JURNAL SOSIAL DAN SAINS VOLUME 3 NOMOR 3 2023 P-ISSN 2774-7018, E-ISSN 2774-700X |
||
PENGARUH
SISTEM HYBRID WORKING, GAYA KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI PEKERJA TERHADAP
KEPUASAN KERJA KARYAWAN SELAMA ENDEMI COVID-19 Rahmania Za�ra, Dian Puspitosari, Rahmadini
Khaerani Universitas Budi Luhur Email : [email protected], [email protected], [email protected] |
||
Kata kunci: Gaya
Kepemimpinan, Hybrid Working, Kepuasan Kerja, Motivasi. Keywords: Leadership Style, Hybrid Working, Job Satisfaction,
Motivation. |
ABSTRAK Latar Belakang : Pada
masa pandemi Covid-19 perusahaan
banyak melakukan beberapa perubahan guna mempertahankan jalannya operasional sesuai dengan harapan dan tujuan perusahaan. Perubahan tersebut secara tidak langsung dapat berpengaruh kepada gaya kepemimpinan
dan motivasi karyawan sehingga berdampak kepada kepuasan kerja karyawan. Kepuasan kerja karyawan menjadi salah satu faktor penting
yang perlu diperhatikan
oleh perusahaan.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh sistem hybrid working, gaya kepemimpinan, dan motivasi pekerja
terhadap kepuasan kerja karyawan di salah satu perusahaan start up telekonsultasi
medis di Indonesia. Metode : Penelitian ini menggunakan metode kuesioner.
Populasi adalah karyawan medical team yang terdiri dari para dokter yang
berjumlah 50 orang. Sampel berjumlah 50 orang dilakukan dengan teknik simple
random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yang telah
diuji validitas dan reliabilitas. Teknik analisis data mennggunakan Analisis
Regresi Linear Berganda. Hasil : Hasil penelitian menunjukan: (1) t-hitung hybrid working 2,03 > 2.012 dengan
nilai signifikasi 0,047
< 0,05, maka H1 diterima
dan H0 ditolak. (2) t-hitung
gaya kepemimpinan -1,700
< 2,012 dan nilai signifikansi
0.096 > 0.05 disimpulkan bahwa
variabel gaya kepemimpinan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja maka H1 ditolak dan H0 diterima. (3) t-hitung motivasi sebesar 6,329 > 2,012 dengan
nilai signifikansi 0,047
< 0,05 disimpulkan bahwa
variabel motivasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja, maka H1 diterima dan H0 ditolak. (4).
F-hitung sebesar 43,72
> F-tabel 2,802 dan signifikansi
0.000 < 0.005 sehingga hybrid working, gaya kepemimpinan dan motivasi secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap kepuasan kerja. H1 diterima dan H0 ditolak.
Adjusted R Square 0,740, artinya 74% Kepuasan kerja dapat dijelaskan oleh hybrid
working, gaya kepemimpinan
dan motivasi sedangkan sisanya 26% dipengaruhi oleh variabel lain. Kesimpulan: Kesimpulan yaitu
Hybrid working berpengaruh signifikan terhadap kinerja kerja karyawan, Gaya
kepemimpinan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja, Motivasi
kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja, dan Hybrid
working, gaya kepemimpinan dan motivasi secara bersama-sama memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. ABSTRACT Background: During
the Covid-19 pandemic, the company made several changes to maintain the
course of operations in accordance with the company's expectations and goals.
These changes can indirectly affect the leadership style and motivation of
employees so that they have an impact on employee job satisfaction. Employee
job satisfaction is one of the important factors that companies need to pay
attention to. Purpose: This study
aims to analyze the influence of hybrid working
systems, leadership styles, and worker motivation on employee job
satisfaction in one of the medical teleconsultation start-up companies in
Indonesia. Method: This
study used the questionnaire method. The population is an employee medical
team consisting of 50 doctors. A sample of 50 people was carried out using a
simple random sampling technique. Data collection techniques use
questionnaires that have been tested for validity and reliability. Data
analysis techniques use Multiple Linear Regression Analysis. Results: The results showed: (1) the hybrid working t-count
of 2.03 > 2,012 with a signification value of 0.047 < 0.05, then H1 was
accepted and H0 was rejected. (2) t-count leadership style -1,700 < 2,012
and significance value 0.096 > 0.05 it is concluded that the leadership
style variable has no significant effect on job satisfaction hence H1 is
rejected and H0 is accepted. (3) t-calculate motivation of 6.329 > 2.012
with a significance value of 0.047 < 0.05 it is concluded that the
motivation variable has a significant effect on job satisfaction, then H1 is
accepted and H0 is rejected. (4). F-count of 43.72 > F-table 2,802 and
significance of 0.000 < 0.005 so that hybrid working, leadership style and
motivation together have a real effect on job satisfaction. H1 is accepted
and H0 is rejected. Adjusted R Square 0.740, meaning 74% Job satisfaction can
be explained by hybrid working, leadership style and motivation while the
remaining 26% is influenced by other variables. Conclusion: Conclusion,
namely Hybrid working has a significant effect on employee work performance,
Leadership style does not have a significant effect on job satisfaction, Work
motivation has a positive and significant effect on job satisfaction, and Hybrid
working, leadership style and motivation together have a positive and
significant influence on job satisfaction. |
|
PENDAHULUAN
Datangnya pandemi Covid-19 membuat
perusahaan harus berpikir keras bagaimana menjalankan roda bisnisnya dengan
baik tanpa harus mengesampingkan peraturan yang sudah dibuat oleh pemerintah
pusat. Selama pandemic Covid-19, pemerintah secara aktif terus membuat
peraturan yang disesuaikan dengan kondisi Covid-19 guna meminimalisir
penyebarannya. Pada masa pandemi Covid-19 perusahaan banyak melakukan beberapa
perubahan guna mempertahankan jalannya operasional sesuai dengan harapan dan
tujuan perusahaan. Perubahan tersebut secara tidak langsung dapat berpengaruh
kepada gaya kepemimpinan dan motivasi karyawan sehingga berdampak kepada
kepuasan kerja karyawan (Yanoto, 2018).
Definisi bekerja jarak jauh
tersendiri adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seorang pegawai secara khusus
atau dalam waktu tertentu, pada suatu lokasi yang jauh dari kantor, menggunakan
media telekomunikasi sebagai alat bantu kerja. Konsep bekerja jarak jauh ini
pada pastilah memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan, tergantung bagaimana
dampaknya terhadap karyawan dan proses bisnis perusahaan (Mubaroqah & Yusuf, 2020). Menurut Iqbal (2021 : 29),
Sistem hybrid working merupakan sistem campuran antara kerja jarak jauh
dan juga kerja dari kantor yang dilakukan guna menyeimbangkan dua jenis
tuntutan sekaligus untuk menghindari permasalahan. Sistem hybrid working
adalah sebuah inisiatif yang diperkenalkan untuk memenuhi kebutuhan spesifik
dari sebuah organisasi. Sistem hybrid working dapat menjadi solusi untuk
tantangan akan lokasi kerja, biaya, dan juga komunikasi yang mungkin akan cukup
terhambat apabila hanya mengandalkan kerja jarak jauh saja. Sistem hybrid
working dapat berjalan dengan baik seiring dengan adanya kemajuan teknologi
yang ada.
Pada saat sebelum pandemi Covid-19
berlangsung, hanya 47% yang memilih sistem hybrid working, dan 53% untuk
bekerja dengan cara datang langsung ke kantor. Saat ini dimana kondisi Covid-19
sudah bisa disebut sebagai endemi, terjadi peningkatan yang cukup signifikan
dimana 78% orang memilih untuk melakukan pekerjaan dengan hybrid dan sisanya
22% memilih untuk bekerja ditempat atau kantor. Diperkirakan dimasa mendatang
akan ada peningkatan karyawan yang menginginkan untuk melakukan pekerjaan dengan
sistem hybrid yaitu sebesar 75% dan sisanya 25% memilih untuk bekerja
secara langsung. Hal ini menunjukan bahwa mayoritas karyawan memilih untuk
bekerja secara hybrid working karena dirasa memiliki keseimbangan antara
kehidupan pribadinya tanpa harus mengesampingkan komunikasi dengan rekan
karyawan lainnya sehingga menambah kepuasan karyawan (Nurudin, 2020).
