JURNAL SOSIAL DAN SAINS VOLUME 3
NOMOR 3 2023 P-ISSN 2774-7018, E-ISSN 2774-700X |
||
PENERAPAN QFD
BERBASIS ANALISA HOQ DALAM UPAYA PENINGKATAN DAN PERBAIKAN KUALITAS LAYANAN
PUSKESMAS � Candra
Yoga Pamungkas, Usman Universitas Dian Nuswantoro Email : [email protected],
[email protected] |
||
Kata kunci: Puskesmas, Quality Function Deployment, House
of Quality, Service Quality. Keywords: Community Health Center,
Quality Function Deployment, House of Quality, Service Quality. |
ABSTRAK Latar Belakang : Puskesmas merupakan instansi pemerintah dengan fokus penyedia layanan kesehatan berbasis non-profit. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengukur skala atribut kualitas layanan berdasarkan dari beberapa dimensi kualitas. Fenomena permasalahan yang sering muncul berdasarkan umpan balik pasien yang telah berkunjung seperti pelayanan lama, pemberian obat kurang memuaskan, staf customer service kurang informatif, dan ruang tunggu kurang luas dan nyaman. Metode : Metode
Quality Function Deployment dengan analisa House of Quality sehingga
mampu mendefinisikan kebutuhan konsumen menjadi respon teknis instansi berdasarkan prioritas utama dalam memperbaiki
dan meningkatkan kualitas
layanan. Hasil : Kuesioner penelitian diberikan kepada 100 pasien yang berkunjung ke Puskesmas Kagok Semarang dan jumlah tersebut layak untuk dijadikan bahan penelitian karena masih berada di batas minimal sampel
yang dibutuhkan. Hasil olah
data menunjukkan bahwa jumlah responden berdasarkan jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada jumlah responden laki-laki dengan presentase masing-masing
64% dan 36%. Kesimpulan: Kesimpulan dapat diketahui bahwa terdapat beberapa atribut memerlukan perbaikan dan bersifat krusial untuk menyelesaikan permasalahan dalam upaya meningkatkan kualitas layanan pada Puskesmas Kagok. ABSTRACT Background: Puskesmas is a government agency with a focus on non-profit
health service providers. Purpose: This study
aims to identify and measure service quality attribute scales based on
several quality dimensions. The phenomenon of problems that often arise based
on feedback from patients who have visited such as long service,
unsatisfactory medication administration, uninformative customer service
staff, and less spacious and comfortable waiting room. Method: Quality
Function Deployment method with House of Quality analysis so as to be able to
define consumer needs into agency technical responses based on top priorities
in improving and improving service quality. Results: The
research questionnaire was given to 100 patients who visited the Kagok Health Center in Semarang
and this number was feasible to be used as research material because it was
still within the required minimum sample limit. The results of data
processing showed that the number of respondents based on female sex was more
than the number of male respondents with a percentage of 64% and 36%
respectively. Conclusion: In
conclusion, it can be seen that there are several attributes that require
improvement and are crucial to solving problems in an effort to improve the
quality of services at the Kagok Health Center. |
|
PENDAHULUAN
Puskesmas
adalah unit fasilitas/instansi dari pemerintah berbasis non-profit
bergerak di bidang pelayanan kesehatan masyarakat dalam melayani kebutuhan
masyarakat serta menunjang kesehatannya dengan harga terjangkau hingga gratis.
