27 http://sosains.greenvest.co.id
JURNAL
SOSAINS
JURNAL SOSIAL DAN SAINS
VOLUME 3 NOMOR 1 2023
P-ISSN 2774-7018, E-ISSN 2774-700X
ANALISIS DAMPAK WISATA BAHARI KARIMUNJAWA DALAM
PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR
Herbin Saragi
Kementerian Pariwisat dan Ekonomi Kreatif
Email : herbin_saragi@yahoo.com
Kata kunci:
Ekonomi
Masyarakat,
Karimunjawa,
Pariwisata Bahari.
Keywords:
Community
Economy,
Karimunjawa,
Maritime Tourism.
ABSTRAK
Latar Belakang : Penelitian ini merupakan studi pustaka terhadap ekonomi
masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak wisata bahari
karimunjawa dalam peningkatan ekonomi masyarakat pesisir.
Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah mengetahui analisis dampak wisata bahari
karimunjawa dalam peningkatan ekonomi masyarakat pesisir.
Metode : Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif kualitatif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kualitatif, yang dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder.
Sumber data diperoleh melalui teknik penelitian kepustakaan yang mengacu pada
sumber yang tersedia baik online maupun offline seperti: jurnal ilmiah, buku dan berita
yang bersumber dari sumber terpercaya.
Hasil : Hasil penelitian menyimpulkan bahwa keberadaan wisata bahari di Pulau
Karimunjawa memberi dampak yang cukup signifikan bagi perekonomian masyarakat
lokal.
Kesimpulan: Dapat disimpilkan bahwa dari adanya kesempatan lapangan pekerjaan
yang terbuka dengan adanya atraksi pariwisata. Perubahan mata pencaharian
merupakan pengaruh yang dirasakan secara langsung oleh masyarakat dalam jangka
waktu pendek.
ABSTRACT
Background: The distribution time of outpatient medical records is part of the quality
indicator of medical record services. The faster the distribution of medical records to
the polyclinic, the faster the services are provided to patients.
Purpose:. The purpose of this study was to determine the impact analysis of
Karimunjawa marine tourism in improving the economy of coastal communities.
Method: This study uses a quantitative descriptive method to explain the phenomenon
by using numbers that represent the characteristics of the research subject. The sample
of this study was the medical records of outpatients in obstetrical clinics totaling 105
medical records, using a sampling technique (Incidental/Convenience Sampling).
Results: The results of the study can be seen from 37 (35.23%) medical records that
have met the distribution time of medical records in accordance with the SPM
(Minimum Service Standards) 10 minutes, while 68 (64.76%) medical records have not
Analisis Dampak Wisata Bahari Karimunjawa Dalam
Peningkatan Ekonomi Masyarakat Pesisir
2022
Herbin Saragi 28
met the SPM, the fastest time in the distribution of medical records is 5 minutes, while
the longest time in the distribution of medical records is 20 minutes. Based on the
results of the study entitled "Review of Outpatient Medical Record Distribution Time at
Dharmais Cancer Hospital" aims to describe the length of time for distribution of
outpatient medical records at Dharmais Cancer Hospital in 2022.
Conclusion: The conclusion of this study is Dharmais Cancer Hospital has had The
SPO regarding distribution published on 12 November 2019 but has not stated the
standard time for distributing medical records. Of 105 outpatient medical records, 37
medical records were found on time, and 68 medical records were late in distribution.
The most influential factor in the delay in the distribution of records was that medical
records were not found in the storage rack.
PENDAHULUAN
Pariwisata merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam
pembangunan ekonomi suatu daerah. Hal ini disebabkan adanya multiplier effect sektor
pariwisata terhadap perkembangan sektor lainnya dan dalam memberikan kontribusi
terhadap pendapatan suatu daerah. Selain itu, pariwisata berpotensi menjadi penggerak
ekonomi suatu daerah karena memiliki peluang untuk memberikan dan memperluas
kesempatan kerja, mendorong keterlibatan masyarakat, dan berperan sebagai wahana
pemasaran suatu daerah (Suardana & Dewi, 2015).
Wisata bahari merupakan daya tarik wisata yang berpotensi untuk dikembangkan
di daerah yang memiliki potensi kekayaan alam berupa lautan atau pantai. Menurut
(Sayogi & Demartoto, 2018), wisata bahari adalah kegiatan wisata yang berhubungan
dengan laut atau perairan. Kegiatan wisata bahari dapat berupa menikmati keindahan
alam atau melakukan olahraga air. Selain mengedepankan aspek ekonomi, wisata bahari
juga harus berbasis pada pelestarian alam, seperti tidak merusak dan mencemari
ekosistem laut (Saputra, Iyan, & Mardiana, 2015). Selain itu, temuan (Salim & Purbani,
2015) menunjukkan beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan wisata bahari,
antara lain daya tarik wisata, ketersediaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan
wisata, partisipasi masyarakat lokal, keberadaan dan peran dinas pariwisata, Peluang
investasi , kualitas lingkungan, konservasi sumber daya, kebijakan pemerintah dan
pemasaran.
