Indonesia memiliki beragam potensi baik potensi alam maupun potensi
budaya, namun beragamnya potensi tersebut tidak banyak yang termanfaatkan
oleh masyarakat. Salah satu wisata yang dimiliki Indonesia adalah Taman Hutan Raya
(TAHURA). Taman hutan raya merupakan sebuah Kawasan lestari yang dilindungi oleh
pemerintah yang tertuang dalam Pasal 4 ayat (2) UU Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan menyatakan bahwa penguasaan hutan oleh negara memberikan kewenangan
kepada pemerintah untuk mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan
hutan, kawasan hutan dan hasil hutan Sebagaimana ketentuan dalam Pasal 1 ayat (14),
pemerintah yang dimaksud adalah Pemerintah Pusat. Dengan demikian amanat undang-
undang untuk mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan,
kawasan hutan dan hasil hutan diberikan kepada Pemerintah Pusat dalam hal ini
Kementerian Kehutanan sebagai kewenangan atribusi. Meskipun demikian pemanfaatan
Tahura bisa dijadikan sebagai tempat rekreasi dan wisata yang komersil. Namun tetap
dibatasi agar menfaat dan fungsi utamanya tetap terjaga.
Kebun raya kuningan adalah salah satu kebun raya yang dibangun dengan
memanfaatkan lahan bekas perkebunan swasta. objek wisata alam asli buatan Indonesia
yang terletak di kawasan lindung. Banyak sekali pepohonan yang tumbuh rindang di
sekitar lokasi dan menghasilkan udara yang bersih. Lokasi ini juga sering disebut sebagai
lumbung oksigen yang berguna untuk menyerap karbondioksida yang ada di udara.
Gambar 1
Kebun Raya Kuningan
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh (Oktami, Sunarminto, & Arief, 2018a) yang
menyatakan bahwasanya partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata hanya
dalam pelaksanaan dan penerimaan manfaat dan memiliki partisipasi dalam bentuk
tenaga dan keahlian saja. Berdasarkan persepsi dan partisipasi masyarakat, masyarakat
berada dalam tingkat partisipasi paling rendah, sehingga diperlukan strategi SO, yaitu
dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa interaksi masyarakat dengan hutan
cenderung tinggi ditandai dengan banyaknya masyarakat yang memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari dari dalam kawasan hutan seperti pengambilan kayu bakar, berladang.
berburu dan kegiatan pengambilan hasil hutan non kayu (Kristin, Qurniati, & Kaskoyo,
2018). Berdasarkan latar belakang tersebut penulis membuat penelitian yang bertujuan
untuk mengalanisis pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan ekowisata.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yang
dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Sumber data
diperoleh melalui teknik penelitian kepustakaan (library study) yang mengacu pada
Volume 3, Nomor 1, Januari 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
69 http://sosains.greenvest.co.id
sumber yang tersedia baik online maupun offline seperti: jurnal ilmiah, buku dan berita
yang bersumber dari sumber terpercaya (Situmorang, Muda, Doli, & Fadli, 2010).
Sumber-sumber ini dikumpulkan berdasarkan diskusi dan dihubungkan dari satu
informasi ke informasi lainnya. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah observasi, wawancara dan penelitian. Data ini dianalisis dan
kemudian ditarik kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil bahwasanya masyarakat sangat setuju
bahwa ekowisata ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat dan
di dalam ekowisata terdapat prinsip-prinsip meningkatkan kepedulian terhadap
masyarakat local. Masyarkat merasa diberikan pekerjaan dan mendapat penghasilan.
Kemudian dengan adanya ekowisata ini juga semakin meningkatkan kepedualian
masyarakat jadi menimbulkan motivasi ekonomi dan motivasi sosial. (Oktami et al.,
2018a) menjelaskan bahwa persepsi dipengaruhi factor internal melalui perasaan,
pengalaman, kemampuan berpikir, motivasi, dan kerangka acuan.
Ciri-ciri ekowisata biasanya mengandung unsur utama, yaitu konservasi,
edukasi untuk berperan serta, dan pemberdayaan masyarakat setempat (Susanto,
Zuhri, & Muwuri, 2012). Istilah ekowisata juga kerap diartikan sebagai perjalanan
oleh seorang turis ke daerah terpencil dengan tujuan mempelajari mengenai alam, sejarah
dan budaya di daerah tersebut, yang mana pola wisatanya membantu ekonomi
masyarakat lokal dan mendukung pelestarian alam (Direktorat Jenderal Pengembangan
Destinasi Pariwisata). Konsep ekowisata menitikberatkan pada tiga hal utama yaitu:
1) keberlangsungan alam atau ekologi; 2) memberi manfaat ekonomi; dan 3) secara
psikologis dapat diterima dalam kehidupan sosial masyarakat (Rhama, 2019).