Menurut PERMENKES No. 43 Tahun 2019 �Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif di wilayah kerjanya�. Istilah promotif dan preventif
ini memiliki makna yaitu peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Saat
ini Kota Semarang memiliki 37 Puskesmas di berbagai cakupan wilayah berdasarkan
data dari Pusat Informasi Publik (PIP) Kota Semarang meliputi 12 puskesmas
rawat inap (advance) dan 25 puskesmas non rawat inap (reguler)
serta ditambah dengan 35 puskesmas pembantu dan 37 puskesmas keliling. Selama 3
tahun terakhir Kota Semarang mengalami perubahan jumlah penduduk. Hal tersebut
dibuktikan berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik periode tahun 2019
hingga 2021 yaitu: (1) Tahun 2019 sejumlah 1.814.110 jiwa, (2) Tahun 2020
sejumlah 1.653.524 jiwa, (3) Tahun 2021 sejumlah 1.656.564 jiwa. Bedasarkan
PERMEN No.54 tahun 2010 dihasilkan rasio terhitung dari jumlah puskesmas,
pustu, dan poliklinik terhadap jumlah penduduk pada tahun 2019-2021 yaitu
0,0965, 0,1058, 0,1056, kemudian dihasilkan rasio terhitung dari jumlah
fasilitas per kecamatan yaitu 2,3125, maka kebutuhan layanan kesehatan Kota
Semarang belum tercukupi dan didukung dengan data kunjungan pasien di Puskesmas
Kagok dalam 3 tahun terakhir mengalami peningkatan signifikan berdasarkan data
olahan internal yang diperoleh yaitu: (1) Tahun 2019 jumlah pasien 6.186 (L)
dan 10.474 (P), (2) Tahun 2020 jumlah pasien 9.840 (L) dan 14.047 (P), (3)
Tahun 2021 jumlah pasien 11.004 (L) dan 15.732 (P). Menurut KEMENKES RI (2017)
salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur jangkauan penduduk terhadap
puskesmas adalah jumlah puskesmas per 30.000 penduduk sehingga menghasilkan
persentase kunjungan pasien terhitung tahun 2019-2021 di Puskesmas Kagok yaitu
55,5%, 79,6%, 89,1%. Disimpulkan bahwa jumlah penduduk berpengaruh positif
terhadap jumlah kebutuhan fasilitas layanan kesehatan dengan standar harapan
pengunjung (pasien) yang dibuktikan dengan peningkatan jumlah/persentase
kunjungan pasien pada salah satu puskesmas di Kota Semarang.
Berdasarkan
penjelasan tersebut dinyatakan bahwa pelayanan kesehatan sebagai sarana utama
dalam menjamin keberlangsungan hidup. Sebagaimana PP No. 47 Tahun 2016
merumuskan beberapa jenis fasilitas pelayanan kesehatan terhadap unsur-unsur
tertentu yang terdiri dari tempat praktik mandiri tenaga kesehatan, pusat
kesehatan masyarakat, klinik, rumah sakit, apotek, unit transfusi darah,
laboratorium kesehatan, optikal, fasilitas pelayanan kedokteran untuk
kepentingan hukum, dan fasilitas pelayanan kesehatan tradisional. Peraturan
fasilitas dan layanan puskesmas seluruh Indonesia telah diatur dalam PERMENKES
No. 43 Tahun 2019 yang terdiri dari dokter gigi, tenaga kesehatan lainnya serta
tenaga nonkesehatan. Adapun rincian tenaga kesehatan lainnya meliputi perawat,
bidan, tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku, tenaga sanitasi lingkungan,
nutrisionis (gizi), tenaga apoteker/kefarmasian serta ahli teknologi
labortorium medik.
Puskesmas
Kagok merupakan layanan kesehatan milik Pemerintah Kota Semarang dengan
kategori puskesmas non rawat inap telah memenuhi peraturan dari Menteri
Kesehatan mengenai persyaratan fasilitas dan layanan yang berlokasi di Jalan
Telomoyo No.3, Kelurahan Wonotingal, Kecamatan Candisari. Puskesmas Kagok
memiliki 4(empat) wilayah kerja yaitu Kelurahan Wonotingal, Candi, Tegalsari,
dan Kaliwiru serta berada di lokasi strategis berdekatan dengan 1 rumah sakit
swasta dan 2 klinik pratama sehingga menjadikan Puskesmas Kagok sebagai
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sebelum dirujuk ke tingkat
selanjutnya (FKTRL).