Keberadaan wisata bahari dapat menjadi alternatif bagi suatu daerah untuk
meningkatkan aliran pendapatan daerahnya. Berbagai penelitian telah menunjukkan peran
pariwisata dalam peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, termasuk tingkat
pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, harga, dan layanan akomodasi pariwisata di
suatu daerah (Rusdal et al., 2021), (Ni’am Laksono & Mussadun, 2014), (Muawanah,
Kurniasari, Soejarwo, & Yuliaty, 2020). Demikian pula wisata bahari berdampak pada
pendapatan masyarakat. Penelitian (Muawanah, Triyanti, & Soejarwo, 2020) tentang
dampak wisata bahari di Pulau Alor menunjukkan bahwa ekowisata di Pulau Alor dapat
memberikan multiplier income bagi pendapatan masyarakat setempat. Hal ini tidak
terlepas dari peran stakeholders pendukung seperti biro perjalanan dan LSM yang
berperan dalam pemasaran ekowisata. Mirip dengan temuan (Muawanah, Triyanti, et al.,
2020) tentang dampak wisata bahari di Pulau Bokori, kehadiran pariwisata dapat
memberikan diversifikasi mata pencaharian masyarakat, seperti munculnya usaha jasa
angkutan, pedagang kaki lima, persewaan peralatan dan pedagang makanan. Dari
perspektif sosial, keberadaan wisata bahari juga mempengaruhi perilaku sosial
masyarakat seperti gaya hidup dan metode komunikasi (Mamengko & Kuntari, 2020).
Demikian pula temuan (Limbong & Soetomo, 2013) menunjukkan bahwa
Volume 3, Nomor 1, January 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
29 http://sosains.greenvest.co.id
kegiatan wisata bahari dapat memberikan dampak yang luas terhadap peningkatan
perekonomian masyarakat, karena mendorong peredaran uang, munculnya usaha baru,
dan penyerapan tenaga kerja.
Salah satu pulau di Jawa Tengah yang sedang berkembang menuju wisata bahari
adalah Karimunjawa. Semakin banyak wisatawan datang setiap tahun, yang mendorong
penduduk lokal Karimunjawa untuk terlibat dalam kegiatan pariwisata (Rusdal et al.,
2021). Wisatawan yang datang sangat berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat di
sekitar tempat wisata. Kehadiran kawasan wisata Pulau Karimunjawa telah memberikan
dampak bagi masyarakat antara lain peningkatan pendapatan, peningkatan lapangan kerja
dan peluang usaha. Sebelum pengembangan pariwisata di Karimunjawa, hampir 98%
penduduknya bergantung pada nelayan untuk mata pencahariannya (Elnuari, 2019).
Dengan berkembangnya kegiatan pariwisata di Pulau Karimunjawa, banyak wisatawan
domestik maupun mancanegara yang datang untuk menikmati pemandangan laut yang
ada (Aminta, 2019). Pengunjung Pulau Karimunjawa sangat besar pengaruhnya terhadap
pendapatan masyarakat di Pulau Karimunjawa, karena wisatawan akan membelanjakan
sebagian uangnya untuk kegiatan wisata, yang akan mempengaruhi tingkat pendapatan
dan mata pencaharian masyarakat di Pulau Karimunjawa (Haerudin & Putra, 2019).
Tabel 1
Laporan Kunjungan Wisatawan Mancanegara Dan Nusantara Tahun 2020
No
Daya Tarik Wisata
Wisnus
Jumlah
1
Pulau Karimunjawa
13.452
13.665
2
Pulau Panjang
4.141
4.141
3
Pulau Mandalika
51
51
Sumber : Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Jepara
Kepulauan Karimunjawa memiliki potensi wisata yang juga diuntungkan dengan
keberadaan Taman Nasional dan letak Kepulauan Karimunjawa yang strategis. Beberapa
potensi Taman Nasional Karimunjawa adalah:
1. Keanekaragaman hayati yang tinggi terutama di lingkungan terumbu karang,
mangrove dan lamun.
2. Kawasan yang mempunyai keindahan alam dengan kadaan hutan yang masih asli
dan asri, pasir putih di pantainya dengan terumbu karang yang mengelilingi
setiap pulaunya, adanya pohon dewandaru yang endemic burung elang, kerang
merah, penyu hijau, penyu sisik dan penyu lekang.
3. Potesi sumberdaya tinggi baik wisata bahari maupun wisata lingkungan dan
rekreasi yang ditujukan untuk skala nasional dan internasional.
Gambar 1
Bentang Alam Karimunjawa
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi wisata bahari terhadap
kesejahteraan masyarakat di kawasan pesisir Pulau Karimunjawa. Karimunjawa memiliki
potensi wisata yang besar, khususnya wisata bahari. Potensi ini telah dikembangkan
selama beberapa dekade terakhir, karena keberadaan kapal wisata yang menawarkan
wisata sehari di sekitar pulau-pulau kecil di Karimunjawa, seperti Pulau Pinus Besar,
Pulau Menjangan Besar, Pulau Menjangan Kecil Keindahan alam Karimunjawa juga
Analisis Dampak Wisata Bahari Karimunjawa Dalam
Peningkatan Ekonomi Masyarakat Pesisir
2022
Herbin Saragi 30
indah, menarik wisatawan selain atraksi bahari. Sejauh mana daya tarik wisata bahari ini
berkontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat menjadi bahan kajian dalam jurnal ini.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif (Yuliani, 2018). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kualitatif, yang dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder.
Sumber data diperoleh melalui teknik penelitian kepustakaan (library study) yang
mengacu pada sumber yang tersedia baik online maupun offline seperti: jurnal ilmiah,
buku dan berita yang bersumber dari sumber terpercaya. Sumber-sumber ini dikumpulkan
berdasarkan diskusi dan dihubungkan dari satu informasi ke informasi lainnya. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan
penelitian. Data ini dianalisis dan kemudian ditarik kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran pariwisata di Pulau Karimunjawa
Kepulauan Karimunjawa dan Kemujan memiliki karakteristik tertentu dari segi
sumber daya alam, sosial budaya, ekonomi dan kelembagaan, karena wilayah tersebut
merupakan wilayah pesisir yang digunakan untuk kegiatan pariwisata. Dengan
berkembangnya kegiatan pariwisata di daerah tersebut, beberapa perubahan telah terjadi.