Bentuk pemberdayaan Masyarakat juga selain pendapatan ekonomi yang tinggi
mereka memiliki lingkungan dan Kawasan yang indah, asri dan tentunya memiliki daya
Tarik (Puspa, 2019), Memiliki penilaian yang menarik sehingga perlu dilakukan
manajemen yang baik serta promosi, agar banyak wisatawan yang dating berkunjung
untuk melihat objek-objek ekowisata yang ada di Tahura. Pengelolaan berbasis
masyarakat ini merupakan salah satu pendekataan pengelolaan alam yang
meletakkan pengetahuan dan kesadaran lingkungan masyarakat lokal sebagai dasar
pengelolaanya. Persepsi masyarakat terhadap sumberdaya ekowisata terjadi karena faktor
eksternal melalui stimulus. Karena konsep ekowisata berorientasi pada keseimbangan
antara wisata dengan kepentingan perlindungan sumberdaya alam/lingkungan
(konservasi) dengan menggunakan sumberdaya dan mengikutsertakan masyarakat
local (Maulana, 2017). Pedoman Umum Direktorat Bina Pesisir menuliskan bahwa
kegiatan ekowisata secara langsung memiliki manfaat pelestarian alam dan
lingkungannya sekaligus meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat
sekitarnya. Selain itu, kegiatan ekowisata ini sekaligus memberikan informasi lingkungan
yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam
mencintai alam (Dewi, Suwarti, & Yuwanti, 2021).
Terbatasnya jumlah petugas lapangan, menyebabkan rendahnya fungsi pelayanan
prima dan kesulitan melakukan pengawasan terhadap perilaku pengunjung. Masyarakat
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengembangan
Ekowisata Di Taman Hutan Raya
2022
Herbin Saragi 70
sekitar yang bekerja dalam kawasan, baik yang terlibat dalam program maupun
penunjang ekowisata juga dirasa pengelola sulit untuk diajak bekerjasama karena
masyarakat hanya mementingkan aspek ekonomi saja, padahal aspek ekologi dan aspek
sosial yang dirasa pengelola penting kurang diperhatikan masyarakat yang terlibat
(Oktami, Sunarminto, & Arief, 2018b).
Terdapat beberapa aspek kunci dalam keberlangsungan ekowisata di sebuah
desa, antara lain: 1) jumlah pengunjung terbatas atau diatur supaya sesuai dengan daya
dukung lingkungan dan sosial-budaya masyarakat; 2) pola wisata ramah lingkungan;
3) pola wisata ramah budaya dan adat setempat; 4) membantu secara langsung
perekonomian masyarakat lokal; 5) modal awal yang diperlukan untuk infrastruktur tidak
besar.Meskipun demikian, terdapat beberapa faktor lain seperti media sosial,
infrastruktur, dan atraksi yang ada di kawasan desa wisata yang kemdian menjadi
variabel yang turut menentukan kunjungan wisatwaan (Susanto et al., 2012). Hal
tersebut menjadi bagian dari berbagai aktifitas yang ada di kawasan ekowisata.Peran
aktif masyarakat desa juga merupakan penentu keberhasilan dari pengembangan
ekowisata berkelanjutan di sebuah desa wisata. Oleh karenanya dalam konsep
ekowisata berbasis masyarakat menjadi pilihan utama. Usaha ekowisata yang
menitikberatkan peran aktif masyarakat sering kali disebut sebagai ekowisata
berbasis masyarakat. Ekowisata berbasis masyarakat adalah sebuah konsep yang tidak
hanya dapat mendukung keberlangsungan alam namun sekaligus dapat memberi manfaat
ekonomi bagi masyarakat serta dapat diterima dalam kehidupan sosial masyarakat. Hal
tersebut didasarkan kepada kenyataan bahwa masyarakatlah yangmemiliki pengetahuan
tentang alam serta budaya yang menjadi potensi dan nilai jual sebagai daya tarik
wisatadi desa mereka. Masyarakat juga memiliki pengetahuan mengenai apa yang
menjadi kebutuhan mereka (Desfandi, 2015). Melihat kenyataan-kenyataan tersebut,
pelibatan masyarakat menjadi mutlakuntuk dilakukan dalam pengembangan dan
pengelolaan ekowisata di sebuah desa. Selain itu, pola ekowisata berbasis
masyarakat mengakui hak masyarakat lokal dalam mengelola kegiatan wisata di
kawasan yang mereka miliki secara adat ataupun sebagai pengelola (WWF-Indonesia,
2009).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa bentuk pemberdayaan
masyakarat di wilayah ekowisata taman raya kuningan ialah masyarakat berperan
membantu pengelola menjadi petugas disekitar area kebun raya, selanjutnya mereka
diperbolehkan berjualan di area yang sudah ditetapkan oleh pengelola. Selanjutnya
masyarakat membantu menjaga keasrian dan keindahan sekitar wilayah kebun raya
kuningan.