Dalam perusahaan start up
yang menjadi objek penelitian ini, medical team yang terdiri dari para
dokter terbagi menjadi kedalam beberapa kelompok dalam operasional ketika
melayani pasien (Flores, 2019). Masing-masing kelompok dipimpin
oleh team leader, dimana masing-masing team leader memiliki gaya
kepemimpinan nya masing-masing. Gaya kepemimpinan mempengaruhi bagaimana sikap
anggota kelompoknya yaitu dokter dalam melakukan pekerjaannya yaitu melayani
pasien (Bahri & Nisa, 2017).�
Berikut adalah exit interview dari dokter yang sudah resign
perihal hubungan dengan team leader-nya Berdasarkan rumusan masalah
diatas, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis dan mengetahui
pengaruh sistem hybrid working terhadap kepuasan bekerja karyawan salah
satu Perusahaan Start Up Telekonsultasi medis di Indonesia, untuk
menganalisis dan mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kepuasan
bekerja karyawan salah satu Perusahaan Start Up Telekonsultasi, untuk
menganalisis dan mengetahui pengaruh motivasi terhadap kepuasan bekerja
karyawan salah satu Perusahaan Start Up Telekonsultasi, dan untuk
menganalisis dan mengetahui pengaruh Hybrid working, gaya kepemimpinan
dan motivasi secara bersama-sama terhadap kepuasan bekerja karyawan salah satu
Perusahaan Start Up Telekonsultasi (Auer Antoncic & Antoncic, 2011).
Adapun manfaat dari peneltian ini
adalah untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan di bidang sumber daya
manusia, sebagai sarana dalam menerapkan teori-teori yang telah dipelajari
selama masa perkuliahan dan melatih berpikir kritis dalam melakukan analisis
permasalahan yang berkenaan dengan sumber daya manusia, selain itu dengan
mengetahui pengaruh system hybrid working dan motivasi terhadap kepuasan
dalam bekerja serta dapat memberikan dampak positif bagi pekerjaan peneliti
yang juga bekerja dalam perusahaan yang menggunakan sistem hybrid working (Amoah-Mensah & Darkwa, 2020). Sumber daya manusia yang memiliki
motivasi dan kepuasan kerja yang baik akan membuat perusahaan mencapai tingkat
keuntungan yang maksimal. Dengan adanya penelitian ini diharapkan regulator
dapat mengetahui pengaruh sistem hybrid working terhadap hal-hal
tersebut.
Hasil Penelitian Sebelumnya
Tabel
1 Penelitian Terdahulu
No. |
Nama Peneliti |
Judul Penelitian |
Variabel |
Hasil Penelitian |
1 |
Leni Mardianah |
Empirical Study of the Impact of
Work From Home (WFH) Policy
and Top Management Support on Employee Performance |
X1
: Empirical study of WFH X2
: Policy Top Management Y
: Employee Performance |
WFH
dan policy management berpengaruh nyata terhadap performa karyawan |
2 |
Ravin Singh |
Impact of Working Remotely On
Productivity and Professionalism |
X1
: Working remotely Y1
: Productivity Y2
: Professionalism |
Bekerja
secara remot berpengaruh positif terhadap produktifitas dan juga
profesionalisme. |
3 |
Ryani
Dhyan Parashakti |
Gaya
Kepemimpinan dan Motivasi terhadap Kinerja Karyawan Pada Bank BJB Cabang
Tangerang |
X1
: Gaya Kepemimpinan X2
: Motivasi Y
: Kinerja Karyawan |
Gaya
kepemimpinan dan Motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja kerja
karyawan. |
4 |
Renggani
Nur�aini Vidianingtyas |
Pengaruh Kompensasi, Kepuasan Kerja dan Gaya
Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Pada Perusahaan Jasa Katering di
Daerah Istimewa Yogyakarta |
X1
: Kompensasi X2
: Kepuasan kerja X3
: Motivasi X4
: Kepemiminan Y
: Kinerja Karyawan |
Variabel
kompensasi, kepuasan kerja, motivasi, dan gaya kepemimoinan berpengaruh
terhadap kinerja pegawai |
5 |
Fisla
Wirda |
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional dan Motivasi
Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Politeknik Negeri Padang |
X1
: Gaya Kepemimpinan X2
: Motivasi Kerja Y
: Kepuasan Kerja Karyawan |
Gaya kepemimpinan dan motivasi berpengaruh secara
signifikan terhadap kepuasan kerja. |
METODE PENELITIAN
Penelitian
pada Analisis sistem hybrid working, gaya kepemimpinan dan motivasi terhadap
Kepuasan kerja karyawan dibuat penulis dengan menggunakan metode kuantitatif (Suwaji, 2019).
Metode kuantitatif adalah metode penelitian terstruktur dengan cara
mengkualifikasikan data sehingga dapat digeneralisasikan (Vasconcelos, Furtado,
& Pinheiro, 2015).
Penelitian pengujian hipotesis, pengukuran data dan pembuatan kesimpulan.
Tujuan dari Penelitian Kuantitatif adalah untuk melakukan konfirmasi
menggunakan data perihal hipotesa yang sudah ditentukan sebelumnya (Fadli, 2021).
Data dapat digunakan dengan cara pengumpulan kuesioner sehingga membentuk
sekumpulan data yang dapat diolah dan dikonfirmasi kebenarannya menggunakan
alat perhitungan. Data yang telah di analisa dapat ditemukan korelasi ataupun
sebab akibat diantara variabel yang ada didalamnya.
Populasi menurut Sugiono (Darwin et
al, 2020), sekumpulan subyek atau obyek yang memiliki karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti agar dapat dipelajari dan diambil kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah dokter- dokter yang berjumlah 50 orang (Ghozali, 2016).
Dalam
penelitian ini sampel yang digunakan adalah sejumlah 50 dokter yang bekerja di
salah satu Perusahaan Start Up Telekonsultasi Medis di Indonesia. Dalam penelitian
ini metode yang digunakan adalah Teknik sampel jenuh. Dalam mementukan jumlah
sampel, penulis menggunakan menggunakan seluruh populasi sebagai sampel
dikarenakan jumlah populasi yang tidak terlalu banyak yaitu 50 (Hussain, Khaliq,
Nisar, Kamboh, & Ali, 2019). Obyek dalam penelitian ini adalah
para dokter umum inhouse dalam divisi medical team yang bekerja di salah satu
Perusahaan Start Up Telekonsultasi Medis di Indonesia para dokter yang
merupakan dokter umum yang terikat sebagai karyawan atau inhouse dan biasanya
bekerja di kantor dengan tim nya. Masing-masing tim memiliki team leader
sebagai koordinator. Dengan adanya hybrid sistem ini, membuat beberapa dokter
harus melakukan pekerjaannya di rumah masing-masing, dimana itu semua akan
berpengaruh terhadap kinerja para dokter karena terpisah oleh tim nya (Wontorczyk &
Rożnowski, 2022).
Teknik
pengujian data merupakan salah satu langkah penting yang menentukan sebuah
penelitian, dikarenakan dengan Teknik ini penelitian dapat disimpulkan
hasilnya. Menurut Darwin et al (2020:103), data yang disajikan dalam
kuantitatif dapat diperoleh menggunakan instrument penelitian sehingga data
yang diukur dan dihitung bersifat objektif dan akurat. Kegiatan dalam analisis
data adalah sebagai berikut :
1. Mengelompokkan
data berdasarkan variabel dan jenis responden.
2.
Mentabulasi data berdasarkan
variabel dari seluruh responden.
3.
Menyajikan data dari tiap variabel
yang diteliti.
4.
Melakukan perhitungan untuk menjawab
rumusan masalah.
5.
Melakukan perhitungan untuk menguji
hipotesis yang telah diajukan.
Instrumen
penelitian perlu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas instrument.
Instrumen uji coba berbentuk kuesioner dan terdiri dari beberapa pernyataan.
Validitas pernyataan dalam instrument ditentukan dengan membandingkan antara
besaran r-xy yang diperoleh dengan nilai r-tabel.
1.
Uji
Asumsi Klasik
Uji
asumsi klasik dilakukan sebelum adanya analisis regresi linear berganda.
