JURNAL SOSIAL DAN SAINS VOLUME 3 NOMOR 4 2023 P-ISSN 2774-7018, E-ISSN 2774-700X |
||
PENGARUH SHIFT
WORK, WORK OVERLOAD, DAN WORK LIFE BALANCE TERHADAP JOB PERFORMANCE DENGAN
TIME MANAGEMENT Fera Septyani Hobby Sarbarita
Yogata, Yolanda Kaslina Purba, Ray Rekci Jonatan Universitas Budi Luhur, Indonesia Email : [email protected], [email protected], [email protected] |
||
Kata kunci: kerja shift; kelebihan beban
kerja; keseimbangan kehidupan kerja; kinerja pekerjaan; manajemen waktu Keywords: shift work; work overload; work life balance; job
performance; time management |
ABSTRAK Latar Belakang : Indonesia merupakan negara kaya akan Sumber Daya
Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM). Perkembangan pada segala bidang
merupakan tujuan dan sasaran pemerintah negara Republik Indonesia. Sejalan
dengan pembagunan pada segala bidang, salah satu hal potensial yang patut mendapatkan
penanganan sungguh-sungguh adalah sektor pariwisata. Berdasarkan UU RI No. 10
Tahun 2009 tentang kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan
atau aktivitas wisata yang didukung berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Tujuan : Penelitian ini
bertujuan mengetahui pengaruh Shift Work, Work Overload, Work Life Balance
terhadap Job Performance dengan Time Management sebagai variabel moderator
pada salah satu hotel di Jawa Barat. Metode : Penelitian ini memiliki populasi terbatas yaitu karyawan bidang
operasional salah satu hotel di Jawa Barat. Sampel berjumlah 50 orang dengan
metode sampel jenuh. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan
menggunakan alat analisis data SmartPLS 4.0. Hasil : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh negatif dan signifikan dari Shift Work terhadap Job
Performance. Terdapat pengaruh positif dan signifikan dari Time Management
terhadap Job Performance. Sedangkan tidak terdapat pengaruh signifikan antara
Work Overload dan Work Life Balance terhadap Job Performance secara parsial.
Time Management memiliki efek moderasi kuat yang memperlemah pengaruh Shift
Work terhadap Job Performance. Tidak terbukti bahwa Time Management
memoderasi pengaruh Work Overload terhadap Job Performance dan tidak terbukti
bahwa Time Management memoderasi pengaruh Work Life Balance terhadap Job
Performance. Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan yaitu
Shift work berpengaruh negatif dan signifikan terhadap job performance
Karyawan Hotel ABC di Jawa Barat. Artinya, jika variabel shift work mengalami
peningkatan satu tingkat, maka sebaliknya variabel job performance mengalami
penurunan satu tingkat. Shift work berpengaruh terhadap menurunnya job
performance karyawan karena fenomena ketidakteraturan pola tidur karyawan
mengakibatakan kelelahan. ABSTRACT Background: Indonesia
is a country rich in Natural Resources (SDA) and Human Resources (HR).
Development in all fields is the goal and target of the government of the
Republic of Indonesia. In line with development in all fields, one of the
potential issues that deserves serious attention is the tourism sector. Based
on RI Law no. 10 of 2009 concerning tourism, tourism is a variety of
activities or tourism activities that are supported by various facilities and
services provided by the community, businessmen, government and local
governments. Purpose: This study
aims to determine the effect of Shift Work, Work Overload, Work Life Balance
on Job Performance with Time Management as a moderator variable in a hotel in
West Java. Method: This
study has a limited population, namely employees in the operational field of
a hotel in West Java. The sample is 50 people with saturated sample method.
This study uses a quantitative method using the SmartPLS 4.0 data analysis
tool. Results: The
results of this study indicate that there is a negative and significant
effect of Shift Work on Work Performance. There is a positive and significant
influence of Time Management on Work Performance. While there is no
significant effect between Work Overload and Work Life Balance on Work
Performance partially. Time Management has a strong moderating effect that
weakens the influence of Shift Work on Job Performance. It is not proven that
moderating Time Management affects Work Overload on Work Performance and it
is not proven that moderating Time Management affects Work Life Balance on
Work Performance. Conclusion: Based on the results of the research and
discussion, it can be concluded that shift work has a negative and
significant effect on job performance of ABC Hotel employees in West Java.
