100 http://sosains.greenvest.co.id
JURNAL
SOSAINS
JURNAL SOSIAL DAN SAINS
VOLUME 3 NOMOR 2 2023
P-ISSN 2774-7018, E-ISSN 2774-700X
PENERAPAN 13 BUDAYA AKHLAK YANG RELIGIUS DALAM
PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI SDIT IBNU KHALDUN
PANAMBANGAN
Lita Puspita Sari, Nur Azizah, Ayu Alfiati, Siti Anesa, Etna Liana
Fakultas Tarbiyah, UI Bunga Banga Cirebon
Email : litapuspitasari50@gmail.com,
abilartan321@gmail.com,ayualfiati8@gmai.com, siti
anesha407@gmail.com, etnaliana167@gmail.com
Kata kunci:
Budaya, Sekolah
Religius, Karakter
Siswa.
Keywords:
Culture, Religious
School, Student
Character.
ABSTRAK
Latar Belakang : Sekolah perlu menyadari keberadaan peran budaya di sekolah akan
memengaruhi dalam pembentukan karakter pada siswa. Dengan adanya berbagai
penyimpangan karakter pada siswa, diharapkan melalui budaya sekolah siswa dapat
membentuk karakter melalui suatu pembiasaan yang dilakukan disekolah.
Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Penerapan 13 Budaya Akhlak
Yang Religius Dalam Pembentukan Karakter Siswa di SDIT Ibnu Khaldun di
Panambangan.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan
pendekatan deskriptif. Teknik penelitian yang dilakukan adalah melalui wawancara,
angket, observasi, dan dokumentasi.
Hasil : Hasil penelitian Budaya sekolah religius di SDIT Ibnu Khaldun Panambangan
setiap harinya meliputi 1) Bersalaman, mencium tangan dengan benar. 2) Basmallah,
ucapkan bismillah setiap awal pekerjaan. 3) Berbagi, memberi kepada yang
membutuhkan. 4) Bertanggung jawab, meminta izin dan mengembalikan setiap
meminjam barang dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa peran budaya sekolah
religius dapat membentuk karakter pada siswa 5) Dahulukan yang kanan,
makan,minum menggunakan tangan kanan. 6) Hamdallah, ucapkan alhamdulillah
setiap akhir kegiatan. 7) Jaga kebersihan, buanglah sampah pada tempatnya. 8)
Larangan makan, makan dan minum tidak boleh berdiri 9) Memaafkan, saling
memaafkan kepada sesama. 10) Peduli lingkungan, merawat tumbuhan dengan hati.
11) Salam, mengucapkan assalamualikum 12.) Sopan santun, bungkukan badan saat
melewati orang yang lebih tua. 13) Terimakasih, ucapkan terimakasih setiap di bantu.
Kesimpulan: Lingkungan sangat mempengaruhi karakter seorang anak apabila anak
tumbuh dilingkungan yang baik maka anak akan tumbuh dengan karakter yang baik,
tetapi akhir akhir ini dikarenakan tumbuhnya perkembangan teknologi yang semakin
canggih dan kurang adanya pengawasan yang lebih untuk itu perlunya pendidikan
karakter yaitu untuk membantu siswa supaya memiliki kebiasaan dan perilaku baik
dalam kehidupan sehari harinya baik dirumah, sekolah maupun masyarakat.
ABSTRACT
Background: Sekolah perlu menyadari keberadaan peran budaya di sekolah akan
memengaruhi dalam pembentukan karakter pada siswa. Dengan adanya berbagai
penyimpangan karakter pada siswa, diharapkan melalui budaya sekolah siswa dapat
membentuk karakter melalui suatu pembiasaan yang dilakukan disekolah.
Purpose: The purpose of this study was to determine the Application of 13 Religious
Volume 2, Nomor 2, Februari 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
101 http://sosains.greenvest.co.id
Moral Cultures in Building Student Character at SDIT Ibn Khaldun in Panambangan.
Method: This research is a qualitative research using a descriptive approach. The
research techniques carried out are through interviews, questionnaires, observations,
and documentation.