Menurut Ghozali (2015:159), uji asumsi klasik dilakukan untuk menentukan
ketepatan model dengan cara pengujian atas beberapa asumsi klasik yaitu uji
normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedasitas, dan uji autokorelasi (Fernanda & Sagoro,
2016).
2.
Uji
Normalitas
Uji
normalitas digunakan untuk melihat nilai residu terdistribusi normal atau
sebaliknya dan merupakan bagian dari uji asumsi klasik. Hal ini perlu dilakukan
karena model regresi yang baik dan tepat adalah regresi yang memiliki
distribusi residu yang normal. Dalam uji t dan uji f mengasumsikan bahwa nilai
residu mengikuti distribusi normal.
3.
Uji
Multikolinearitas
Uji
multikolineritas merupakan bagian dari uji asumsi klasik yang digunakan untuk
melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara masimg-masing variabel
bebas. Apabila terdapat korelasi yang tinggi antara variabel bebas, maka
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat akan menjadi terganggu.
4.
Uji
Heteroskedastisitas
Uji
heteroskedastisitas adalah salah satu uji asumsi klasik yang digunakan untuk
melihat apakah ada ketidaksamaan varian dari residu satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varian dari residu satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka disebut homoskesdastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas.
5.
Uji
Autokorelasi
Uji
autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah
autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang
bebas dari autokorelasi.
6.
Uji
Koefisien Korelasi
Koefisien
korelasi adalah nilai yang menunjukan kuat atau tidaknya hubungan linier antar
dua variabel terikat dan bebas. Korelasi ini biasa dilambangkan dengan huruf r
yang memiliki rentang nilai -1 sampai dengan 1. Nilai r yang mendekati -1 atau
+1 menunjukan hubungan kuat anatar dua variabel, dan nilai r yang mendekati 0
mengindikasikan hubungan yang lemah. Jika koefisien korelasi menunjukkan hasil
positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya, ketika
variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Sementara, jika
koefisien korelasi negatif, maka kedua variabel memiliki hubungan yang
berlawanan. Dimana jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y justru
rendah atau menurun.
7.
Uji
Koefisien Determinasi
Uji
R2 (Koefisien Determinasi) digunakan untuk mengetahui seberapa besar varians
dari variabel terikat (dependent variable) dapat dijelaskan oleh variabel bebas
(independent variables). Koefisien Determinasi (R2) yang mempertinbangkan
jumlah variabel bebas dalam suatu model atau disebut Koefisien Determinasi
(R2)� yang telah disesuaikan
(Adjusted-R2)
8.
Uji
Hipotesis
Pengujian
hipotesis penelitian merupakan pengujian terhadap penyataan dengan menggunakan
metode statistic sehingga hasil dari pengujiannya dapat dinyatakan signifikan
secara statistik. Dengan uji hipotesis, peneliti dapat menentukan apakah
hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak.
9.
Persamaan
Regresi Berganda
Menurut
Spiegel (2004), Persamaan regresi berganda adalah hubungan antara dua atau
lebih variabel bebas/ predictor (X1, X2,�Xn) dan satu variabel tak bebas/
response (Y). Tujuan dari analisis regresi linier berganda adalah untuk
memprediksi nilai variabel tak bebas/ response (Y) jika nilai variabel-variabel
bebas/ predictor (X1, X2, ..., Xn) diketahui. Disamping itu juga untuk
mengetahui arah hubungan antara variabel tak bebas dengan variabel-variabel
bebas.
10.
�Uji T (Pengaruh Parsial)
Uji
T digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap
variabel terikat. Menurut Ghozali (2016: 30), kaidah pengambilan keputusan
dalam uji t dengan menggunakan SPSS.
11.
�Uji F (Pengaruh Simultan)
Uji
F (pengaruh simultan) bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel bebas
(independent variables) yang terdapat di dalam model secara bersama-sama
(simultan) terhadap variabel terikat (dependent variable).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Beberapa layanan yang
disediakan PT. X� seperti: Pemeriksaan
tes maupun vaksinasi tanpa perlu antre, menebus obat resep secara online
di dalam aplikasi dan langsung di antar dalam waktu 1 jam ke rumah, konsultasi
kesehatan dengan ribuan dokter umum dan spesialis 24/7. Dengan adanya layanan
untuk semua solusi pada permasalahan kesehatan masyarakat Indonesia, PT. X
selalu aktif melakukan inovasi dalam praktik nya sehingga seluruh masyarakat
dapat terbantu dengan adanya layanan ini.
PT. X memiliki beberapa
dokter in house yang bertugas melayani pasien secara online. Masing-
masing dokter.bekerja dalam secara hybrid baik dirumah masing-masing,
tempat praktek masing-masing ataupun kantor (Iqbal, Khalid, &
Barykin, 2021). Dokter in house
dibagi menjadi beberapa kelompok, tujuannya adalah agar memudahkan untuk
melakukan pembagian jadwal shifting dan koordinasi dengan pihak
manajemen. Kelompok tersebut dipimpin oleh leader, dimana memiliki tugas
untuk mengkoordinasikan team nya dalam hal operasional . Karakteristik
responden dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu: berdasarkan
jenis kelamin, usia, dan masa kerja. Adapun penjelasan tentang masing-masing
karakteristik responden penelitian, sebagai berikut :
A. Profil
Responden
1.
Karakteristik
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik
responden penelitian berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Tabel 2 Persentase
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin |
Frekuensi |
Persentase |
Pria |
21 |
42% |
Wanita |
29 |
58% |
Total |
50 |
100% |
Sumber : Data kuesioner,
2023
Pada
tabel diatas, dapat dilihat bahwa jenis kelamin responden didominasi oleh
wanita sebanyak 29 orang atau 58%, sedangkan responden pria sebanyak 21 orang
atau 42%. Hal ini menunjukan bahwa responden wanita lebih banyak
daripada pria.
2.
Karakteristik
Responden Berdasarkan Usia
Tabel
3 Persentase Responden Berdasarkan Usia
Usia |
Frekuensi |
Persentase |
< 26 Tahun |
3 |
6% |
> 46 Tahun |
1 |
2% |
27 - 36 Tahun |
42 |
84% |
37 - 46 Tahun |
4 |
8% |
Total |
50 |
100% |
Sumber : Data kuesioner,
2023
Pada
tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden penelitian didominasi oleh rentang
usia 27 � 36 Tahun, sebanyak 42 orang atau 84%. Jumlah terbanyak kedua adalah
rentang usia 37 � 46 tahun sebanyak 4 orang atau 8%. Jumlah terbanyak ketiga
adalah rentang usia < 26 tahun yaitu sebanyak 3 orang atau 6% dan jumlah
terakhir adalah rentang usia >46 tahun, sebanyak 1 orang atau 2%. Hal ini
menunjukan bahwa Sebagian besar responden penelitian berusia 27 � 36 tahun.
3.
Karakteristik
Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Tabel 4 Persentase
Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Lama Tahun Bekerja |
Frekuensi |
Persentase |
1 |
2 |
4% |
2 |
13 |
26% |
3 |
32 |
64% |
4 |
3 |
6% |
Total |
50 |
100% |
Sumber : Data kuesioner,
2023
Pada
tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden penelitian didominasi oleh karyawan
yang sudah bekerja di tahun ke-3 sebanyak 32 orang atau 64%. Jumlah terbanyak
kedua adalah karyawan dengan lama bekerja selama 2 tahun sebanyak 13 orang atau
26%. Jumlah terbanyak ketiga adalah karyawan dengan lama bekerja selama 4 tahun
sebanyak 3 orang atau 6%, dan jumlah karyawan dengan lama bekerja selama 1
tahun adalah sebanyak 2 orang atau 4%.
4.