DAFTAR PUSTAKA
Amerta, I. Made Suniastha. (2017). Community based tourism development.
International Journal of Social Sciences and Humanities, 1(3), 97107.
Damanik, Janianton. (2013). Pariwisata Indonesia; antara peluang dan tantangan.
Desfandi, Mirza. (2015). Mewujudkan masyarakat berkarakter peduli lingkungan melalui
program adiwiyata. SOSIO-DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 2(1),
3137.
Volume 3, Nomor 1, Januari 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
71 http://sosains.greenvest.co.id
Dewi, Idah Kusuma, Suwarti, Suwarti, & Yuwanti, Sri. (2021). Pengenalan Konsep
Ekowisata Dan Identifikasi Potensi Wisata Alam Berbasis Ekowisata. Selaparang
Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 4(2), 307314.
Kaharuddin, Kaharuddin, Pudyatmoko, Satyawan, Fandeli, Chafid, & Martani, Wisjnu.
(2020). Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Ekowisata. Jurnal Ilmu
Kehutanan, 14, 42. https://doi.org/10.22146/jik.57462
Krisnani, Hetty, & Darwis, Rudi Saprudin. (2015). Pengembangan desa wisata melalui
konsep community based tourism. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada
Masyarakat, 2(3).
Kristin, Yuliana, Qurniati, Rommy, & Kaskoyo, Hari. (2018). Interaksi masyarakat
sekitar hutan terhadap pemanfaatan lahan taman hutan raya wan abdul rachman.
Jurnal Sylva Lestari, 6(3), 18.
Maulana, Yopy. (2017). Usulan Pengembangan Ekowisata Jayagiri Berbasis Masyarakat
Lokal. Jurnal Hospitality Dan Pariwisata, 2(2).
Oktami, Ella Ayu, Sunarminto, Tutut, & Arief, D. H. (2018a). Partisipasi masyarakat
dalam pengembangan ekowisata taman hutan raya Ir H Djuanda. Media Konservasi,
23(3), 236243.
Oktami, Ella Ayu, Sunarminto, Tutut, & Arief, Harnios. (2018b). Community
Participation in Ecotourism Development Ir H Djuanda Forest Park. Media
Konservasi, 23(3), 236243.
Puspa, Ida Ayu Tary. (2019). Ngaben sebagai Daya Tarik Pariwisata. Pariwisata Budaya:
Jurnal Ilmiah Agama Dan Budaya, 4(1), 3745.
Rhama, Bhayu. (2019). Peluang Ekowisata Dalam Industri 4.0 di Indonesia. Journal Ilmu
Sosial, Politik Dan Pemerintahan, 8(2), 113.
Situmorang, Syafrizal Helmi, Muda, Iskandar, Doli, M., & Fadli, Fanzie Syarief. (2010).
Analisis data untuk riset manajemen dan bisnis. USUpress.
Susanto, Eko, Zuhri, M. Tammima, & Muwuri, Kantun. (2012). Konsep Pengembangan
Desa Ekowisata Pampang Berbasis Partisipasi Masyarakat. Kritis, 28(2), 149161.
Wahyuni, Sri, Sulardiono, Bambang, & Hendrarto, Boedi. (2015). Strategi
pengembangan ekowisata mangrove wonorejo, kecamatan rungkut surabaya.
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES), 4(4), 6670.
Widayanti, Sri. (2012). Pemberdayaan masyarakat: pendekatan teoritis. Welfare Jurnal
Ilmu Kesejahteraan Sosial, 1(1).
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License.