Results: The results of the study of religious school culture at SDIT Ibnu Khaldun
Panambangan include 1) shaking hands, kissing hands properly. 2) Basmallah, say
bismillah at the beginning of work. 3) Sharing, giving to those in need. 4) Being
responsible, asking for permission and returning every borrowed item in the study
states that the role of religious school culture can shape the character of students 5)
Prioritize the right, eat, drink using the right hand. 6) Hamdallah, say alhamdulillah at
the end of each activity. 7) Keep clean, throw garbage in its place. 8) Prohibition of
eating, eating and drinking is not allowed to stand 9) Forgive, forgive each other to
each other. 10) Care for the environment, take care of plants with heart. 11)
Greetings, saying assalamualikum 12.) Good manners, bow when passing older
people. 13) Thank you, say thank you every time you help.
Conclusion: The conclusion is that Leadership at PT WOM Finance Ciledug is
classified as good or not, meaning that overall the implementation of Leadership,
Organizational Citizenship Behavior (Ocb) and Work Discipline on Employee
Performance at PT WOM Finance Ciledug has been going well.
PENDAHULUAN
Dalam Kamus Psikologi, seperti dikutip M. Furqon Hidayatullah dalam Guru
Sejati: Membangun Karakter Kuat dan Cerdas, karakter adalah kepribadian ditinjau dari
titik tolak etika atau moral, seperti kejujuran seseorang, biasanya dikaitkan dengan sifat-
sifat tetap yang bersangkutan (Fathurrohman, 1919). Karakter diartikan sebagai sifat
umum manusia dimana seorang manusia memiliki banyak sifat yang bergantung pada
kehidupannya sendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang (Silkyanti, 2019). Definisi "jejak
individu atau kelompok orang terkesan oleh alam, pendidikan, atau kebiasaan". Karakter
adalah nilai-nilai tingkah laku manusia dalam Pendidikan memegang peranan penting
dalam kehidupan manusia . Dalam pendidikan merupakan upaya sengaja untuk memiliki
soft skill dan hard skill (Simatupang & Yuhertiana, 2021). Soft skills berupa kemampuan
bertindak sesuai dengan norma agama, norma adat, norma kesusilaan, dan norma lainnya.
Namun banyak masyarakat yang lalu gagal menjaga komitmen kemanusiaannya setelah
tetapi jabatan dan kekayaan, meski diraih dengan cara tidak terhormat dan melanggar
aturan. Menurut Yusuf (2013) dalam Kamus Inggris-Indonesia yang ditulis oleh John M.
Echols dan Hassan Shadily menyebutkan bahwa karakter berasal dari bahasa Inggris yaitu
character yang berarti watak, karakter, atau sifat (Najib, 2016). Hubungannya dengan
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan bangsa, yang
dinyatakan berdasarkan norma agama, hukum, ritual, budaya, dan adat istiadat
(Mursalim, 2018). Karakter dapat juga diartikan sama dengan akhlak dan budi pekerti,
sehingga karakter bangsa identik dengan akhlak bangsa atau budi pekerti bangsa. Bangsa
yang berkarakter adalah bangsa yang berakhlak dan berbudi pekerti, sebaliknya bangsa
yang tidak berkarakter adalah bangsa yang tidak atau kurang berakhlak atau tidak
memiliki standar norma perilaku yang baik.
Pengembangan karakter bangsa dapat dilakukan melalui perkembangan karakter
individu seseorang.Akan tetapi, karena manusia hidup dalam lingkungan sosial dan
budaya tertentu, maka perkembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan
dalam lingkungan sosial dan budaya yang bersangkutan. Artinya, perkembangan budaya
Penerapan 13 Budaya Akhlak Yang Religius Dalam
Pembentukan Karakter Siswa di Sdit Ibnu Khaldun
Panambangan
2023
Lita Puspita Sari, Nur Azizah, Ayu Alfiati, Siti Anesa, Etna Liana 102
dan karakter dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang tidak melepaskan
peserta didik dari lingkungan sosial,budaya masyarakat, dan budaya bangsa. Lingkungan
sosial dan budaya bangsa adalah Pancasila, jadi pendidikan budaya dan karakter adalah
mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada diri peseta didik melalui pendidikan hati, otak,
dan fisik. Sejak awal munculnya pendidikan oleh para ahli dianggap sebagai suatu hal
yang niscaya John Sewey, misalnya, pada tahun 1916 yang mengatakan bahwa sudah
merupakan hal yang lumrah dalam teori pendidikan bahwa pembentukan watak
merupakan tujuan umum pengajaran dan pendidikan budi pekerti di sekolah (Omeri,
2015).