Hasil
pra-survey yang telah dilakukan pada 17 Oktober 2022 dengan menggunakan
kuesioner terbuka kemudian menyebarkannya ke 6 pasien dengan penggolongan
identitas berdasarkan jenis kelamin, usia, tempat tinggal dan reputasi waktu
kunjungan pasien. Dari pra-survey ditemukan berbagai macam keluhan pasien dalam
kategori pelayanan yaitu pelayanan penanganan lama, antrian panggilan cukup
lama, cari surat rujukan sampai dua jam, permohonan surat ijin sakit dibikin ribet,
pemberian obat kurang memuaskan, staf customer service terlalu berpedoman
terhadap SOP saat mengatasi calon pasien yang hendak bertanya dan kurang
informatif serta terdapat berbagai macam keluhan pasien dalam kategori
fasilitas diantaranya ruang tunggu kurang luas, sistem penataan kursi tunggu
masih berpedoman terhadap aturan kondisi pandemi COVID beberapa waktu lalu,
jarak kursi depan dengan belakang terlalu dekat. Dalam upaya memenuhi keluhan
daripada harapan pasien berupa peningkatan dan/atau perbaikan layanan serta
fasilitas, maka pihak berwenang dalam mengelola puskesmas terkait disarankan
untuk segera melakukan peningkatan dan/atau perbaikan kualitas layanan serta
fasilitas dalam mendukung kelancaran kegiatan operasional puskesmas dengan baik
dan tersusun.
Dewi et al., (2018)
menyatakan bahwa salah satu faktor peningkat kesetiaan dan kepuasan pelanggan
yaitu mutu pelayanan. Menurut Ellina et al.,
(2019) apabila kinerja lebih besar dari
harapan sesaat, maka pelanggan/pengunjung akan sangat puas. Mutu adalah
kesesuaian terhadap kebutuhan. Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan
kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai
dengan standar dan kode etik profesi (bppsdmk.kemkes, 2016). Dalam upaya
peningkatan atau perbaikan aspek kualitas dapat diperoleh berdasarkan VoC (Voice
of Customer) sehingga dapat dianalisis menggunakan berbagai macam metode
peningkatan dan perbaikan kualitas seperti QFD (Quality Function Deployment)
dan menggunakan alat analisa HoQ (House of Quality) dengan cara
merumuskan komponen yang mendasarinya sehingga menghasilkan output terjemahan
berbentuk model struktur dari rumah kualitas/HoQ.
QFD
pertama kali dikembangkan oleh Mitshubishi�s Kobe Shipyard tahun 1972 di Jepang
dan diadopsi oleh Amerika Serikat pada tahun 1986. QFD memiliki fokus utama
pada pelanggan yang terlibat dalam melakukan proses pengembangan produk dengan
cepat karena pelanggan tidak akan puas dengan satu produk saja. Umumnya QFD
dapat membantu pendefinisian unit pengukuran tertentu serta memberikan kerangka
kerja untuk evaluasi trade-offs dari fitur desain yang ada. QFD berbasis
analisa HoQ dapat menerjemahkan hasil VoC yang diperoleh berdasarkan data survey
ke dalam problem solving berupa perumusan technical response (HOWs?)
yang akan berpengaruh baik terhadap perubahan berdasarkan pada (WHATs?)