Kondisi
Hybrid Working, Gaya Kepemimpinan, Dan Motivasi Pada Kepuasan Kerja
Karyawan Start Up Telekonsultasi
Kondisi
dan distribusi menggambarkan penilaian tanggapan responden terhadap
masing-masing pernyataan kuesioner dalam kategori per dimensi. Setiap kuesioner
dengan skor maksimum adalah 5 dan minimum adalah 1 atau kisaran antara 20% -
100%. Maka jarak antara skor yang berdekatan adalah (100% - 20%)/ 5 = 16. Maka
diperolah kriteria sebagai berikut :
Tabel
5 Tabel Skor Penlilaian Tanggapan Responden
No |
Skor
Penilaian |
Kategori
Penilaian |
1 |
84 %
- 100% |
Sangat
Baik |
2 |
68 %
- 83.99 % |
Baik |
3 |
52 %
- 67.99 % |
Cukup |
4 |
36 %
- 51.99 % |
Kurang
Baik |
5 |
20 %
- 35.99 % |
Sangat
Tidak Baik |
Sumber
: Sugiono (modifikasi)
5.
Kondisi
Dan Distribusi Tanggapan Responden Variabel Hybrid Working Karyawan Startup
Telekonsultasi Medis.
Tabel 6 Distribusi
Tanggapan Responden Variabel Hybrid Working
Pernyataan |
Jumlah Jawaban Responden |
|||||||||
SS |
S |
R |
TS |
STS |
||||||
F |
% |
F |
% |
F |
% |
F |
% |
F |
% |
|
X1.1 |
25 |
50 |
20 |
40 |
3 |
6 |
1 |
2 |
1 |
2 |
X1.2 |
26 |
52 |
11 |
22 |
10 |
20 |
1 |
2 |
2 |
4 |
X1.3 |
42 |
84 |
6 |
12 |
- |
- |
- |
- |
2 |
4 |
X1.4 |
46 |
92 |
1 |
2 |
- |
- |
1 |
2 |
2 |
4 |
X1.5 |
25 |
50 |
9 |
18 |
11 |
22 |
4 |
8 |
1 |
2 |
X1.6 |
20 |
40 |
11 |
22 |
6 |
12 |
9 |
18 |
4 |
8 |
X1.7 |
30 |
60 |
13 |
26 |
4 |
8 |
1 |
2 |
2 |
4 |
X1.8 |
26 |
52 |
18 |
36 |
3 |
6 |
2 |
4 |
1 |
2 |
X1.9 |
25 |
50 |
17 |
34 |
4 |
8 |
3 |
6 |
1 |
2 |
X1.10 |
23 |
46 |
16 |
32 |
8 |
16 |
2 |
4 |
1 |
2 |
X1.11 |
34 |
68 |
9 |
18 |
4 |
8 |
1 |
2 |
2 |
4 |
X1.12 |
29 |
58 |
12 |
24 |
6 |
12 |
1 |
2 |
2 |
4 |
X1.13 |
37 |
74 |
7 |
14 |
4 |
8 |
- |
- |
2 |
4 |
X1.14 |
26 |
52 |
12 |
24 |
5 |
10 |
5 |
10 |
2 |
4 |
rata-rata |
59.14 % |
23.14 % |
9.71 % |
4.43 % |
3.57 % |
Sumber
: Output SPSS, 2023
�� Berdasarkan tabel diatas didapatkan 59.14 %
responden menjawab setuju. Hal ini membuktikan bahwa variabel Hybrid Working
termasuk kedalam kategori cukup baik.
6.
Kondisi
Dan Distribusi Tanggapan Responden Variabel Gaya Kepemimpinan Karyawan Startup Telekonsultasi
Medis.
Tabel 7 �Distribusi Tanggapan Responden Variabel Gaya
Kepemimpinan
Pernyataan |
Jumlah Jawaban Responden |
|||||||||
SS |
S |
R |
TS |
STS |
||||||
F |
% |
F |
% |
F |
% |
F |
% |
F |
% |
|
X2.1 |
25 |
50 |
20 |
40 |
4 |
8 |
- |
- |
1 |
2 |
X2.2 |
15 |
30 |
20 |
40 |
11 |
22 |
4 |
8 |
- |
- |
X2.3 |
16 |
32 |
20 |
40 |
12 |
24 |
1 |
2 |
1 |
2 |
X2.4 |
23 |
50 |
28 |
36 |
4 |
8 |
2 |
4 |
1 |
2 |
X2.5 |
27 |
54 |
15 |
30 |
5 |
10 |
2 |
4 |
1 |
2 |
X2.6 |
23 |
46 |
12 |
24 |
12 |
24 |
3 |
6 |
- |
- |
X2.7 |
21 |
42 |
14 |
28 |
10 |
20 |
4 |
8 |
1 |
2 |
X2.8 |
13 |
26 |
9 |
18 |
19 |
38 |
8 |
16 |
1 |
2 |
X2.9 |
4 |
8 |
12 |
24 |
22 |
44 |
8 |
16 |
4 |
8 |
X2.10 |
14 |
28 |
23 |
46 |
9 |
18 |
3 |
6 |
1 |
2 |
X2.11 |
16 |
32 |
24 |
48 |
8 |
16 |
- |
- |
2 |
4 |
X2.12 |
25 |
50 |
20 |
40 |
3 |
6 |
1 |
2 |
1 |
2 |
X2.13 |
23 |
46 |
19 |
38 |
6 |
12 |
2 |
4 |
- |
- |
X2.14 |
17 |
34 |
18 |
36 |
11 |
22 |
4 |
8 |
- |
- |
X2.15 |
23 |
46 |
17 |
34 |
7 |
14 |
1 |
2 |
2 |
4 |
X2.16 |
9 |
18 |
18 |
36 |
17 |
34 |
3 |
6 |
3 |
6 |
X2.17 |
16 |
32 |
17 |
34 |
12 |
24 |
2 |
4 |
3 |
6 |
rata-rata |
36.71% |
34.82% |
20.24% |
5.65% |
2.59% |
Sumber : Output SPSS, 2023
Berdasarkan
tabel diatas didapatkan 36.71 % responden menjawab setuju. Hal ini membuktikan
bahwa variabel Gaya Kepemimpinan termasuk kedalam kategori kurang baik.
7. Kondisi Dan Distribusi
Tanggapan Responden Variabel Motivasi Karyawan Startup Telekonsultasi
Medis
Tabel
8 Distribusi Tanggapan Responden Variabel Motivasi
Pernyataan |
Jumlah Jawaban Responden |
|||||||||
SS |
S |
R |
TS |
STS |
||||||
F |
% |
F |
% |
F |
% |
F |
% |
F |
% |
|
X3.1 |
25 |
50 |
22 |
44 |
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
X3.2 |
31 |
62 |
16 |
32 |
1 |
2 |
1 |
2 |
1 |
2 |
X3.3 |
32 |
64 |
14 |
28 |
2 |
4 |
- |
- |
2 |
4 |
X3.4 |
25 |
50 |
18 |
36 |
3 |
6 |
2 |
4 |
2 |
4 |
X3.5 |
32 |
64 |
11 |
22 |
5 |
10 |
- |
- |
2 |
4 |
X3.6 |
20 |
40 |
22 |
44 |
5 |
10 |
2 |
4 |
1 |
2 |
X3.7 |
13 |
26 |
21 |
42 |
12 |
24 |
3 |
6 |
1 |
2 |
X3.8 |
27 |
54 |
17 |
34 |
3 |
6 |
3 |
6 |
- |
- |
X3.9 |
8 |
16 |
19 |
38 |
21 |
42 |
2 |
4 |
- |
- |
X3.10 |
16 |
32 |
14 |
28 |
17 |
34 |
3 |
6 |
- |
- |
X3.11 |
15 |
30 |
27 |
54 |
7 |
14 |
1 |
2 |
- |
- |
rata-rata |
44.36% |
36.55% |
14.00% |
3.27% |
1.82% |
Sumber : Output SPSS, 2023
Berdasarkan
tabel diatas didapatkan 44.36 % responden menjawab setuju. Hal ini membuktikan
bahwa variabel Motivasi termasuk kedalam kategori kurang baik.