That is, if the shift work variable has increased by one level, then on the
other hand the job performance variable has decreased by one level. Shift
work has an effect on decreasing employee job performance because the
phenomenon of irregular sleep patterns of employees results in fatigue. |
|
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kaya akan Sumber Daya
Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) (Fauzi,
2017). Perkembangan pada
segala bidang merupakan tujuan dan sasaran pemerintah negara Republik
Indonesia. Sejalan dengan pembagunan pada segala bidang, salah satu hal
potensial yang patut mendapatkan penanganan sungguh-sungguh adalah sektor
pariwisata. Berdasarkan UU RI No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan,
pariwisata adalah berbagai macam kegiatan atau aktivitas wisata yang didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
pemerintah dan pemerintah daerah. Sektor pariwisata di Indonesia sudah
mengalami perkembangan yang cukup pesat dan merupakan salah satu sektor yang
menjadi pendukung perekomonian negara.
Perkembangan pariwisata ini dapat dilihat melalui
arus jumlah wisatawan yang masuk di Indonesia. Menurut Sugiama (2011),
wisatawan adalah individu atau kelompok yang melakukan perjalanan wisata untuk
maksud beristirahat, berbisnis, berobat atau melakukan kunjungan keagamaan dan
lain - lainnya. Perkembangan sektor industri perhotelan ini tidak lepas dari
peranan Sumber Daya Manusia (SDM) didalamnya. Salah satu hotel menjadi pilihan
terbaik dan cukup berkembang di Jawa Barat adalah Hotel ABC. Hotel ABC dikelola
secara mandiri oleh perusahaan swasta dan mampu menawarkan fleksibilitas yang
jauh lebih besar dalam berbagai aspek yang secara langsung dapat memenuhi
segala kebutuhan konsumen. Hotel ABC di Jawa Barat merupakan hotel bintang
empat yang terletak di lokasi strategis, memiliki 150 kamar, menawarkan harga
tarif terbaik pada setiap tipenya, dan memberikan layanan berorientasi pengunjung
dengan memberikan layanan yang eksekutif bagi para pengunjung.
Bekerja di bidang hospitality seperti hotel beresiko
mempunyai jam kerja yang tidak beraturan, terutama karyawan di bagian
operasional. Jam kerja selama 24 jam dan tidak pernah mengenal hari libur tetap
membutuhkan keterampilan khusus dalam mengelola jadwal kerja karyawan setiap
hari, minggu dan bulannya. Pengaturan jam kerja membutuhkan banyak penyesuaian
yang dilakukan karyawan khusunya di bagian operasional. Dampak yang sering
dihubungkan dengan shift work adalah kelelahan umum atau general fatigue yang
bila berkepanjangan dapat mengakibatkan kelelahan kronis (Setiono,
Susetyo, & Mubarok, 2017).
Kelelahan menunjukkan kondisi yang berbeda dari masing-masing individu, tetapi
semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan adanya penurunan kepasitas
kerja serta ketahanan tubuh (Delima,
2018).
Karyawan bagian operasional Hotel ABC di Jawa Barat
juga mengalami fenomena gangguan pola tidur, karyawan Hotel ABC di Jawa Barat
dengan shift pagi mengalami gangguan pola tidur lebih rendah dibandingkan
dengan shift malam. Hal ini dikarenakan sebagian besar karyawan mengalami
insomia akibat dari jadwal kerja yang berubah � ubah setiap harinya. Dampak
shift malam diduga lebih besar menurunkan job performance karena shift malam
sangat mudah mengalami kelelahan karena waktu istirahat digunakan untuk
bekerja.