Semakin banyak wisatawan yang datang ke Karimunjawa setiap tahunnya berdampak
pada masyarakat dan lingkungan. Karimunjawa memiliki 4 wisata yaitu snorkeling
(surface diving), diving (menyelam), mangrove tracking (berjalan di sekitar mangrove)
dan wisata religi (Ekosafitri et al., 2017).
Karakteristik sumber daya alam, ekonomi, sosial budaya dan kelembagaan
Karimunjawa bervariasi. Sumber daya alam Karimunjawa sangat indah. Ada beragam
mangrove, terumbu karang, dan lamun yang menarik wisatawan. Dari segi ekonomi,
kehidupan masyarakat Karimunjawa biasa-biasa saja, karena hampir semuanya adalah
nelayan dengan pendapatan yang tidak menentu. Secara sosial budaya masyarakat
Karimunjawa pada dasarnya sama dengan orang Jawa, mengutamakan sopan santun
dalam berpakaian, dan sikap gotong royong sudah mengakar dalam kehidupan mereka.
Sebagian besar pekerjaan mereka adalah nelayan.
Karimunjawa memiliki berbagai jenis kegiatan wisata. Dari kegiatan wisata di laut
hingga kegiatan wisata di darat. Ada snorkeling, diving, mangrove tracking dan wisata
religi. Masyarakat juga mencari manfaat dari kegiatan ini (Faizun, 2009). Kegiatan
snorkeling, diving, mangrove tracking dan wisata religi berdampak lebih besar terhadap
sumber daya alam. Wisatawan yang bergerak di bidang wisata air sering menginjak
karang di sana. Namun, perkembangan mangrove sebenarnya sudah membaik. BTNK
sering menyelenggarakan kegiatan penanaman mangrove di sepanjang Pulau
Karimunjawa.
Secara ekonomi, masyarakat Karimunjawa bisa dikatakan sejahtera karena semakin
banyak melayani wisatawan. Sayangnya, beberapa pihak memiliki monopoli dalam
penyediaan layanan, sehingga yang lemah secara ekonomi akan tertindas (Bahar &
Tambaru, 2010). Masyarakat yang tinggal di daerah pesisir biasanya berprofesi sebagai
nelayan. Hal ini berbanding terbalik dengan masyarakat Karimunjawa. Menyediakan jasa
pariwisata adalah bisnis sampingan, tetapi bagi mereka pendapatannya tinggi. Semakin
banyak turis yang melanggar norma yang sudah lama ada. Banyak anak kecil bisa
berpakaian sesuka mereka. Selain itu, orang yang merasa berkuasa juga egois (Anggraeni,
2013).
Volume 3, Nomor 1, January 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
31 http://sosains.greenvest.co.id
Dampak terhadap kelembagaan adalah bertambahnya jumlah asosiasi yang ada.
Dilihat dari asosiasi tersebut, sebenarnya mudah untuk mengontrol wisatawan yang
melakukan perjalanan. Karena banyaknya wisatawan yang datang, bahkan penegakan
aturan tidak berjalan dengan baik karena para pelanggar melakukannya secara sembunyi-
sembunyi. Meningkatnya aktivitas wisata yang saat ini berlangsung di Karimunjawa
berdampak pada lingkungan. Jika tidak segera dikendalikan, kerusakan sumber daya alam
akan semakin parah. Jika sumber daya alam yang menjadi tulang punggung tidak lagi
dapat dinikmati, maka wisatawan akan berkurang dan dampak ekonomi bagi masyarakat
Karimunjawa akan berkurang.
B. Karakteristik dan Dampak Pariwisata Pengembangan Wisata Bahari di Pulau
Karimunjawa
1. Karakterisitik Sumberdaya Alam, Ekonomi, Sosial Budaya, Dan Kelembagaan di
Karimunjawa
Keistimewaan sumberdaya alam terumbu karang meliputi 64 marga karang yang
termasuk dalam 14 famili karang berbatu dan 3 ordo karang tidak berbatu (Abdillah,
2016), sedangkan padang lamun tersebar di perairan Taman Nasional Karimunjawa
hingga merah di Kedalaman 25 m Di dalam ekosistem hutan terdapat 44 jenis mangrove
yang tergolong dalam 25 famili. Karakteristik perekonomian Karimunjawa meningkat
sejak 3 tahun terakhir, dengan banyaknya masyarakat yang berkecimpung dalam industri
pariwisata, antara lain mencarter perahu, menjadi pemandu wisata, menyewa homestay,
menyewa peralatan selam, dan lain-lain. Identitas sosial budaya masyarakat mulai
meninggalkan pekerjaan lamanya sebagai nelayan. Selain itu, norma yang sudah lama
dijaga juga berubah, seperti cara berpakaian, sikap tolong-menolong. Sedangkan untuk
kelembagaan, BTNK merupakan salah satu yang bertanggung jawab menjaga sumber
daya alam yang ada di sana (Salim & Purbani, 2015).