8. Kondisi Dan Distribusi
Tanggapan Responden Variabel Kepuasan Kerja Karyawan Startup
Telekonsultasi Medis
Tabel
9 Distribusi Tanggapan Responden Variabel Kepuasan Kerja
Pernyataan |
Jumlah Jawaban Responden |
|||||||||
SS |
S |
R |
TS |
STS |
||||||
F |
% |
F |
% |
F |
% |
F |
% |
F |
% |
|
Y1 |
16 |
32 |
23 |
46 |
9 |
18 |
2 |
4 |
- |
- |
Y2 |
14 |
28 |
24 |
48 |
9 |
18 |
3 |
6 |
- |
- |
Y3 |
26 |
52 |
17 |
34 |
5 |
10 |
1 |
2 |
1 |
2 |
Y4 |
31 |
62 |
14 |
28 |
3 |
6 |
1 |
2 |
1 |
2 |
Y5 |
26 |
52 |
16 |
32 |
6 |
12 |
- |
- |
2 |
4 |
Y6 |
15 |
30 |
19 |
38 |
14 |
28 |
2 |
4 |
- |
- |
Y7 |
20 |
40 |
23 |
46 |
5 |
10 |
2 |
4 |
- |
- |
Y8 |
31 |
62 |
17 |
34 |
- |
- |
1 |
2 |
1 |
2 |
Y9 |
30 |
60 |
18 |
36 |
- |
- |
1 |
2 |
1 |
2 |
Y10 |
28 |
56 |
19 |
38 |
1 |
2 |
2 |
4 |
- |
- |
Y11 |
29 |
58 |
16 |
32 |
3 |
6 |
1 |
2 |
1 |
2 |
Y12 |
11 |
22 |
21 |
42 |
13 |
26 |
4 |
8 |
1 |
2 |
Y13 |
19 |
38 |
19 |
38 |
8 |
16 |
3 |
6 |
1 |
2 |
Y14 |
18 |
36 |
16 |
32 |
14 |
28 |
2 |
4 |
- |
- |
Y15 |
19 |
38 |
19 |
38 |
10 |
20 |
1 |
2 |
1 |
2 |
Y16 |
30 |
60 |
16 |
32 |
2 |
4 |
1 |
2 |
1 |
2 |
rata-rata |
45.37% |
37.12% |
12.75% |
3.37% |
1.37% |
Sumber : Output SPSS, 2023
Berdasarkan
tabel diatas didapatkan 45.37 % responden menjawab setuju. Hal ini membuktikan
bahwa variabel Kepuasan Kerja termasuk kedalam kategori kurang baik.
9.
Pengukuran
Deskripsi Data Variabel X1, X2, X3 dan Y
Dalam
pengumpulan deskripsi data X1, X2, X3 dan Y terlebih dahulu mencari interval
nilai variabel dengan rumus sebagai berikut :
Interval
Nilai Tertinggi� =
����������������������������������������������� =
Maka kriteria penilaian skor
variable sebagai berikut:
������ Tabel 10 �Kriteria Penilaian Skor Rata-Rata
Kategori
Penilaian |
Interval |
Sangat
Baik |
4,21
� 5,00 |
Baik |
3,41
� 4,20 |
Sedang |
2,61
� 3,40 |
Tidak
Baik |
1,81
� 2,60 |
Sangat
Tidak Baik |
1,00
� 1,80 |
Sumber:
Data diolah
10. �Pengukuran
Deskripsi Data Variabel Hybrid Working
Tabel
11 Tabel Deskripsi Data Variabel Hybrid Working
Pernyataan |
Mean/ Rata-rata |
Keterangan |
X1.1 |
4.34 |
Sangat baik |
X1.2 |
4.16 |
Sangat baik |
X1.3 |
4.72 |
Sangat baik |
X1.4 |
4.76 |
Sangat baik |
X1.5 |
4.06 |
Baik |
X1.6 |
3.68 |
Baik |
X1.7 |
4.36 |
Sangat baik |
X1.8 |
4.32 |
Sangat baik |
X1.9 |
4.24 |
Sangat baik |
X1.10 |
4.16 |
Baik |
X1.11 |
4.44 |
Sangat baik |
X1.12 |
4.30 |
Sangat baik |
X1.13 |
4.54 |
Sangat baik |
X1.14 |
4.10 |
Baik |
rata-rata |
4.30 |
Sangat Baik |
Sumber
: Output SPSS, 2023
Berdasarkan
tabel diatas didapatkan rata-rata secara keseluruhan sebesar 4.30� responden menjawab. Hal ini membuktikan bahwa
variabel Hybrid Working termasuk kedalam kategori sangat baik. Dalam
variabel hybrid working pernyataan yang memiliki nilai terendah adalah
dimensi fleksibelitas waktu indikator bekerja tanpa terikat jam. Hal ini
menunjukan bahwa karyawan lebih memilih melakukan pekerjaannya sesuai dengan
jam yang telah ditentukan. Dalam start up telekonsultasi medis, pekerjaan
diluar jam kerja memang menjadi suatu hal yang terbilang sering terjadi. Dengan
adanya hal ini diharapkan perusahaan dapat melakukan strategi pengaturan jam
kerja, dan apabila dirasa perlu dilakukan penambahan jam kerja diperlukan
strategi agar karyawan dapat melakukan pekerjaannya dengan optimal.
11. �Pengukuran
Deskripsi Data Variabel Gaya Kepemimpinan
Tabel
12 �Tabel Deskripsi Data Variabel Gaya
Kepemimpinan
Pernyataan |
Mean/ Rata-rata |
Keterangan |
X2.1 |
4.36 |
Sangat Baik |
X2.2 |
3.92 |
Baik |
X2.3 |
3.98 |
Baik |
X2.4 |
4.28 |
Sangat Baik |
X2.5 |
4.30 |
Sangat Baik |
X2.6 |
4.10 |
Baik |
X2.7 |
4.00 |
Baik |
X2.8 |
3.50 |
Baik |
X2.9 |
3.08 |
Ragu-ragu |
X2.10 |
3.92 |
Baik |
X2.11 |
4.04 |
Baik |
X2.12 |
4.34 |
Sangat Baik |
X2.13 |
4.26 |
Sangat Baik |
X2.14 |
3.96 |
Baik |
X2.15 |
4.16 |
Baik |
X2.16 |
3.54 |
Baik |
X2.17 |
3.82 |
Baik |
Rata-rata |
3.97 |
Baik |
Sumber
: Output SPSS, 2023
Berdasarkan
tabel diatas didapatkan rata-rata secara keseluruhan sebesar 3.97� responden menjawab. Hal ini membuktikan bahwa
variabel Gaya Kepemimpinan termasuk kedalam kategori baik. Pernyataan yang
memiliki nilai terendah dalam variabel gaya kepemimpinan adalah dimensi gaya
kepemimpinan birokratis dengan dimensi ketatnya peraturan yang ada. Hal ini
membuktikan bahwa pemimpin dalam perusahaan start up telekonsultasi medis di
Indonesia kurang fleksibel dalam menjalankan kebijakan dan ketentuan yang ada
sehingga perlu dilakukan penyesuaian gaya kepemimpinan yang sesuai dengan
karakteristik karyawan.
12. �Pengukuran
Deskripsi Data Variabel Motivasi
Tabel
13 �Tabel Deskripsi Data Variabel
Motivasi
Pernyataan |
Mean/ Rata-rata |
Keterangan |
X3.1 |
4.38 |
Sangat Baik |
X3.2 |
4.50 |
Sangat Baik |
X3.3 |
4.48 |
Sangat Baik |
X3.4 |
4.24 |
Sangat Baik |
X3.5 |
4.42 |
Sangat Baik |
X3.6 |
4.16 |
Baik |
X3.7 |
3.84 |
Baik |
X3.8 |
4.36 |
Sangat Baik |
X3.9 |
3.66 |
Baik |
X3.10 |
3.86 |
Baik |
X3.11 |
4.12 |
Baik |
Rata-rata |
4.18 |
Baik |
Sumber
: Output SPSS, 2023
Berdasarkan
tabel diatas didapatkan rata-rata secara keseluruhan sebesar 4.18� responden menjawab. Hal ini membuktikan bahwa
variabel Motivasi termasuk kedalam kategori baik. Pernyataan yang memiliki
nilai terendah dalam variabel motivasi adalah dimensi motivasi eksternal,
indikator penghargaan. Hal ini membuktikan bahwa perusahaan belum sepenuhnya
dalam memberikan penghargaan atau pengakuan secara penuh kepada karyawan
sebagai motivasi, sehingga karyawan merasa prestasi yang sudah diraih selama
ini masih belum sesuai dengan harapan perusahaan.