Fenomena gangguan tidur yang dipengaruhi oleh
kekurangan waktu tidur dan gangguan pada circadian rhythms akibat jet lag atau
shift kerja juga dapat menyebabkan kelelahan. Menurut Winarsunu (2008)
Manusia mempunyai Circadian Ryhthem, yaitu fluktasi dari berbagai macam fungsi
tubuh selama 24 jam. Pada malam hari manusia berada pada fase trophotropic
yaitu fase dimana tubuh melakukan pembaharuan cadangan energi atau menguatkan
kembali. Sedangkan fase siang hari manusia berada pada fase ergotropic yaitu
fase dimana semua organ dan fungsi tubuh siap untuk melakukan suatu tindakan
yang dapat mempengaruhi beberapa perubahan fisik dan psikologi tubuh manusia.
Bagi pekerja shift malam karyawan Hotel ABC, jam tidur malam biasanya diubah
menjadi tidur siang. Namun secara kualitas dan kuantitas tidur siang banyak
terganggu, antara lain oleh kebisingan lingkungan tempat tinggal sehingga
umumya tidak bisa beristirahat maksimal dan terkadang pada pagi harinya,
mempunyai aktivitas lain dirumah, sehingga pada waktu kerja shift malam kondisi
tubuh sudah tidak maksimal.
Ketidakseimbangan hidup karyawan bisa terjadi,
karena biasanya banyak perusahaan berekspektasi tinggi terhadap karyawannya,
sedangkan para karyawan berjuang untuk mengatur waktu mereka dan menyulap
kehidupan pribadi sebagai pekerjaan, serta untuk mencapai hasil yang tinggi di
tempat kerja (Ernst
Kossek, Lewis, & Hammer, 2010).
Menurut �S�nchez-Hern�ndez (2019)
dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa apabila work life balance tidak
mendapatkan perhatian dengan baik bahkan terabaikan oleh perusahaan maka akan
berpengaruh job performance karyawan dan keberhasilan perusahaan.
Pada penelitan yang telah dilakukannya terhadap
perawat di Rumah Sakit Dr Sardjito Yogyakarta menunjukan bahwa, terdapat
perbedaan kelelahan kerja khususnya pada tuntutan shift malam. Hasil penelitian
menyataka bahwa pengaruh shift work terhadap job performance yang dialami perawat
di moderasi time management. Hal ini memberikan dampak bahwa karyawan dapat
memaksimalkan kinerjanya. Penelitian yang dilakukan oleh Khatib (2014)
menemukan korelasi negatif antara manajemen waktu dan stress serta kelelahan
pada saat shift kerja yang dirasakan. Ini berarti bahwa keterampilan manajemen
waktu yang lebih baik menyebabkan tingkat stres dan kelelahan yang lebih rendah,
yang dikaitkan dengan kinerja yang lebih baik.
Tujuan dari manajemen waktu adalah untuk
meningkatkan sifat kegiatan yang akan dilakukan dalam jangka waktu terbatas,
yang berarti kegiatan direncanakan dengan bijaksana dan dapat membatasi efek
kelebihan beban (Aydin,
Karakose, & Akin, 2015). Namun terdapat gap
penelitian dalam Campbell �(2015),
menemukan bahwa keterlibatan dalam aktivitas time management memiliki efek
umpan balik positif pada kesehatan mental karyawan, tetapi penelitian mereka
juga menunjukkan bahwa perilaku time management tidak memoderasi efek work
ovelod pada kerja work overload. Penelitian tersebut menguji hasil dalam
pengaturan modern di mana teknologi memainkan peran penting dalam aktivitas
manajemen waktu.
Karyawan memiliki dua kehidupan yang berbeda tetapi
tidak bisa dipisahkan. Oleh karena itu diperlunya strategi untuk menyeimbangkan
kehidupan pekerjaan dan kehidupan keluarga. Selanjutnya, kontrol atas jam kerja
atau time management yang berkualitas juga telah dikaitkan dengan konflik keluarga
kerja yang lebih rendah. Oleh sebab itu organiasai harus sedapat mungkin
menciptakan suatu lingkungan kerja psikologis yang baik sehingga memunculkan
kenyaman, rasa aman, rasa diterima dan dihargai serta perasaan berhasil pada
diri karyawan dalam menyesaikan pekerjaan dan mencapai tujuan organiasai.