2. Karakteristik Aktifitas Wisata di Karimunjawa
Ada berbagai jenis kegiatan wisata di Carimoncho. Tidak hanya wisata bahari,
tetapi juga wisata religi dan mangrove. Ada snorkeling, diving, mangrove tracking dan
wisata religi. Snorkeling adalah kegiatan menyelam di permukaan untuk mengamati
terumbu karang di dekat permukaan. Masyarakat menyediakan peralatan snorkeling
seperti kaki katak, kacamata selam, perahu sewaan, dan bertindak sebagai pemandu.
Menyelam adalah menyelam di air yang dalam, sehingga perlu menggunakan tangki
oksigen dan pakaian selam. Komunitas juga menawarkan penyewaan peralatan. BTNK
menawarkan kegiatan mangrove tracking sebagai wisata edukasi. Karena letaknya yang
terpencil, masyarakat menyediakan transportasi bagi wisatawan.
Gambar 2
Aktifitas Wisata Bahari di Karimunjawa
Karimunjawa terkenal sebagai makam Sunan Nyamplungan, putra Sunan Muria.
Makam Sunan Nimlungan terletak di Desa Nimlungan di atas bukit. Masyarakat juga
menyediakan jasa ojek bagi yang ingin berziarah ke makam.
Analisis Dampak Wisata Bahari Karimunjawa Dalam
Peningkatan Ekonomi Masyarakat Pesisir
2022
Herbin Saragi 32
Gambar 3
Makam Sunan Nimlungan
3. Dampak Pariwisata Terhadap Sumberdaya Alam, Ekonomi, Sosial Budaya, Dan
Kelembagaan di Karimunjawa
Dampak pariwisata terhadap sumber daya alam, ekonomi, sosial budaya dan
kelembagaan bervariasi, baik positif maupun negatif. Dampak negatif dari sumber daya
alam adalah karang sering diinjak-injak wisatawan, pembangunan pesisir merusak padang
lamun, dan wisatawan banyak membuang sampah saat tracking mangrove. Namun,
setelah berkeliling, jumlah mangrove justru bertambah karena banyak pihak yang justru
menggelar kegiatan penanaman mangrove.
Dampak ekonominya sangat baik karena semakin meningkat dengan hadirnya
penyedia jasa pariwisata yang menawarkan persewaan akomodasi, persewaan kendaraan,
persewaan alat snorkeling, diving, dll kepada wisatawan. Mereka yang tidak kuat secara
ekonomi dan moral ditindas oleh yang kuat, karena monopoli sering terjadi.
Pengaruh sosial budaya disana meningkatkan mata pencaharian masyarakat.
Seringkali masyarakat pesisir bekerja sebagai nelayan, dan sebelum munculnya
pariwisata, hampir semuanya bekerja sebagai nelayan. Namun sekarang mereka telah
bergabung dengan mereka sebagai pemandu wisata, pemimpin wisata dan lain-lain. Juga,
budaya mereka telah berubah, norma-norma yang seharusnya tertanam dalam masyarakat
Jawa sudah mulai luntur. Mereka mengabaikan aturan berpakaian sederhana. Mereka juga
kehilangan budaya gotong royong dan menjadi egois.
Dampak terhadap kelembagaan adalah adanya asosiasi akibat pariwisata. Ada HPI
(Himpunan Pemandu Wisata Indonesia), Asosiasi Sewa Mobil, dll. Hal ini sebenarnya
bagus karena membantu BTNK mengontrol kegiatan pariwisata. HPI bertugas
mengkoordinir pemandu wisata agar wisatawan tidak otomatis merusak terumbu karang
saat melakukan wisata laut.
1. Ekonomi
Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, pemerintah harus turun tangan dan
menyiapkan fasilitas bagi wisatawan agar semakin banyak wisatawan yang datang. Selain
itu, pemerintah lebih banyak melatih perajin agar perajin memiliki ide-ide baru untuk
dituangkan ke dalam karya seni mereka. Pemerintah juga membekali para penganggur
dengan keterampilan untuk membuka peluang usaha baru.
Untuk mengurangi monopoli satu orang, masyarakat harus turun tangan.
Penjadwalan harus dilakukan agar semua pemilik yang ada merasakan keuntungan saat
mencarter. Karena jika tidak ada penjadwalan maka tidak akan merata.
2. Sosial Budaya
Pemerintah harus mengatur pekerjaan mereka di sana. Jangan sampai terjadi
ketidakseimbangan. Tidak semua dari mereka harus bekerja di jasa pariwisata, tetapi
mereka tetap perlu menjadi nelayan. Karena kalau bukan karena itu, ikannya akan mahal.
Banyak orang menyukai ikan, tetapi jika nelayan makan lebih sedikit, ikan akan langka.
Masyarakat harus memberikan pendidikan agama sedini mungkin. Hal ini agar
spesifikasi yang ada tidak hilang akibat munculnya spesifikasi baru. Anak-anak di sana
harus bisa memilah budaya dari luar. Misalnya, pakaian yang mudah ditiru oleh
wisatawan oleh anak-anak.
Volume 3, Nomor 1, January 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
33 http://sosains.greenvest.co.id
Pemerintah harus mampu berperan sebagai fasilitator antar warga dengan membuat
forum pertemuan warga”. Forum ini didirikan untuk memberi tahu warga bagaimana
perasaan warga lainnya. Membawa persatuan antar warga dan mengurangi sifat
mementingkan diri sendiri.
3. Kelembagaan
Setiap lembaga yang ada harus dikoordinasikan dengan baik untuk memiliki
kontrol yang tepat atas setiap area. BTNK dapat berkoordinasi dengan HPI sebagai
asosiasi pemandu wisata dalam mengendalikan kegiatan wisata di wisata air. BTNK
harus senantiasa berkoordinasi dengan asosiasi yang ada.