13. �Pengukuran
Deskripsi Data Variabel kepuasan Kerja
Tabel
14 Tabel Deskripsi Data Variabel Kepuasan Kerja
Pernyataan |
Mean/ Rata-rata |
Keterangan |
Y1 |
4.06 |
Baik |
Y2 |
3.98 |
Baik |
Y3 |
4.32 |
Sangat Baik |
Y4 |
4.46 |
Sangat Baik |
Y5 |
4.28 |
Sangat Baik |
Y6 |
3.94 |
Baik |
Y7 |
4.22 |
Sangat Baik |
Y8 |
4.52 |
Sangat Baik |
Y9 |
4.50 |
Sangat Baik |
Y10 |
4.46 |
Sangat Baik |
Y11 |
4.42 |
Sangat Baik |
Y12 |
3.74 |
Baik |
Y13 |
4.04 |
Baik |
Y14 |
4.00 |
Baik |
Y15 |
4.08 |
Baik |
Y16 |
4.46 |
Sangat Baik |
Rata-rata |
4.22 |
Sangat Baik |
Sumber : Output SPSS, 2023
�� Berdasarkan tabel diatas didapatkan rata-rata
secara keseluruhan sebesar 4.22�
responden menjawab. Hal ini membuktikan bahwa variabel Motivasi termasuk
kedalam kategori sangat baik. Pernyataan yang memiliki nilai terendah adalah
dimensi benefit dengan indikator gaji. Hal ini membuktikan bahwa karyawan
merasa kurang begitu puas dengan gaji yang diterima saat ini. Perlu dilakukan
pengkajian ulang perihal penyesuaian penerimaan gaji dengan pekerjaan yang telah
dikerjakan oleh karyawan.
B.
Hasil
Uji Asumsi Klasik
1.
Hasil
Uji Normalitas
Uji
statistik yang digunakan untuk menguji normalitas adalah dengan uji statistik
nonparametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Dengan ketentuan bahwa apabila
nilai Unstandardized Residual Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar
daripada 0,05 yang berarti data normal. Hasil pengujian dengan bantuan software
IBM SPSS Statistics version 22.0, sebagai berikut:
Tabel 15 �Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov |
Unstandardized Residual |
Asymp.
Sig. (2-tailed) |
0.20 |
Sumber: Hasil Output SPSS,
2023
Berdasarkan hasil
perhitungan uji normalitas pada tabel 15 didapatkan hasil bahwa
nilai Unstandardized Residual Asymp. Sig. (2-tailed) dari uji Kolmogorov-Smirnov
(K-S) lebih besar dari 0.05 yaitu 0.20 yang artinya terdistribusi normal
atau tidak terjadi masalah dalam uji normalitas dan dapat digunakan untuk
analisis regresi berganda. Menurut Widodo (2019), data variabel dikatakan baik
apabila terdistribusi normal. �Selain itu, penghitungan
uji normalitas dapat dilakukan juga dengan menggunakan bantuan software
IBM SPSS Statistic Version 22 melakui analisa grafik probability plot
sebagai berikut:
Sumber : Output SPSS, 2023
Gambar
1 Probability
Plot untuk uji normalitas
Apabila
titik � titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal. Maka dapat disimpulkan pola grafik tersebut terdistribusi secara
normal.
2.
Hasil
Uji Autokorelasi
Uji
autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada kolerasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah
autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lainnya
(Ghozali dan Ratmono, 2017: 121).
Gejala
autokorelasi dapat dideteksi menggunakan uji Durbin� Watson Test dengan menentukan nilai durbin
watson (DW). Uji autokorelasi hanya dilakukan pada data time series (runtut
waktu). Adapun hasil uji autokorelasi dengan bantuan software IBM SPSS
Statistics version 22.0, sebagai berikut:
Tabel 16 �Hasil Uji Autokorelasi
Model |
Nilai
Durbin-Watson |
1 |
1.965 |
Sumber:
Hasil Output SPSS, 2023
Berdasarkan tabel 16 didapatkan hasil bahwa
nilai DW adalah sebesar 1,965 atau berada diantara � 2 dan + 2 atau -2 < DW
< +2. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi adanya autokorelasi dan
layak digunakan untuk dilakukan prediksi penelitian.
3.
Hasil
Uji Multikolinieritas
Multikolinearitas
adalah suatu kondisi di mana terjadi korelasi yang kuat di antara
variabel-variabel bebas (predictors) yang diikutsertakan dalam
pembentukan model regresi linear. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antarvariabel bebas (predictors).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
bebas atau tidak terjadi multikolinearitas. Jika variabel bebas saling
berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal
adalah variabel bebas yang nilai korelasi antarsesama variabel� bebas�
sama dengan nol.
Dengan
ketentuan bahwa apabila nilai VIF > 10 atau jika nilai tolerance value <
0,1 maka terjadi multikolinearitas. Namun, apabila nilai VIF < 10 atau jika
nilai tolerance value > 0,1 maka tidak terjadi multikolinearitas. Hasil
perhitungan dengan bantuan software IBM SPSS Statistics version 23.0, diperoleh
hasil uji multikolinearitas, sebagai berikut.
Tabel
17 Hasil
Uji Multikolinearitas
Variabel |
Tolerance |
VIF |
Keterangan |
Hybrid
Working (X1) |
0.530 |
1.886 |
Tidak ada multikolinearitas |
Gaya
Kepemimpinan (X2) |
0.424 |
2.358 |
Tidak ada multikolinearitas |
Motivasi
(X3) |
0.318 |
3.143 |
Tidak ada multikolinearitas |
Sumber
: Hasil Output SPSS, 2023
Dari
tabel 17 dapat
didapatkan nilai tolerance yang lebih dari 0.01 dan nilai VIF <10, yang
memiliki arti bahwa antar variabel bebas tidak ada multikolinieritas. Seluruh
variabel bebas (Hybrid Working, Gaya Kepemimpinan, dan Motivasi) dalam
penelitian ini tidak berkorelasi antara variabel bebas satu dengan variabel
bebas lainnya sehingga layak untuk digunakan pada regresi linear berganda.
4.
Hasil
Uji Heteroskedastisitas
Uji
heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
terdapat kesamaan atau ketidaksamaan varian antara pengamatan yang satu dengan
pengamatan yang lainnya. Pengujian heteroskedastisitas menggunakan grafik
scatterplot. Dalam suatu model regresi yang baik, biasanya tidak mengalami
heteroskedastisitas. Melalui grafik scatterplot dapat terlihat suatu
model regresi mengalami heteroskedastisitas atau tidak. Jika terdapat pola
tertentu dalam grafik maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
Hasil perhitungan dengan bantuan software IBM SPSS Statistics Version 22.0,
diperoleh hasil uji heteroskedastisitas dalam bentuk grafik scatterplot,
sebagai berikut
:
����������������������� Gambar
2 Grafik
Scatterplot
Sumber : Hasil Output SPSS, 2023
Pada
gambar di atas menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak serta
tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi dalam penelitian ini.
C. Hasil Koefisien Korelasi
dan Determinasi
1.
Analisis
Hasil Koefisien Korelasi
Analisis
koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui arah dan kuatnya hubungan antar
dua variabel atau lebih. Arah dinyatakan dalam bentuk hubungan positif dan negatif,
sedangkan kuat atau lemahnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien
korelasi (Sugiyono, 2018). Menurut Sugiono (2018), Klasifikasi untuk menentukan
hubungan antar variabel ditetapkan sebagai berikut :
Nilai
0.000 � 0.199 = Sangat rendah
Nilai
0.20 � 0.399 = rendah
Nilai
0.40 � 0.599 = sedang
Nilai
0.60 � 0.799 = Tinggi/ kuat
Hasil
penghitungan dengan bantuan software IBM SPSS Statistics Version 22.0,
diperoleh hasil koefisien korelasi, sebagai berikut:
Tabel
18 Hasil
Uji Koefisien Korelasi
Nilai
Pearson Correlation |
Nilai
Sig. |
Kesimpulan |
|
X1
dengan Y |
0.681 |
0.000 |
Ada Korelasi kuat/ tinggi |
X2
dengan Y |
0.557 |
0.000 |
Ada Korelasi sedang |
X3
dengan Y |
0.817 |
0.000 |
Ada Korelasi kuat/tinggi |
Sumber : Output SPSS, 2023
Berdasarkan
tabel 18 hasil
uji koefisien korelasi, dapat disimpulkan bahwa :
1.