atau keinginan pengunjung (pasien). Dengan demikian, QFD berbasis HoQ ini
dipandang sesuai dan dapat digunakan sebagai kerangka kerja analisis untuk
penelitian ini
Metode
penelitian QFD sudah pernah diterapkan oleh peneliti terdahulu di beberapa
objek layanan kesehatan berupa instansi pemerintah ataupun swasta. Namun
kenyataannya penerapan QFD dalam layanan kesehatan hanya sebatas membahas
atribut jasa/pelayanan dengan menggunakan analisa servqual, IPA (Importance
and Performance Analysis) dan KANO serta HoQ tanpa memperhatikan atribut
fasilitasnya. Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Wilujeng & Rembulan
(2019) dan penelitian lainnya pada objek
lokasi layanan kesehatan di Rusia dilakukan oleh Nikolaeva et al.,
(2021) bahwa kedua penelitian tersebut sebatas
membahas atribut jasa/pelayanan serta penelitian oleh Fauziah et al.,
(2019); Dewi et al., (2018) dan Yuliani, (2018) lebih didominasi dengan atribut
jasa/pelayanan daripada atribut fasilitasnya.
Pada
penerapan perbaikan/peningkatan kualitas di lapangan menggunakan metode lain
disebut dengan RTL (Rencana Tindak Lanjut) yang memiliki tujuan hampir sama
dengan metode penelitian terapan ini, tetapi perbaikan yang dilakukan hanya
berdasar pada salah satu atribut secara bertahap dan tidak berdasarkan
prioritas utama. Oleh karena itu, penting mempertimbangkan penggunaan 2 atribut
yaitu atribut pelayanan dan atribut fasilitas. Kedua atribut ini memiliki
hubungan erat dalam memenuhi kebutuhan pasien ataupun meningkatkan kualitas
secara terstruktur, menyeluruh dan merata. Dengan demikian penelitian ini
diharapkan dapat memperbaiki metode RTL dengan memperhatikan dukungan antar atribut
serta memiliki tujuan akhir yaitu melakukan perbaikan/peningkatan kualitas
layanan puskesmas secara terstruktur, menyeluruh dan merata berdasarkan
prioritas utama.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini mengadopsi metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif untuk mengetahui
hasil Voice of Customers-(WHATs?) yang berasal dari kuesioner kemudian
merumuskan serta mendeskripsikan variabel technical responses-(HOWs?)
yang digunakan pada suatu kondisi tertentu. Variabel penelitian ini adalah
kualitas pelayanan di Puskesmas dengan responden sejumlah 100 orang. QFD
berbasis analisa HoQ merupakan langkah yang digunakan. Dalam penelitian ini
menerapkan beberapa langkah penelitian yang telah dilakukan oleh Yuliani (2018)
dengan menyederhanakan kegiatan penelitiannya sebagai berikut:
2 1 3 5 4 3
.
Gambar 1 House of Quality
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kuesioner
penelitian diberikan kepada 100 pasien yang berkunjung ke Puskesmas Kagok
Semarang dan jumlah tersebut layak untuk dijadikan bahan penelitian karena
masih berada di batas minimal sampel yang dibutuhkan. Hasil olah data
menunjukkan bahwa jumlah responden berdasarkan jenis kelamin perempuan lebih
banyak daripada jumlah responden laki-laki dengan presentase masing-masing 64%
dan 36%. Penggolongan data jumlah responden berdasarkan usia remaja 10-19 tahun
sebanyak 9%, usia dewasa 19-44 tahun sebanyak 81%, usia pra-lansia 45-59 tahun
sebanyak 8% dan sisanya usia lansia 60 tahun keatas sebanyak 2%. Ditetapkannya
klasifikasi usia tersebut berdasarkan PERMENKES No. 25 Tahun 2016 yang terdiri
dari usia bayi, balita, anak pra-sekolah, anak, remaja, dewasa, pra-lansia dan
lansia dengan hasil analisa siklus hidup ditemukan berbagai masalah kesehatan.