C. Analisis dampak pengembangan wisata bahari bagi kondisi ekonomi masyarakat
Analisis dampak pengembangan wisata bahari dilakukan dengan melihat hubungan
antara variabel bebas (perubahan pendapatan sebelum dan sesudah bermatapencaharian
pada sektor wisata bahari) dan variabel terikat (daya tarik objek wisata bahari dan
aksesibilitas) dengan menggunakan Analisis Crosstab.
1. Analisis Crosstab variabel aksesibilitas dan pendapatan sebelum bekerja di sektor
wisata bahari
Tabel 2 menunjukkan hasil Crosstab antara variabel aksesibilitas dengan
pendapatan sebelum bekerja. Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui dari total 40 responden
hasil dari kuesioner terdapat 18 responden yang memilih komponen mudah pada
aksesibilitas objek wisata mengatakan transportasi yang digunakan sebelum adanya
pengembangan wisata bahari hanya biasa saja dan 22 responden memilih komponen tidak
mudah pada aksesibilitas objek wisata. Dari 8 responden yang memilih komponen mudah
dengan memiliki pendapatan sebelum bekerja Rp 0 Rp 500.000,00 terdapat 10
responden yang memiliki pendapatan sebelum bekerja sejumlah Rp 0 Rp 500.000,00,
sebanyak 12 responden dengan pendapatan sebelum bekerja sejumlah Rp 500.000,00
Rp 1.000.000,00. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa ada pengaruh antara variabel
pendapatan dengan aksesibilitas. Pendapatan masyarakat dengan aksesibilitas mudah
cenderung memiliki jumlah penghasilan yang lebih besar. Namun demikian, jika dilihat
dari mayoritas jawaban, sebagian besar responden (60%) beranggapan bahwa
aksesibilitas wisata di Pulau Karimunjawa masih tidak mudah. Hal ini berpengaruh
terhadap besaran penghasilan dari sektor wisata bahari.
Tabel 2
Count antara variabel aksesibilitas dan pendapatan sebelum bekerja di sektor
wisata bahari
Crosstab
Count
Pendapatan Sebelum bekerja
Total
Rp 0-Rp
500.000,0
0
Rp 500.001,00
Rp 1.000.000,00
Aksesibilitas
Mudah
8
10
18
Tidak Mudah
12
10
22
Total
20
20
40
Tabel 3 menunjukkan hasil analisis Chi-Square Test untuk melihat adanya
hubungan antara kedua variabel. Dapat dilihat bagian kolom Asymptotic Significance
menunjukkan angka 0,004 (<0,05). Maka H0 ditolak. Artinya ada korelasi antara
aksesibilitas dengan pendapatan sebelum bekerja. Berdasarkan tabel 3 bahwa ada korelasi
antara kondisi aksesibilitas dengan pendapatan sebelum bekerja karena memiliki nilai
korelasi <0,05. Oleh karena itu, bahwa menurunya aksesibilitas dapat menyebabkan
pendapatan sebelum bekerja berkurang. Sebanyak 60% responden berpendapat
Analisis Dampak Wisata Bahari Karimunjawa Dalam
Peningkatan Ekonomi Masyarakat Pesisir
2022
Herbin Saragi 34
aksesibilitas di Pulau Karimunjawa belum memadai sehingga penghasilan 60% responden
masih kurang dari Rp 500.000,00. Sementara itu, sebesar 40% responden lainnya
beranggapan aksesibilitas sudah cukup memadai sehingga berpengaruh terhadap besarnya
penghasilan.
Tabel 3
Chi-Square Test variabel aksesibilitas dan pendapatan sebelum bekerja di
sektor wisata bahari
Chi-Square
Tests
Value
df
Asymptotic
Significance (2-
sided)
Exact
Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-
sided)
Pearson Chi-Square
8.214
a
1
.004
Continuity Correction
b
6.680
1
.010
Likelihood Ratio
8.427
1
.004
Fisher's Exact Test
.006
.005
Linear-by-Linear
Association
8.059
1
.005
N of Valid Cases
53
a. 0 cells (,0%) have expected Count less than 5. The minimum expected Count is
9,91.
b. Computed only for a 2x2 table
2. Analisis Crosstab variabel aksesibilitas dan pendapatan setelah bekerja di sektor
wisata bahari
Tabel 4 memperlihatkan korelasi variabel aksesibilitas dengan pendapatan setelah
bekerja di sektor wisata bahari. Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui dari total 40
responden terdapat 26 responden yang memilih komponen mudah pada aksesibilitas
karena dari hasil wawancara mereka bisa mendapatkan pekerjaan baru yang artinya
meningkatkan kondisi perekonomian. Sedangkan 14 responden berpendapat bahwa
aksesibilitas objek wisata tidak mudah. Dari 26 responden yang memilih komponen
mudah pada aksesibilitas objek wisata, terdapat 16 responden yang memiliki pendapatan
sesudah bekerja sejumlah Rp 1.000.000,00 Rp 1.500.000,00, dan 16 responden dengan
pendapatan sesudah bekerja sejumlah Rp 1.500.001,00 Rp 2.000.000,00. Sedangkan
pada 14 responden yang beranggapan bahwa aksesibilitas objek wisata tidak mudah
terdapat 4 responden yang memiliki pendapatan sesudah bekerja sejumlah Rp
1.000.000,00 Rp 1.500.000,00, dan 10 responden dengan pendapatan sebelum bekerja
sejumlah Rp 1.500.001,00 Rp 2.000.000,00. Tabel 4 menunjukkan bahwa keberadaan
wisata bahari telah membuat aksesibilitas menjadi lebih berkembang/ mudah. Hal ini
dinyatakan oleh 70% responden. Sebagai dampaknya, terdapat kenaikan pendapatan
masyarakat di sektor wisata menjadi antara Rp 1.500.001,00 hingga Rp 2.000.000,00 dari
sebelumnya hanya berada pada kisaran Rp 500.000,00 hingga Rp 1.000.000,00.