Hasil
korelasi X1 dengan Y, didapat nilai pearson correlation sebesar 0.681
maka memiliki hubungan korelasi yang kuat dengan arah yang positif. Hal ini
berarti bahwa apabila variabel X1 mengalami kenaikan, maka variabel Y juga akan
meningkat. Sedangkan untuk hasil nilai signifikan sebesar 0.000 < 0.05
memiliki arti bahwa terdapat hubungan korelasi yang signifikan antara variabel hybrid
working dengan variabel kepuasan kerja.
2.
Hasil
korelasi X2 dengan Y, didapat nilai pearson correlation sebesar 0.557
maka memiliki hubungan korelasi yang sedang dengan arah yang positif. Hal ini
berarti bahwa apabila variabel X2 mengalami kenaikan, maka variabel Y juga akan
meningkat. Sedangkan untuk hasil nilai signifikan sebesar 0.000 < 0.05
memiliki arti bahwa terdapat hubungan korelasi yang signifikan antara variabel
gaya kepemimpinan dengan variabel kepuasan kerja.
3.
Hasil
korelasi X3 dengan Y, didapat nilai pearson correlation sebesar 0.817
maka memiliki hubungan korelasi yang sangat kuat dengan arah yang positif. Hal
ini berarti bahwa apabila variabel X3 mengalami kenaikan, maka variabel Y juga
akan meningkat. Sedangkan untuk hasil nilai signifikan sebesar 0.000 < 0.05
memiliki arti bahwa terdapat hubungan korelasi yang signifikan antara variabel
motivasi dengan variabel kepuasan kerja.
2.
Analisis
Hasil Koefisien Determinasi
Uji
koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2016).� Nilai koefisien determinasi adalah antara nol
dan satu. Nilai R2 yang kecil menunjukkan bahwa kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Adapun hasil koefisien
determinasi menggunakan software IBM SPSS Statistics Version 23.0 sebagai
berikut:
Tabel 19 �Hasil Koefisien Determinasi
Variabel |
Hasil Koefisien
Determinasi |
|
X1, X2, X3 |
0.74 |
74 % |
X1 |
0.46 |
46% |
X2 |
0.31 |
31% |
X3 |
0.70 |
70% |
Sumber:
Hasil Output SPSS, 2023
Berdasarkan tabel 19 didapatkan r square sebesar
0.74 sehingga disimpulkan bahwa X1, X2, dan X3 memiliki kontribusi terhadap Y
sebesar 74% sedangkan sisanya sebesar 26% diperngaruhi oleh variabel diluar
penelitian. Variabel hybrid working terhadap kepuasan kerja memiliki kontribusi
sebesar 46%. Variabel gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja memiliki
kontribusi sebesar 31% dan variabel motivasi memiliki kontribusi terhadap
kepuasan kerja sebesar 70%.
D. Hasil Uji Hipotesis
1.
Persamaan
Regresi Berganda
Hasil
uji regresi berganda dengan menggunakan software IBM SPSS Statistics Version
22.0, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel
20 Hasil
Analisis Rregresi Berganda
Variabel
Koefisien |
|
Kostanta |
11.026 |
Hybrid Working (X1) |
0.202 |
Gaya Kepemimpinan (X2) |
-
0.198 |
Motivasi (X3) |
1.253 |
Sumber:
Hasil Output SPSS, 2023
Berdasarkan
hasil yang telah diperoleh dari analisis regresi linear berganda di atas, maka
dapat dibuat suatu persamaan regresi, sebagai berikut.
Y
= α + β1X1 + β2X2 + β3X3
Y
= 11,026 + 0,202 X1 � 0,198 X2 + 1,253 X3
Keterangan
:
Y�������������������� : Variabel terikat
�������������������� : Konstanta
β1,β2,β3���������� : Koefisien regresi untuk variabel
bebas 1, 2 dan 3
X1
X2 X3�������� : Variabel bebas 1, 2 dan 3
Dari
persamaan di atas, maka dapat diinterpretasikan:
1.
α
= 11,026, artinya bahwa apabila variabel bebas (predictors) (hybrid
working, gaya kepemimpinan dan motivasi) diasumsikan 0 (nol) maka kinerja
pegawai sebesar 11,026
2.
X1
= 0,202, artinya bahwa jika variabel hybrid working (X1) bertambah 1
(satu) poin, sementara variabel bebas (predictors) lainnya (hybrid
working, gaya kepemimpinan dan motivasi) bersifat tetap, maka kepuasan
kerja mengalami peningkatan sebesar 0,202. Nilai koefisien regresi untuk
variabel hybrid working (X1) bernilai positif memiliki arti bahwa dengan
adanya hybrid working maka akan semakin meningkatkan kepuasan kerja.
3.
X2
= 0.198, artinya bahwa jika gaya kepemimpinan (X2) bertambah 1 (satu) poin,
sementara variabel bebas (predictors) lainnya (Hybrid working dan
motivasi) bersifat tetap, maka kepuasan kerja akan mengalami pengurangan
sebesar 0.198
4.
X3
= 2,253, artinya bahwa jika motivasi (X3) bertambah 1 (satu) poin, sementara
variabel bebas (predictors) lainnya (hybrid
working dan gaya kepemimpinan) bersifat tetap, maka kepuasan kerja
mengalami peningkatan sebesar 2,253. Nilai koefisien regresi untuk variabel
motivasi (X3) bernilai positif berarti bahwa semakin tinggi nilai motivasi maka
akan semakin meningkatkan kepuasan kerja.
2.
Hasil
Uji T (Uji Signifikan Parsial)
Untuk
melakukan uji terhadap hipotesis 1,2 dan 3 dilakukan pengujian t (parsial).
Menurut Sugiyono (2018:184), Uji t yang dikenal dengan uji parsial digunakan
untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independent terhadap variabel
dependen. Apabila nilai signifikansi < 0.05 atau t hitung > t tabel maka
dapat dikatakan bahwa ada pengaruh nyata variabel X terhadap variabel Y.
Df = n � k = 50 � 4 = 46,
maka nilai t tabel = 2,01290
Hasil
uji t dengan menggunakan software IBM SPSS Statistics Version 23.0, sebagai
berikut:
Tabel 21� Hasil
Uji t
Nilai
t |
t
Tabel |
Nilai
Sig. |
|
Hybrid
Working
(X1) |
2,037 |
2,012 |
0,047 |
Gaya
Kepemimpinan (X2) |
-
1,700 |
2,012 |
0,096 |
Motivasi
(X3) |
6,329 |
2,012 |
0,000 |
Sumber : Output SPSS, 2023
Berdasarkan hasil analisis uji t
pada tabel 4.17 dapat disimpulkan sebagai berikut :
Tabel 22 Rangkuman Hasil Hipotesis
Hipotesis |
Sign |
Simpulan |
Hasil
Uji Hipotesis |
|
1 |
Hybrid
working
terhadap kepuasan pekerja |
0.047 |
Berpengaruh
signifikan |
H1
diterima |
2 |
Gaya
Kepemimpinan terhadap Kepuasan pekerja |
0.096 |
Tidak
Berpengaruh signifikan |
H1
ditolak |
3 |
Motivasi
terhadap kepuasan pekerja |
0.000 |
Berpengaruh
signifikan |
H1
diterima |
4 |
Hybrid
working,
gaya kepemimpinan dan motivasi pekerja terhadap kepuasan pekerja |
0.000 |
Berpengaruh
signifikan |
H1
diterima |
Variabel
X1 didapatkan T hitung sebesar 2.03 > 2.012 dan nilai sig 0.047 < 0.05
disimpulkan bahwa variabel hybrid working berpengaruh signifikan terhadap
kepuasan kerja, maka H1 diterima dan H0 ditolak. Dalam perusahaan tempat
penelitian ini dilakukan yaitu salah satu start up telekonsultasi medis,
sejalan dengan hasil penelitian dan penelitian terdahulu dimana memang umumnya
karyawan khususnya para dokter lebih memilih sistem hybrid working
sebagai penunjang kepuasannya dalam bekerja.