Penggolongan
data jumlah responden berdasarkan tempat tinggal dalam wilayah jangkauan
sebanyak 58%, luar wilayah jangkauan sebanyak 27% dan sisanya luar kota sebanyak
15%. Kemudian presentase reputasi waktu kunjungan pasien dalam satu bulan
terakhir didominasi 84% berkunjung 1 kali, berkunjung 2 kali sebanyak 12%,
berkunjung 4 kali sebanyak 2% dan sisanya berkunjung 3 dan 5 kali masing-masing
1%. Pada umumnya kunjungan kembali ke puskesmas dilakukan dalam waktu terdekat
setelah 3 hari dari masa obat yang diberikan oleh puskesmas dan waktu kunjungan
kembali terlama hingga 1 bulan biasanya sering terjadi pada ibu hamil yang
sehat untuk melakukan check-up bulanan. Berikut
adalah hasil data kesenjangan (GAP) antara
Perceived dan Expected.
Tabel
1 data kesenjangan (GAP) antara
Perceived dan Expected
Pertanyaan |
Expected |
Perceived |
GAP |
Bukti Fisik (Tangible) |
|
|
|
Ruang tunggu pasien dalam
keadaan nyaman |
4,53 |
3,82 |
-0,71 |
Penataan kursi dan
atribut dalam keadaan rapi |
4,46 |
3,88 |
-0,58 |
Ketersediaan lahan parkir
yang luas |
4,36 |
3,61 |
-0,75 |
Jaminan (Assurance) |
|
|
|
Petugas bersikap sopan |
4,56 |
4,31 |
-0,25 |
Perilaku Petugas
(dokter/perawat) dapat membuat pasien percaya |
4,58 |
4,27 |
-0,31 |
Petugas memiliki
pengetahuan dalam menjawab pertanyaan |
4,53 |
4,2 |
-0,33 |
Daya
Tanggap (Responsiveness) |
|
|
|
Petugas bersikap
informatif |
4,53 |
4,28 |
-0,25 |
Petugas memberikan
layanan dengan cepat |
4,53 |
4,2 |
-0,33 |
Petugas bersedia membantu
pasien |
4,59 |
4,32 |
-0,27 |
Kehandalan (Reliability) |
|
|
|
Pelayanan yang diberikan
petugas (dokter/perawat) dapat diandalankan |
4,54 |
4,22 |
-0,32 |
Waktu pelayanan sesuai
dengan rencana dan kesepakatan |
4,52 |
4,12 |
-0,40 |
Petugas (dokter/perawat)
memiliki pengetahuan akurat tentang diagnosa dan pemberian obat |
4,68 |
4,22 |
-0,46 |
Empati (Empathy) |
|
|
|
Puskesmas peduli akan
kepentingan pasien |
4,56 |
4,29 |
-0,27 |
Jam operasional puskesmas
berjalan tepat waktu |
4,45 |
4,2 |
-0,25 |
Petugas peduli akan
kebutuhan individual pasien |
4,17 |
4,17 |
0,00 |
Tabel tersebut menunjukkan
bahwa terdapat 5 dimensi servqual yang terdiri dari 15 atribut kualitas diantaranya 14 atribut menunjukkan hasil GAP negatif dan 1 atribut tidak menghasilkan
GAP (netral). Diketahui dimensi Bukti Fisik
(Tangible) menghasilkan GAP terbesar yaitu -0,68, setelah itu dimensi
Kehandalan (Reliability)
menghasilkan GAP -0,39, dimensi
Jaminan (Assurance) menghasilkan
GAP -0,30, dan dimensi Daya Tanggap
(Responsiveness) menghasilkan
GAP -0,28 serta dimensi Empati (Empathy) menghasilkan GAP -0,17. Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan yang diberikan kepada pasien belum maksimal. Berikut adalah hasil penyusunan
matriks HoQ:
1. Bagian 1 Voice of Customer (WHATs).
Hasil olah data pada bagian ini
diperoleh dari pengembangan
data pra-survey.