Tabel 4
Count antara variabel aksesibilitas dan pendapatan sesudah bekerja di sektor
wisata bahari
Crossta
b
Count
Pendapatan sesudah bekerja
Total
Rp 1.000.000,00
Rp
1.500.001,00-
Volume 3, Nomor 1, January 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
35 http://sosains.greenvest.co.id
Rp 1.500.000,00
Rp 2.000.000,00
Aksesibilitas
Mudah
13
13
26
Tidak Mudah
4
10
14
Total
17
13
40
Tabel 5 menunjukkan hasil analisis Chi-Square Test untuk melihat adanya
hubungan antara kedua variabel. Pada Tabel 5 hasil analisis chi-square test
memperlihatkan pada bagian kolom Asymptotic Significance menunjukkan angka 0,010
(<0,05), maka H0 ditolak. Artinya ada hubungan antara aksesibilitas objek wisata dengan
pendapatan sesudah bekerja di sektor wisata.
Tabel 5
Chi Square Test variabel aksesibilitas dan pendapatan sesudah bekerja di sector
wisata bahari
Chi-Square
Tests
Value
df
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1- sided)
Pearson Chi-Square
6.559
a
1
Continuity Correction
b
4.936
1
Likelihood Ratio
6.219
1
Fisher's Exact Test
.017
.015
Linear-by-Linear
Association
6.435
1
N of Valid Cases
53
a. 0 cells (,0%) have expected Count less than 5. The minimum expected Count is
6,34.
b. Computed only for a 2x2 table
3. Analisis Crosstab variabel daya tarik wisata dan pendapatan sebelum bekerja di
sektor wisata bahari
Tabel 6 menunjukkan korelasi antara daya tarik wisata dengan pendapatan sebelum
bekerja di sektor wisata bahari. Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui dari total 53
responden terdapat 17 responden yang memilih komponen pantai pada daya tarik objek
wisata dan 17 responden memilih komponen diving pada daya tarik wisata sedangkan 19
responden memilih komponen Snorkeling. Dari 17 responden yang memilih komponen
pantai pada daya tarik objek wisata, terdapat 3 responden yang memiliki pendapatan
sebelum bekerja sejumlah Rp 0 Rp 500.000,00, sebesar 14 responden dengan
pendapatan sebelum bekerja sejumlah Rp 500.001,00 Rp 1.000.000,00, sebanyak 17
responden yang memilih komponen diving pada daya tarik objek wisata, terdapat 6
responden yang memiliki pendapatan sebelum bekerja sejumlah Rp 0 Rp 500.000,00,
sejumlah 11 responden dengan pendapatan sebelum bekerja sejumlah Rp 500.001,00
Rp 1.000.000,00. Sedangkan 19 responden yang memilih komponen Snorkeling pada
daya tarik wisata terdapat terdapat 11 responden yang memiliki pendapatan sebelum
bekerja sejumlah Rp 0 Rp 500.000,00, sebanyak 8 responden dengan pendapatan
sebelum bekerja sejumlah Rp 500.001,00 Rp 1.000.000,00. Tabel 6 juga
memperlihatkan bahwa keberadaan daya tarik atau atraksi wisata mempengaruhi tingkat
pendapatan sebelum bekerja di dalamnya. Sebanyak 62% responden berpendapat bahwa
daya tarik wisata yang terdiri dari wisata pantai, diving, dan snorkeling mempengaruhi
besaran pendapatan. Sementara itu, keberadaan wisata pantai yang paling mempengaruhi
tingkat pendapatan.
Analisis Dampak Wisata Bahari Karimunjawa Dalam
Peningkatan Ekonomi Masyarakat Pesisir
2022
Herbin Saragi 36
Tabel 6
Count antara variabel daya tarik wisata dan pendapatan sebelum bekerja di
sektor wisata bahari
Crosstab
Count
Pendapatan Sebelum bekerja
Total
Rp 0 Rp
500.000,00
Rp 500.001,00
Rp 1.000.000,00
Daya tarik wisata
Pantai
3
14
12
Diving
6
11
12
Snorkeling
11
8
16
Total
20
33
40
Tabel 7 menunjukkan analisis Chi Square Test yang dapat dilihat bagian kolom
Asymptotic Significance menunjukkan angka 0,044 (<0,05), maka H0 ditolak. Artinya
ada hubungan antara daya tarik wisata dengan pendapatan sebelum bekerja. Oleh karena
itu, daya tarik wisata berpengaruh dengan pendapatan sebelum bekerja di sektor wisata
bahari.
Tabel 7
Chi Square Test variabel daya tarik wisata dan pendapatan sebelum bekerja
di sektor wisata bahari
Chi-Square Tests
Value
df
Asymptoti
c
Significan
ce (2-
sided)
Pearson Chi-Square
6.249
a
2
.044
Likelihood Ratio
6.470
2
.039
Linear-by-Linear Association
6.102
1
.014
N of Valid Cases
53
a. 2 cells (33,3%) have expected Count less than 5. The minimum expected Count
is ,40.