Tujuan penelitian ini yaitu Untuk mengetahui
pengaruh dari shift work terhadap job performance, Untuk mengetahui pengaruh
dari work overload terhadap job performance, Untuk mengetahui pengaruh dari
work life balance terhadap job performance, Untuk mengetahui pengaruh time
management terhadap job performance, Untuk mengetahui hubungan time management
memoderasi hubungan antara shift work dan job performance, Untuk mengetahui
hubungan time management memoderasi pengaruh work overload terhadap job
performance, Untuk mengetahui hubungan time management memoderasi pengaruh work
life balance dengan job performance.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif,
dimana menurut Ross (2020),
metode penelitian kuantitatif didasarkan pada filosofi positivisme yang
digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu dan pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian. Dalam penelitian kuantitatif, analisis data
digunakan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Penelitian kuantitatif
biasanya digunakan untuk tujuan eksploratif, yang berarti menemukan hubungan,
interpretasi, dan karakteristik mata pelajaran tertentu yang menyarankan teori
baru dan untuk mendefinisikan masalah baru (Pradana,
2022). Penelitian ini ingin
mengeksplorasi karakteristik variabel-variabel yang mempengaruhi job
performance dengan time management sebagai faktor moderasi. Dengan demikian,
metode kuantitatif merupakan cara terbaik untuk menyelesaikan penelitian ini.
Jenis dan sumber pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi 2 (dua) jenis data, yaitu data primer yang dicari
adalah data mengenai shift work, work overload, work life balance, job
performance, dan time management pada karyawan Hotel ABC di Jawa Barat yang
disebarkan secara online melalui google form dan melalui wawancara singkat
dengan Manajemen Hotel ABC di Jawa Barat dan Data sekunder yang digunakan
berupa dokumen-dokumen pedoman kuesioner, laporan hasil pemeriksaan, serta
studi pustakan mengenai subjek penelitian yang diperoleh dari internet, buku,
jurnal, karya ilmiah dan artikel.
Dalam penelitian ini adalah populasi terbatas
(finite population). Menurut Hendryadi (2019:162-163), populasi terbatas adalah
populasi yang dapat dihitung jumlahnya. Populasi dalam penelitian ini adalah
karyawan bidang oprasioanl Hotel ABC di Jawa Barat sebanyak 50 orang.
Berdasarkan penelitian ini karena jumlah populasinya tidak lebih besar dari 100
orang responden, maka penulis mengambil seluruh jumlah populasi yang ada pada
karyawan Hotel ABC di Jawa Barat yaitu sebanyak 50 orang sebagai sampel
penelitian. Dengan demikian penggunaan seluruh populasi tanpa harus menarik
sampel penelitian sebagai unit observasi disebut sebagai teknik sensus atau
jenuh. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah variabel penelitian. Adapun
yang menjadi variabel eksogen adalah shift work (X1), work overload (X2), dan
work life balance (X3). Variabel endogen adalah job performance (Y), serta
variabel moderator adalah time management (Z).
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
variabel bebas dan variabel terikat seperti�
variabel eksogen (variabel bebas) yang meliputi shift work (x1), work
overload (x2), dan work life balance (x3). variabel endogen (variabel terikat)
dan variabel moderasi (moderator variable). Metode analisis data penelitian ini
meenggunakan metode kuantitatif deskriptif berkaitan dengan bagaimana cara
mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan, atau menguraikan data sehingga
mudah dipahami. dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode statistik
deskriptif untuk menggambarkan data yang telah terkumpul secara lebih jelas.