Tabel 2 Voice of
Customer
Pertanyaan |
Bukti Fisik (Tangible) |
Ruang tunggu pasien dalam
keadaan nyaman |
Penataan kursi dan
atribut dalam keadaan rapi |
Ketersediaan lahan parkir
yang luas |
Jaminan
(Assurance) |
Petugas bersikap sopan |
Perilaku Petugas
(dokter/perawat) dapat membuat pasien percaya |
Petugas memiliki
pengetahuan dalam menjawab pertanyaan |
Daya Tanggap (Responsiveness) |
Petugas bersikap
informatif |
Petugas memberikan
layanan dengan cepat |
Petugas bersedia membantu
pasien |
Kehandalan (Reliability) |
Pelayanan yang diberikan
petugas (dokter/perawat) dapat diandalankan |
Waktu pelayanan sesuai
dengan rencana dan kesepakatan |
Petugas (dokter/perawat)
memiliki pengetahuan akurat tentang diagnosa dan pemberian obat |
Empati (Empathy) |
Puskesmas peduli akan
kepentingan pasien |
Jam operasional puskesmas
berjalan tepat waktu |
Petugas peduli akan
kebutuhan individual pasien |
2. Bagian 2 Technical Response (HOWs). Hasil olah data pada bagian ini
diperoleh dari perumusan
dan perancangan bersama dengan pihak yang berwenang di dalam objek penelitian.
WHATs |
HOWs |
Ruang tunggu
pasien dalam keadaan nyaman |
Mengecek dan
membersihkan setiap saat |
Penataan kursi
dan atribut dalam keadaan rapi |
Merapikan
kursi dan atribut setiap saat |
Ketersediaan
lahan parkir yang luas |
Memperluas
lahan parkir |
Petugas
bersikap sopan |
Menerapkan
budaya 4S (Senyum, Sapa, Salam, Santun) |
Perilaku
Petugas (dokter/perawat) dapat membuat pasien percaya |
Menerapkan
professionalitas dan disiplin kerja |
Petugas
memiliki pengetahuan dalam menjawab pertanyaan |
Membina dan
melatih SDM yang ada |
Petugas
bersikap informatif |
Mengupayakan
untuk selalu up to date |
Petugas
memberikan layanan dengan cepat |
Mengupayakan
untuk menambah SDM |
Petugas
bersedia membantu pasien |
Meningkatkan
sikap peduli dan responsif setiap saat |
Pelayanan
yang diberikan petugas (dokter/perawat) dapat diandalankan |
Memberikan
pelayanan terbaiknya |
Waktu
pelayanan sesuai dengan rencana dan kesepakatan |
Selalu
berpedoman terhadap waktu yang direncanakan |
Petugas
(dokter/perawat) memiliki pengetahuan akurat tentang diagnosa dan pemberian
obat |
Meningkatkan
kualitas SDM yang bertugas |
Puskesmas
peduli akan kepentingan pasien |
Menyediakan
sarana penampung kritik dan saran |
Jam
operasional puskesmas berjalan tepat waktu |
Selalu
berpedoman terhadap aturan Dinas Kesehatan |
Petugas
peduli akan kebutuhan individual pasien |
Meningkatkan
dan menambah sarana konsultasi |
3.
Bagian 3 Correlation diantara beberapa atribut technical response.
Pada bagian ini terdapat kuat lemahnya
hubungan pada setiap atribut yang dibentuk.
Gambar 2 Correlation
4. Bagian 4 Relationship Matrix. Bagian ini berisi tentang kuat
lemahnya hubungan antara Voice of dengan
Technical Response
.
Gambar 3 Relation
Matrix
5.
Bagian 5 Technical Matrix. Bagian
ini berisi urutan/tingkatan prioritas tertinggi ke terendah dari Relationship
Matrix.
Gambar 4 Technical
Matrix
6.