Menurut Novan Ardy Wiyani (2012:43) bahwa Pendidikan karakter merupakan
sebuah proses pemberian tuntunan yang diberikan kepada peserta didik agar menjadi
manusia yang berkarakter. Pendidikan karakter memerlukan keteladanan mulai sejak dini
sampai dewasa. Jadi sangat penting, bagi pengelola sekolah dan guru untuk menanamkan
nilai-nilai dasar, tidak hanya saja hafalan tetapi juga menantang siswa untuk
menerapkannya dalam sehari-hari mengenai hal dalam lingkungan sekolah maupun diluar
(Omeri, 2015). Pendidikan yang dilakukan dapat membentuk kepribadian dan karakter
peserta didik menjadi lebih baik dan memiliki makna dalam kehidupannya. Seperti
halnya pendidikan karakter tercermin di dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional yaitu “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta beradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, berrtujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Pradana, 2019).
Namun, dalam kenyataan di lapangan fungsi pembentukan karakter yang
diharapkan dalam pendidikan nasional belum terwujud secara optimal, meskipun
penanaman nilai karakter sudah terlaksana akan tetapi masih ditemukan peserta didik di
sekolah yang tidak menaati peraturan disekolah dan berdampak pada karakter yang
dimiliki oleh peserta didik (Bahasa, 2016). Dalam berbagai tingkah laku yang diterima
oleh siswa tersebut akan dibawa dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya
akan dibawa kesekolah dan akan menimbulkan pelanggaran peraturan sekolah
diantaranya seperti berkata kasar terhadap teman maupun guru, bullying, pembohongan
terhadap guru (Sholihah & Maulida, 2020). Hal itu akan memengaruhi teman-teman
sekitar serta dapat membuat peserta didik lainnya mengikuti pelanggaran peraturan
sekolah. Lingkungan sangat mempengaruhi karakter seorang anak apabila anak tumbuh
dilingkungan yang baik maka anak akan tumbuh dengan karakter yang baik, tetapi akhir
akhir ini dikarenakan tumbuhnya perkembangan teknologi yang semakin canggih dan
kurang adanya pengawasan yang lebih untuk itu perlunya pendidikan karakter yaitu untuk
membantu siswa supaya memiliki kebiasaan dan perilaku baik dalam kehidupan sehari
harinya baik dirumah, sekolah maupun masyarakat. Tindakan-tindakan tersebut seolah
sudah menjadi suatu hal yang wajar untuk dilakukan padahal sikap atau tindakan itu
merupakan perbuatan yang salah.
Maka dari itu sekolah yang merupakan salah satu lembaga penanaman nilai
karakter mengoptimalkan pendidikan karakter peserta didik untuk menjadi lebih baik.
Salah satunya yaitu karakter dapat ditanamkan pada siswa disekolah dengan melibatkan
seluruh warga sekolah agar siswa dapat mencontoh kebiasaan-kebiasaan yang positif
yang dilakukan disekolah. Pentingnya peran guru dalam membentuk karakter anak sangat
membantu perilaku anak.
Untuk itu perlu adanya penanaman karakter disekolah yang dilakukan dengan baik
oleh pihak sekolah salah satunya melakukan pembiasaan disekolah yaitu menerapkan
Volume 2, Nomor 2, Februari 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
103 http://sosains.greenvest.co.id
budaya sekolah. Pembentukan budaya sekolah berbasis karakter dapat dilakukan melalui
kegiatan rutin yang dilaksanakan antar keterlibatan semua warga sekolah. Seperti halnya
menurut Daryanto (2015:6) Budaya sekolah adalah sekumpulan norma, nilai dan tradisi
yang telah dibangun dalam waktu yang lama oleh semua warga sekolah dan mengarah ke
seluruh aktivitas personel budaya. Implementasi pendidikan karakter di sekolah mengarah
pada pembentukan budaya sekolah yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi,
kebiasaan sehari-hari, serta berbagai simbol yang dipraktikan oleh seluruh warga sekolah
dan masyarakat sekitarnya. Hal ini menunjukkan bahwa budaya sekolah mempunyai
pengaruh besar terhadap proses pencapaian keberhasilan dalam pendidikan karakter.