4. Analisis Crosstab variabel daya tarik wisata dan pendapatan sesudah bekerja di
sektor wisata bahari
Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui dari total 40 responden terdapat 10 responden
yang memilih komponen pantai pada daya tarik objek wisata dan 13 responden memilih
komponen diving pada daya tarik wisata, sedangkan 17 responden memilih komponen
snorkeling sebagai daya tarik wisata. Dari 10 responden yang memilih komponen pantai
pada daya tarik objek wisata, terdapat 4 responden yang memiliki pendapatan sesudah
bekerja sejumlah Rp 1.000.000,00 Rp 1.500.000,00, dan sebesar 6 responden dengan
pendapatan sesudah bekerja sejumlah Rp 1.500.001,00 Rp 2.000.000,00. Dari 13
responden yang memilih komponen diving pada daya tarik objek wisata, terdapat 6
responden yang memiliki pendapatan sesudah bekerja sejumlah Rp 1.000.000,00 Rp
1.500.000,00, dan sebanyak 7 responden dengan pendapatan sesudah bekerja sejumlah
Rp 1.500.001,00 Rp 2.000.000,00. Sedangkan pada 17 responden yang memilih
Snorkeling pada daya tarik wisata terdapat 5 responden yang memiliki pendapatan
sesudah bekerja sejumlah Rp 1.000.000,00 Rp 1.500.000,00, dan sebanyak 12
responden dengan pendapatan sebelum bekerja sejumlah Rp 1.500.001,00 Rp
2.000.000,00.
Volume 3, Nomor 1, January 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
37 http://sosains.greenvest.co.id
Tabel 8 menunjukkan count bahwa sebesar 53% responden merasakan ada
kenaikan pendapatan dengan adanya daya tarik wisata bahari, dari sebelumnya hanya
berkisar antara Rp 500.000,00 hingga Rp 1.000.000,00 menjadi Rp 1.500.000,00 hingga
Rp 2.500.000,00. Jenis atraksi wisata snorkeling yang paling berkontribusi bagi kenaikan
pendapatan, dimana sebesar 40% responden merasakan dampak snorkeling ini.
Keindahan wisata pantai di Pulau cemara besar dan menjangan kecil mempengaruhi
besarnya minat wisatawan untuk melakukan Snorkeling.
Tabel 8
Count antara variabel daya tarik wisata dan pendapatan sesudah bekerja di
sektor wisata bahari (Analisis Peneliti, 2020)
Crosstab
Count
Pendapatan sesudah bekerja
Total
Rp 1.000.000,00
Rp 1.500.000,00
Rp
1.500.001,00-
Rp
2.000.000,00
Daya tarik wisata
Pantai
4
6
10
Diving
6
7
13
Snorkeling
5
12
17
Total
15
25
40
Tabel 9 menunjukkan hasil analisis chi-square test digunakan untuk mendapatkan
adanya hubungan atau pengaruh dua buah variabel nominal (uji independent antara dua
variabel). Dapat dilihat pada bagian kolom Asymptotic Significance menunjukkan angka
0,042 (< 0,05), maka H0 ditolak. Artinya ada hubungan antara aksesibilitas objek wisata
dengan pendapatan sesudah bekerja. Responden mengaggap bahwa daya tarik wisata
menjadikan penghasilan meningkat karena sudah mendapatkan pekerjaan baru dari hasil
pengembangan wisata.
Tabel 9
Chi Square Test variabel daya tarik wisata dan pendapatan sesudah bekerja
di sektor wisata bahari (Analisis Peneliti, 2020)
Chi-Square Tests
Value
df
Asymptotic
Significance
(2-
sided)
Exact
Sig. (2-
sided)
Exact
Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square
6.364
a
2
.042
Continuity Correction
b
6.533
2
.038
Likelihood Ratio
1.710
1
.191
Fisher's Exact Test
53
.573
.288
Linear-by-Linear
Association
.694
1
.405
N of Valid Cases
53
a. 0 cells (,0%) have expected Count less than 5. The minimum expected Count is
9,51.
b. Computed only for a 2x2 table
Dari hasil analisis Crosstab yang telah dilakukan dapat disimpulkan aksesibilitas
berhubungan dengan kondisi peningkatan pendapatan masyarakat di Pulau Karimunjawa
mencapai 60% - 80% dan 80% - 100% dengan pendapatan masyarakat Rp 1.500.000,00
Analisis Dampak Wisata Bahari Karimunjawa Dalam
Peningkatan Ekonomi Masyarakat Pesisir
2022
Herbin Saragi 38
hingga Rp 2.000.000,00 per bulan. Hal ini karena aksesibilitas dapat memprediksikan
kondisi peningkatan pendapatan masyarakat. Oleh karena itu, aksesibilitas merupakan
salah satu hal yang penting dalam menunjang kelancaran berwisata. Akses jalan yang
baik di kawasan wisata merupakan salah satu faktor penting penunjang kepuasan dan
kenyamanan wisatawan karena membuat kegiatan wisata yang dilakukan menjadi lancar.