Matriks Keseluruhan
Gambar 5 HoQ Matrix
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang didapatkan
dalam penelitian ini, diketahui bahwa terdapat beberapa atribut memerlukan perbaikan dan bersifat krusial untuk menyelesaikan permasalahan dalam upaya meningkatkan kualitas layanan pada Puskesmas Kagok diantaranya Pelayanan yang diberikan petugas (dokter/perawat) dapat diandalkan. Perbaikan tersebut berpengaruh signifikan terhadap terciptanya pelayanan terbaik kepada pasien ataupun
calon pasien yang berkunjung untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk menanggapi permasalahan tersebut maka diadakan pembinaan
dan pelatihan terhadap SDM
yang ada. Petugas (dokter/perawat) memiliki pengetahuan akurat tentang diagnosa dan pemberian obat. Dalam upaya
menanggapi keinginan atas dasar keluh
kesah pasien saat berobat maka
diadakan perbaikan. Perbaikan ini dapat
diwujudkan dengan cara mengadakan pelatihan khusus atau saling memberikan
motivasi kepada sesama dalam mewujudkan
kerja cepat dan tepat sesuai dengan
SOP yang berlaku.
Penataan kursi dan atribut dalam keadaan rapi.
Fokus perbaikan tersebut dapat dikategorikan sebagai perbaikan ringan namun susah untuk
dilakukan dalam bidangnya karena merapikan kursi dan atribut merupakan kesadaran awal dari kepribadian seseorang ketika orang tersebut telah menggunakannya. Terdapat faktor lain yang bersifat legal berupa aturan dari
Dinas Kesehatan seperti peraturan
jaga jarak saat terjadinya wabah penyakit menular sehingga aturan penataan kursi dapat diatur ulang
sesuai dengan kondisi dan situasi dengan cara penyesuaian
kembali terhadap peraturan terbaru dari pihak yang berwenang.
Fokus perbaikan kali ini berfokus terhadap terciptanya kenyamanan ruang tunggu pasien.
Terciptanya kenyamanan ruang tunggu pasien
dapat diwujudkan dengan cara melakukan
pembersihan setiap saat atau dengan
cara lain berupa menyediakan atribut untuk mengurangi rasa jenuh dan bosan saat pasien sedang
menunggu jadwal antriannya. Pada dasarnya manusia akan cepat
merasa bosan ketika tidak melakukan
kegiatan. Dari rasa bosan akan menimbulkan rasa kurang nyaman terhadap
lingkup sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
�Akao,
Y. (1990). QFD Integrating Costumer Requirements Into Product Design.
Akao, Y. (1994). Development History
of Quality Function Deployment. The Customer Driven Approach to Quality
Planning and Deployment, Minato, Tokyo: Asian Productivity Organization. ISBN
92-833-1121-3.
Costa, A. I. A., Dekker, M., &
Jongen, W. M. F. (2000). Quality function deployment in the food industry: A
review. Trends in Food Science & Technology, 11(9�10), 306�314.
https://doi.org/10.1016/S0924-2244(01)00002-4
Dewi, S. K., Putri, A. R. C., &
Winarko, B. A. D. (2018). Peningkatan Kualitas Jasa Fasilitas Kesehatan dengan
Integrasi Metode IPA dan KANO. Jurnal Sistem dan Manajemen Industri, 2(2), 67.
https://doi.org/10.30656/jsmi.v2i2.835
Dewi, K. I. L., Yulianthini, N. N.,
& Telagawathi, N. L. W. S. (2019). PENGARUH DIMENSI KUALITAS PELAYANAN
TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PENGGUNA BPJS KESEHATAN DI KOTA SINGARAJA. Jurnal
Manajemen, 5(2), 82. ISSN 2476-8782
Ellina, A. D., Kusnanto, Adiutama, N.
M., Sismulyanto, & Rusmawati. (2019). Evaluation of Patient Satisfaction
and Nurse Caring Behaviour: Based on Swanson�s Theory. Indian Journal of Public
Health Research & Development, 10(8), 2698. https://doi.org/10.5958/0976-5506.2019.02277.0
Fauziah, F., Surachman, E., &
Muhtadi, A. (2019). Integration of service quality and quality function
deployment as an effort of pharmaceutical service improvement on outpatient in
a referral Hospital, Karawang, Indonesia. 9(2), 11.