Karyawan
lebih memilih hybrid working sebagai sistem yang dijalani karena dengan
adanya hybrid working karyawan dapat menghindari kemacetan ketika
melakukan perjalanan ke kantor. Seperti yang diketahui bahwa dengan hambatan
terbesar dalam sebuah perjalanan ke kantor adalah kemacetan jalanan yang dapat
berpengaruh kepada faktor stress. Hal ini juga sesuai dengan nilai R2 dari
variabel hybrid working yang memiliki persentase cukup besar yaitu 46%.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Putri (2021:62) dan Mungkasa (2020), yang menyatakan bahwa adanya pengaruh yang
baik terhadap sistem hybrid working dengan kepuasan kerja karyawan.
Variabel
X2 didapatkan T hitung sebesar -1.700 < 2.012 dan nilai sig 0.096 > 0.05
disimpulkan bahwa variabel gaya kepemimpinan tidak berpengaruh signifikan
terhadap kepuasan kerja, maka H2 ditolak dan H0 diterima. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian Ali (2018:12), yang menyatakan bahwa tidak adanya
pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja. Nilai R2 dari
variabel gaya kepemimpinan yang memiliki persentase sangat kecil terhadap kepuasan
kerja dibandingkan dengan variabel lain yaitu 31%. Tidak signifikan nya gaya
kepemimpinan terhadap kepuasan kerja dapat disebabkan karena adanya
karakteristik responden dimana dokter cenderung memiliki karakteristik yang
berbeda dibandingkan dengan karyawan lainnya, sehingga karyawan dokter menuntut
gaya kepemimpinan tertentu yang sesuai dengan keunikannya, atau bisa jadi
terdapat kurang akurat nya proses pengambilan data dalam penelitian ini. Hasil
penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian dari Ali (2018), yang
menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kepuasan
kerja.
Variabel
X3 didapatkan T hitung sebesar 6.329 > 2.012 dan nilai sig 0.047 < 0.05
disimpulkan bahwa variabel motivasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan
kerja, maka H3 diterima dan H0 ditolak. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
dari Rahayu (2020) dan Yusuf (2020), yang menyatakan bahwa motivasi kerja
memiliki pengaruh nyata terhadap kepuasan kerja. Motivasi didalam perusahaan
salah satu start up telekonsultasi medis di Indonesia sangat berpengaruh
didalam kepuasan kerja karyawan, hal ini dikarenakan adanya motivasi internal
yang sangat kuat, yaitu adanya rasa bertanggung jawab yang tinggi terhadap apa
yang dikerjakan. Responden dalam penelitian ini adalah para dokter yang
memiliki rasa bertanggung jawab yang tinggi terhadap pekerjaan mereka yaitu
pasien karena setiap dokter sudah melakukan janji untuk memberikan hal terbaik
dalam pelayanannya. Pernyataan ini juga dibuktikan dengan adanya nilai R2 dari
variabel motivasi yang memiliki persentase sangat besar terhadap kepuasan kerja
dibandingkan dengan variabel lain yaitu 70%.
3.
Hasil
Uji F (Simultan)
Uji
F (Pengaruh Simultan) digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas hybrid
working (X1), gaya kepemimpinan (X2), dan motivasi (X3) terhadap variabel
terikat (Y) secara bersama-sama. Jika nilai signifikansi < 0,05 atau Fhitung
> F tabel maka terdapat pengaruh variabel X secara simultan terhadap
variabel Y.
F tabel = (k ; n-k) = (3 ; 50-3) =
(3 ; 47) =� 2,802
Pengujian dilakukan
menggunakan software IBM SPSS Statistics version 22,0 diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel 23 Hasil uji F
Nilai
Sig. |
|
43,732 |
0.000 |
Sumber
: Output SPSS, 2023
Berdasarkan tabel 23 Hasil Uji F, diperoleh
nilai F sebesar 43,732 sehingga lebih besar dibandingkan 2,802 dengan
signifikansi 0.000 sehingga lebuh kecil 0,05. Hal ini mengindikasikan bahwa
variabel hybrid working, gaya kepemimpinan dan motivasi secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel kepuasan kerja.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis
pengaruh sistem hybrid
working, gaya kepemimpinan,
dan motivasi maka diperoleh beberapa kesimpulan bahwa hasil pengujian deskriptif menunjukkan bahwa pada umumnya setiap indikator dan dimensi hybrid working, gaya kepemimpinan dan motivasi terhadap kepuasan pekerja pada salah satu perusahaan start up telekonsultasi medis di Indonesia
memiliki skor rata-rata
yang seimbang antara sangat
baik dan baik
DAFTAR PUSTAKA
Amoah-Mensah, Aborampah, & Darkwa, Patrick. (2020). LEADERSHIP
STYLES OF OWNER-MANAGERS AND EMPLOYEES�PERFORMANCE: THE MODERATING ROLE OF AGE
AND EXPERIENCE.
Auer Antoncic, Jasna, & Antoncic,
Bostjan. (2011). Employee satisfaction, intrapreneurship and firm growth: a
model. Industrial Management & Data Systems, 111(4), 589�607.
Bahri, Syaiful, & Nisa, Yuni
Chairatun. (2017). Pengaruh pengembangan karir dan motivasi kerja terhadap
kepuasan kerja karyawan. Jurnal Ilmiah Manajemen Dan Bisnis, 18(1),
9�15.
Fadli, Muhammad Rijal. (2021).
Memahami desain metode penelitian kualitatif. Humanika, Kajian Ilmiah Mata
Kuliah Umum, 21(1), 33�54.
Fernanda, Rahadian, & Sagoro,
Endra Murti. (2016). Pengaruh kompensasi, kepuasan kerja, motivasi kerja dan
gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan. Nominal: Barometer Riset
Akuntansi Dan Manajemen, 5(2), 81�95.
Flores, Marivic F. (2019).
Understanding the challenges of remote working and it�s impact to workers. International
Journal of Business Marketing and Management (IJBMM), 4(11), 40�44.
Ghozali, Imam. (2016). Aplikasi
Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Hussain, Syed Durrab, Khaliq, Abdul,
Nisar, Qasim Ali, Kamboh, Aamir Zamir, & Ali, Shahzad. (2019). The impact
of employees� recognition, rewards and job stress on job performance: Mediating
role of perceived organization support. SEISENSE Journal of Management, 2(2),
69�82.
Iqbal, Kanwar Muhammad Javed, Khalid,
Farooq, & Barykin, Sergey Yevgenievich. (2021). Hybrid workplace: The
future of work. In Handbook of Research on Future Opportunities for
Technology Management Education (pp. 28�48). IGI Global.
Mubaroqah, S. T. Mubaroqah S. T.,
& Yusuf, Muhammad. (2020). Pengaruh motivasi kerja terhadap kepuasan kerja
pegawai pada dinas pertanian kotabima. KINERJA, 17(2), 222�226.
Nurudin, Nurudin. (2020). The effect
of work motivation on performance with job satisfaction as an intervening
variable in the Faculty of Economics and Business, UIN Walisongo Semarang. Journal
of Islamic Economics, Management, and Business (JIEMB), 2(1), 31�48.
Suwaji, Rifki. (2019). Pengaruh
Motivasi Kerja, Kepemimpinan Dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kinerja
Karyawan Serta Dampaknya Pada Kinerja Perusahaan. MAPAN: Jurnal Manajemen
Akuntansi Palapa Nusantara, 4(1), 48�54.
Vasconcelos, Patr�cia, Furtado,
Elizabeth, & Pinheiro, Pl�cido. (2015). A hybrid approach for modeling
alternatives of flexible working. Procedia Computer Science, 55,
748�757.
Wontorczyk, Antoni, &
Rożnowski, Bohdan. (2022). Remote, Hybrid, and On-Site Work during the
SARS-CoV-2 Pandemic and the Consequences for Stress and Work Engagement. International
Journal of Environmental Research and Public Health, 19(4), 2400.
Yanoto, Alfian. (2018). Pengaruh gaya
kepemimpinan terhadap kepuasan kerja melalui motivasi dan kinerja karyawan PT.
Nutrifood Indonesia di Surabaya. Agora, 6(1).
This
work is licensed under a Creative
Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License. |