Dapat dimaknai juga bahwa pendidikan karakter mempunyai peran untuk menjadi bagian
dalam budaya sekolah yang positif (Muhammad, 2014).
Pendidikan karakter berbasis nilai religius juga dapat diistilahkan dengan
pendidikan karakter berbasis agama. Penidikan karakter berbasis agama merupakan
pendidikan yang menegembangkan nilai-nilai yang berdasarkan agama yang membentuk
kepribadian, sikap, dan tingkah laku yang utama atau luhur dalam kehidupan. Nilai
religius tersebut dapat dibentuk melalui budaya sekolah sehingga budaya sekolah yang
diterapkan dalam pembentukan karakter merupakan budaya sekolah yang religius.
Menurut Teng (2017) kebudayaan merupakan hasil interaksi kehidupan bersama.
Manusia sebagai anggota masyarakat senantiasa mengalami perubahan-perubahan. Suatu
gerak konjungsi atau perubahan naik turunnya gelombang kebudayaan suatu masyarakat
dalam kurun waktu tertentu disebut dinamika kebudayaan. Dalam proses
perkembangannya, kreativitas dan tingkat peradaban masyarakat sebagai pemiliknya
sehingga kemajuan kebudayaan yang ada pada suatu masyarakat sesungguhnya
merupakan suatu cermin dari kemajuan peradaban masyarakat tersebut. Perbedaan
mendasar yang menempatkan manusia sebagai makhluk yang tertinggi adalah manusia
memiliki budi atau akal pikiran sehingga manusia menjadi satusatunya makhluk hidup
yang memiliki kemampuan menciptakan hal-hal yang berguna bagi kelangsungan
kehidupannya (makhluk berbudaya).. Manusia juga membuat perencanaan-perencanaan
untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan. Semua yang dihasilkan dan
diciptakan oleh manusia dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidup itu disebut
kebudayaan. Ketika berbicara mengenai budaya, kita harus mau membuka pikiran untuk
menerima kritikan dan banyak hal baru. Budaya bersifat kompleks, luas dan abstrak.
Budaya tidak terbatas pada seni yang biasa dilihat dalam gedung kesenian atau tempat
bersejarah, seperti museum. Tetapi, budaya merupakan suatu pola hidup menyeluruh.
Budaya memiliki banyak aspek yang turut menentukan prilaku komunikatif (Yusuf,
2013).
Begitu pula di SDIT Ibnu Khaldun Panambangan, berdasarkan observasi,
pembentukan karakter di SDIT Ibnu Khaldun Panambangan dilakukan melalui 13 budaya
moral sekolah atau penanaman kebiasaan yang dikembangkan sehari-hari di luar kelas
atau di dalam kelas. Budaya sekolah yang dilakukan oleh SDIT Ibnu Khaldun
Panambangan dilakukan melalui nilai-nilai religi. Dengan penerapan nilai-nilai religi
dalam budaya sekolah, sekolah dapat membentuk karakter siswa. Budaya sekolah di
SDIT Ibnu Khaldun Panambangan seperti 1) Bersalaman, mencium tangan dengan benar.
2) Basmallah, ucapkan bismillah setiap awal pekerjaan. 3) Berbagi, memberi kepada
yang membutuhkan. 4) Bertanggung jawab, meminta izin dan mengembalikan setiap
meminjam barang dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa peran budaya sekolah
religius dapat membentuk karakter pada siswa 5) Dahulukan yang kanan, makan,minum
menggunakan tangan kanan. 6) Hamdallah, ucapkan alhamdulillah setiap akhir kegiatan.
7) Jaga kebersihan, buanglah sampah pada tempatnya. 8) Larangan makan, makan dan
minum tidak boleh berdiri 9) Memaafkan, saling memaafkan kepada sesama. 10) Peduli
lingkungan, merawat tumbuhan dengan hati. 11) Salam, mengucapkan assalamualikum
Penerapan 13 Budaya Akhlak Yang Religius Dalam
Pembentukan Karakter Siswa di Sdit Ibnu Khaldun
Panambangan
2023
Lita Puspita Sari, Nur Azizah, Ayu Alfiati, Siti Anesa, Etna Liana 104
12.) Sopan santun, bungkukan badan saat melewati orang yang lebih tua. 13)
Terimakasih, ucapkan terimakasih setiap di bantu.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode
deskriptif. Menurut Sugiyono (2017:9) Metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada filosofi post-positivis untuk mengkaji kondisi objek
yang alamiah, peneliti sebagai alat kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna daripada generalisasi. Sedangkan menurut Meleong (2014:6),
penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk memahami perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dan fenomena lain yang dialami oleh objek penelitian secara
keseluruhan melalui bentuk kata-kata dan deskripsi. Bahasa, menggunakan berbagai
metode alami dalam konteks khusus alami. Menurut Meleong (2014:11) Dalam penelitain
kualitatif, peneliti menggunakan penelitain kualitatif deskriptif.