Heizer, J., & Render, B. (2015).
Manajemen Operasi : Manajemen Keberlangsungan dan Manajemen Rantai Pasok.
Jakarta: Salemba Empat.
Heizer, J., Render, B., & Munson,
C. (2017). Operation Management (12th ed.) Pearson Education, Inc.
Joshi, S., & Bhargava, P. (2019).
Waste Management Integration with Green Quality Function Deployment (G-QFD) for
Healthcare Centre. Production Engineering Archives, 22(22), 45�49.
https://doi.org/10.30657/pea.2019.22.09
Katias, P., & Rahayu, F. (2018).
Analisis Service Quality di Puskesmas X Surabaya dengan Quality Function
Deployment. Business and Finance Journal, 3(2), 111�126.
https://doi.org/10.33086/bfj.v3i2.638
KEMENTRIAN KESEHATAN RI (2017).
Profil Kesehatan Indonesia. Indonesia: Jakarta
Nikolaeva, A., Demyanova, O., &
Pugacheva, M. (2021). The applying of QFD-Analysis to increase patient
satisfaction in helthcare to increase patient satisfaction in helthcare
organisations. https://doi.org/10.5281/ZENODO.4424970
Nurmajid, S. L. (2017). Pendekatan
Metode Quality Function Deployment (QFD) untuk Meningkatkan Kualitas Pelayanan.
Studi Empiris. 1-6
Prasad, B. (1996). Concurrent
Engineering Fundamentals. Vol. 1. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall PTR.
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NO. 54
(2010). Tata Cara Pengolahan Data dan Informasi Perencanaan Pembangunan Daerah.
Indonesia: Jakarta
PERATURAN MENTERI KESEHATAN NO. 25
(2016). Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2016-2019. Indonesia:
Jakarta
PERATURAN MENTERI KESEHATAN NO. 43
(2019). Pusat Kesehatan Masyarakat. Indonesia: Jakarta
PERATURAN PEMERINTAH RI NO. 47
(2016). Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Indonesia: Jakarta
Putri, B. S., & Kartika, L.
(2017). PENGARUH KUALITAS PELAYANAN BPJS KESEHATAN TERHADAP KEPUASAN PENGGUNA
PERSPEKTIF DOKTER RUMAH SAKIT HERMINA BOGOR. Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis
(JRMB) Fakultas Ekonomi UNIAT, 2(1), 1�12.
https://doi.org/10.36226/jrmb.v2i1.24
Sari, F. K. (2022). PENGGUNAAN QFD
SEBAGAI UPAYA PERBAIKAN KUALITAS LAYANAN WANA WISATA KEDUNG CINTA. 1, 14.
Sedayu, A. (2018). Pendekatan QFD
Menggunakan Respon Teknis Untuk Peningkatan Pelayanan Terminal: Studi Kasus
Terminal Tlogomas Kota Malang. Jurnal Penelitian Transportasi Darat, 20(2), 65.
https://doi.org/10.25104/jptd.v20i2.631
Wilujeng, F. R., & Rembulan, G.
D. (2019). Perancangan Model Kualitas Pelayanan Puskesmas dengan Metode
Importance Performance Analysis (IPA) dan Quality Function Deployment (QFD).
Jurnal INTECH Teknik Industri Universitas Serang Raya, 5(2), 43�50.
https://doi.org/10.30656/intech.v5i2.1675
Yuliani, E. N. S. (2018). PENINGKATAN
KEPUASAN PASIEN BPJS TERHADAP PELAYANAN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION
DEPLOYMENT (QFD). 7.
Zvaigzne, A., Pollaks, K., &
Pavlovics, A. (2017). Multi-Criteria Decision Making for Oil Pollution Recovery
Module for Swath Multifunctional Special Ships. 7(3), 9.
This work is licensed under a Creative
Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License. |