Sementara itu, dari analisis variabel daya tarik wisata, daya tarik wisata yang
memberi kontribusi terbesar bagi wisata bahari di Pulau Karimunjawa adalah snorkeling
yang berpengaruh pada kenaikan pendapatan masyarakat sebesar Rp 1.500.000,00 hingga
Rp 2.000.000,00 per bulan. Daya tarik wisata merupakan faktor bagi wisatawan dalam
mempengaruhi pengambilan keputusan mengunjungi destinasi wisata. Hal ini didukung
dengan terbukanya lapangan pekerjaan yang juga dampak dari pengembangan wisata
bahari yang dimana peluang bisnis dilakukan di dalam Kawasan objek wisata. Oleh
karena itu, masyarakat memiliki sumber pendapatan yang memadai. Hal ini sejalan
dengan dengan berbagai aktivitas di dalam kawasan wisata bahari yang memberikan nilai
tambah. Daya tarik wisata menjadi salah satu usaha untuk menarik wisatawan untuk
berkunjung.
KESIMPULAN
Wisata bahari di Pulau Karimunjawa memiliki dampak ekonomi yang signifikan
bagi masyarakat setempat. Hal ini terlihat dari terbukanya lapangan pekerjaan di tempat-
tempat wisata. Perubahan mata pencaharian merupakan dampak yang langsung dirasakan
masyarakat dalam jangka pendek. Masyarakat yang dulu hanya mengandalkan nelayan
untuk mata pencahariannya mendapatkan lapangan pekerjaan baru melalui kegiatan
pariwisata. Hal ini juga didukung oleh peran pemerintah dalam memberikan pemahaman
tentang pariwisata kepada masyarakat lokal. Oleh karena itu, masyarakat tidak hanya
mengandalkan satu pekerjaan sebagai sumber pendapatan, tetapi juga melakukan kegiatan
ekonomi lainnya seperti jasa akomodasi melalui usaha yang berhubungan dengan
pariwisata. Kunjungan wisatawan dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai
peluang untuk meningkatkan pendapatan dengan memberikan pelayanan, tenaga atau
keahlian yang berkaitan dengan kegiatan wisata bahari.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Dariusman. (2016). Pengembangan wisata bahari di pesisir pantai Teluk
Lampung. Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol, 1(1), 4566.
Aminta, Miska Rizki. (2019). Pulau Gosong Sebagai Pemikat Wisatawan di
Karimunjawa Jepara.
Elnuari, Thea Aldena Gisa. (2019). Strategi Ketahanan Pangan Pada Masyarakat di
Kepulauan Karimunjawa 1986-2015. Universitas Diponegoro.
Haerudin, Haerudin, & Putra, Agus Muliadi. (2019). Analisis Baku Mutu Air Laut Untuk
Pengembangan Wisata Bahari di Perairan Pantai Labuhan Haji Kabupaten Lombok
Timur. Geodika: Jurnal Kajian Ilmu Dan Pendidikan Geografi, 3(1), 1318.
Limbong, Ferncius, & Soetomo, Sugiono. (2013). Dampak perkembangan pariwisata
terhadap lingkungan Taman Nasional Karimunjawa. Ruang, 2(1), 5160.
Mamengko, Rullyana Puspitaningrum, & Kuntari, Erlina Daru. (2020). Pengelolaan
Pariwisata Bahari berbasis Community-Based Tourism dalam Peningkatan Ekonomi
Masyarakat Pesisir. Media Wisata, 18(1), 120.
Muawanah, Umi, Kurniasari, Nendah, Soejarwo, Permana Ari, & Yuliaty, Christina.
(2020). Peran, Kepentingan Stakeholder dan Dukungan Kebijakan Dalam
Pengembangan Pariwisata Bahari Berbasis Budaya Bahari Di Malaumkarta,
Kabupaten Sorong. Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan,
10(2), 157168.
Volume 3, Nomor 1, January 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
39 http://sosains.greenvest.co.id
Muawanah, Umi, Triyanti, Riesti, & Soejarwo, Permana Ari. (2020). Dampak Ekonomi
Wisata Bahari Di Kabupaten Alor. Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan,
15(1), 3346.
Ni’am Laksono, Akhsanul, & Mussadun, Mussadun. (2014). Dampak aktivitas ekowisata
di Pulau Karimunjawa berdasarkan persepsi masyarakat. Teknik PWK (Perencanaan
Wilayah Kota), 3(2), 262273.
RUSDAL, FATRI, Junaidi, Junaidi, & Harfiandri, Damanhuri. (2021). PENGARUH
WISATA BAHARI KAWASAN PANTAI AIR MANIS DALAM MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN NELAYAN. UNIVERSITAS BUNG HATTA.
Salim, Hadiwijaya Lesmana, & Purbani, Dini. (2015). Pengembangan Pariwisata Bahari
Berbasis Masyarakat di Pulau Kaledupa, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi
Tenggara (Community Based Marine Tourism Development in Kaledupa Island,
Wakatobi Regency, South East Sulawesi Province). Jurnal Manusia Dan
Lingkungan, 22(3), 380387.
Saputra, Rico, Iyan, Ritayani, & Mardiana, Mardiana. (2015). Analisis dampak ekonomi
wisata bahari terhadap pendapatan masyarakat lokal (studi kasus ombak bono
sungai kampar kabupaten pelalawan Provinsi Riau). Riau University.
Sayogi, Karina Wulan, & Demartoto, Argyo. (2018). PENGEMBANGAN
PARIWISATA BAHARI. Journal of Development and Social Change, 1(1), 917.
Suardana, I. Wayan, & Dewi, NGAS. (2015). Dampak Pariwisata Terhadap Mata
Pencaharian Masyarakat Pesisir Karangasem: Pendekatan Pro Poor Tourism. Jurnal
Piramida, 9(2).
Yuliani, Wiwin. (2018). Metode penelitian deskriptif kualitatif dalam perspektif
bimbingan dan konseling. Quanta, 2(2), 8391.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License.