Data tersebut diperoleh dengan observasi, wawancara, dokumentasi dan angket
dengan cara menanyakan secara langsung kepada kepala sekolah, guru, serta siswa
mengenai budaya sekolah religius dan karakter, dan Tahap analisis data, meliputi analisis
data yang diperoleh melalui observasi, dokumentasi, kuesioner (angket) dan wawancara
mengenai Penerapan 13 Budaya Akhlak Yang Religius Dalam Pembentukan Karakter
Siswa di Sdit Ibnu Khaldun Panambangan. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai
dengan konteks permasalahan yang diteliti. Selanjutya pengecekan keabsahan data
dengan cara mengecek sumber data yang didapat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
SDIT Ibnu Khaldun Panambangan beralamat di Jalan Ciwado Blok Cibonteng,
Desa, RT.001/RW.001, Penambangan, Kec. Sedong, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat
45189. Dari hasil wawancara dan observasi di SDIT Ibnu Khaldun Panambangan dikenal
dengan kebiasaan 13 budaya Akhlak Siswa (Teng, 2017).
Selain 13 karakter budaya siswa ada nilai lain yaitu pada pagi hari ketika peserta
didik masuk ke gerbang sekolah, semua guru sudah berjejer menyambut kedatangan
peserta didik dengan memberikan senyuman, sapaan, salam, sopan dan santun kepada
peserta didik ataupun orang tua/wali murid yang mengantar peserta didik ke sekolah.
Dengan budaya ini akan membuat peserta didik merasa lebih bahagia karena mereka
merasa memiliki keluarga yang saling menyayangi. Berjabat tangan merupakan salah satu
bentuk perilaku yang santun dan menghargai guru dan dapat membentuk karakter disiplin
pada siswa karena siswa baris satu persatu secara bergantian untuk berjabat tangan
terhadap guru (Asi & Gani, 2021).
Hal ini sejalan dengan pendapat Sahlan, (2010) bahwa senyum, salam dan sapa
dalam pandangan budaya menunjukkan bahwa dalam melakukan senyum,salam dan sapa
dapat membuat kelompok masyarakat memiliki kedamaian, santun, saling tenggang rasa,
toleran dan rasa hormat. Selain itu, kegiatan siswa dipagi hari yaitu Shalat Dhu’ha
berjamaah, pembiasaan membaca surat Al-Mulk setiap habis shalat, Menaruh sepatu pada
tempatnya dan sebelum memulai pada pembelajaran siswa melakukan berdo’a terlebih
dahulu. Menaruh sepatu dan sandal pada tempatnya merupakan kebiasaan yang berbeda
dengan sekolah sekolah lain yang mana sekolah SDIT Ibnu Khaldun menaruh sepatu
Volume 2, Nomor 2, Februari 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
105 http://sosains.greenvest.co.id
didalam rak yang sudah ada di depan kelasnya Kegiatan ini dapat mengembangkan
karakter kedisplinan dan tanggung jawab pada siswa (Sugiyono, 2010).
Dengan adanya budaya tersebut dapat membuktikan karakter kedisiplinan siswa,
apabila siswa terbiasa menaruh sepatu dan sandal pada tempatnya dan dengan benar maka
akan menjadi sebuah karakter yang baik pada siswa. Hal itu sejalan menurut Imas
Kurniasih dan Berlin Sani (2017:138) bahwa disiplin merupakan tindakan yang
menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Hal itu
juga dilakukan pada kegiatan baris berbaris .
KESIMPULAN
Seperti halnya pendidikan karakter tercermin di dalam pasal 3 Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yaitu Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta beradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, berrtujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Lingkungan sangat mempengaruhi karakter seorang anak apabila anak tumbuh
dilingkungan yang baik maka anak akan tumbuh dengan karakter yang baik, tetapi akhir
akhir ini dikarenakan tumbuhnya perkembangan teknologi yang semakin canggih dan
kurang adanya pengawasan yang lebih untuk itu perlunya pendidikan karakter yaitu untuk
membantu siswa supaya memiliki kebiasaan dan perilaku baik dalam kehidupan sehari
harinya baik dirumah, sekolah maupun masyarakat.
Data tersebut diperoleh dengan observasi, wawancara, dokumentasi dan angket
dengan cara menanyakan secara langsung kepada kepala sekolah, guru, serta siswa
mengenai budaya sekolah religius dan karakter, dan Tahap analisis data, meliputi analisis
data yang diperoleh melalui observasi, dokumentasi, kuesioner (angket) dan wawancara
mengenai Penerapan 13 Budaya Akhlak Yang Religius Dalam Pembentukan Karakter
Siswa di Sdit Ibnu Khaldun Panambangan..
DAFTAR PUSTAKA
Asi, Lisda L., & Gani, Achmad. (2021). Pengaruh Budaya Organisasi, Motivasi Kerja,
Lingkungan Kerja Terhadap Komitmen Organisasional Dan Kinerja Dosen
Universitas Negeri Gorontalo. Journal of Management Science (JMS), 2(1), 124.
Bahasa, Pusat. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. Dalam Http://Kbbi. Web.
Id/Dekat, Diakses Tanggal, 15.
Fathurrohman, Muhammad. (1919). Budaya religius dalam peningkatan mutu
pendidikan: tinjauan teoritik dan praktik kontekstualisasi pendidikan agama di
sekolah. -.
Muhammad, Yaumi. (2014). Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar, dan Implementasi.
Jakarta: Prenadamedia Group.
Mursalim, Siti Widharetno. (2018). Analisis Manajemen Pengaduan Sistem Layanan
Sistem Aspirasi Pengaduan Online Rakyat (LAPOR) di Kota Bandung. Jurnal Ilmu
Administrasi: Media Pengembangan Ilmu Dan Praktek Administrasi, 15(1), 117.
Najib, Muhammad. (2016). Manejemen Strategik Pendidikan Karakter. Yogyakarta:
Penerbit Gava Media.
Omeri, Nopan. (2015). Pentingnya pendidikan karakter dalam dunia pendidikan. Manajer
Pendidikan: Jurnal Ilmiah Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana, 9(3).
Pradana, Yudha. (2019). Pengembangan karakter siswa melalui budaya sekolah. Untirta
Civic Education Journal, 1(1).
Sahlan, Asmaun. (2010). Mewujudkan budaya religius di sekolah: upaya
Penerapan 13 Budaya Akhlak Yang Religius Dalam
Pembentukan Karakter Siswa di Sdit Ibnu Khaldun
Panambangan
2023
Lita Puspita Sari, Nur Azizah, Ayu Alfiati, Siti Anesa, Etna Liana 106
mengembangkan PAI dari teori ke aksi. UIN-Maliki Press.
Sholihah, Abdah Munfaridatus, & Maulida, Windy Zakiya. (2020). Pendidikan Islam
sebagai Fondasi Pendidikan Karakter. QALAMUNA: Jurnal Pendidikan, Sosial,
Dan Agama, 12(1), 4958.
Silkyanti, Fella. (2019). Analisis Peran Budaya Sekolah yang Religius dalam
Pembentukan Karakter Siswa. Indonesian Values and Character Education Journal,
2(1), 3642.
Simatupang, Elizabeth, & Yuhertiana, Indrawati. (2021). Merdeka belajar kampus
merdeka terhadap perubahan paradigma pembelajaran pada pendidikan tinggi:
Sebuah tinjauan literatur. Jurnal Bisnis, Manajemen, Dan Ekonomi, 2(2), 3038.
Sugiyono, Dr. (2010). Metode penelitian kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 26
33.
Teng, H. Muhammad Bahar Akkase. (2017). Filsafat kebudayaan dan sastra (dalam
perspektif sejarah). Jurnal Ilmu Budaya.
Yusuf, Muhammad. (2013). Membentuk karakter melalui pendidikan berbasis nilai. Al-
Ulum, 13(1), 124.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License.