Menggunakan Uji Instrumen Penelitian meliputi Uji Validitas, Uji Reliabilitas,
Alat Analisis Data, dan Teknik Analisis Data. Langkah pertama: mengevaluasi
model pengukuran (outer model) , langkah kedua: mengevaluasi model struktural
(inner model), dan langkah ketiga mengevaluasi uji hipotesis (Furadantin, 2018).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Objek
Penelitian
Hotel ABC di Jawa Barat merupakan suatu
perusahaan yang bergerak pada bidang jasa. Pelayanan yang ditawarkan tersebut
meliputi layanan kamar 24 jam, restoran, fasilitas Meetings, Incentives,
Conventions and Exhibitions (MICE) yang lengkap. Hotel ABC di Jawa Barat merupakan hotel modern dan berstandar
Internasional setara bintang empat dengan menawarkan 150 kamar yang luas,
modern, dan bersih yang didukung oleh layanan pribadi yang berorientasi pada
pelanggan dan fasilitas berkualitas tinggi. Hotel ini berdiri sejak tanggal 24 Februari 2016. Hotel ABC di Jawa Barat
memiliki lima tipe kamar dengan tingkat kenyaman yang baik bagi pelangan. Hotel
ABC di Jawa Barat menawarkan berbagai
fasilitas berstandar internasional eksekutif modern.
Kamar kamarnya
dilengkapi dengan AC, akses WiFi gratis, TV satelit layar datar, kulkas,
ketel listrik, bidet, meja kerja, sofa santai, microwave dan kompor
kecil di unit tertentu, serta area pemandangan kota, kolam renang, atau taman
yang memukau. Tiap kamar juga bebas dari asap rokok dan kedap suara. Layanan
tambahan yang dapat semakin menyenangkan pelanggan ialah sauna, penitipan
bagasi, laundry dan cuci kering, fasilitas rapat dan perjamuan, pusat
kebugaran, ruangan khusus merokok, surat kabar harian, layanan kebersihan, dan
layanan kamar 24 jam.
Gambaran umum responden merupakan data hasil
dari penyebaran kuesioner yang didistribusikan kepada karyawan Hotel ABC di
Jawa Barat bagian Oprasional Hotel. Jenis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data primer, yang bersumber dari data subjek.
Tabel 1 Distribusi Kuesioner
Keterangan |
Jumlah |
Kuesioner yang didistribusikan |
50 |
Kuesioner yang kembali |
50 |
Kuesioner yang tidak kembali |
0 |
Kuesioner yang dapat dianalisis |
50 |
Sumber: Data Primer Diolah Penulis,
2023
Kuesioner yang didistribusikan pada penelitian
ini sebanyak 50 kuesioner dan kuesioner yang kembali sebanyak kuesioner. Maka,
jumlah kuesioner yang dapat dianalisis sebanyak 50 kuesioner atau 100% dari
total kuesioner yang didistribusikan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di
Hotel ABC di Jawa Barat diperoleh data mengenai gambaran responden berdasarkan
kuesioner yang telah didistribusikan. Gambaran umum responden dalam
penelitian ini dibagi menjadi 5 (lima), yaitu: berdasarkan jenis kelamin, usia,
pendidikan, masa kerja dan divisi pekerjaan. Adapun penjelasan tentang
masing-masing gambaran responden penelitian, sebagai berikut:
Tabel 2 Responden berdasarkan jenis kelamin
Keterangan |
Jumlah Responden |
Presentase |
Pria |
22 |
44% |
Wanita |
28 |
56% |
Gambaran responden
penelitian berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1 Gambaran
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: Data Primer
Diolah Penulis, 2023
Berdasarkan
gambar di atas dapat diketahui bahwa responden dibedakan menjadi dua kategori
yaitu pria dan wanita. Dari data 50 responden yang diperoleh, komposisi
responden berdasarkan jenis kelamin yaitu 22 orang atau sebanyak 44% berjenis
kelamin pria dan sisanya 28 orang atau sebesar 56% berjenis kelamin wanita.
Hasil yang menunjukan jumlah responden terbanyak adalah wanita sebanyak 56%
karena mayoritas karyawan yang bekerja dibidang oprasional Hotel ABC di Jawa
Barat adalah wanita.
Tabel 3 Responden Berdasarkan Usia
Keterangan |
Jumlah Responden |
Presentase % |
>20 tahun |
4 |
8% |
21-25 tahun |
25 |
50% |
26-30 tahun |
9 |
18% |
> 30 tahun |
12 |
24% |
Gambaran responden penelitian berdasarkan usia
dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia
Sumber: Data Primer
Diolah Penulis, 2023
Hasil di atas menunjukan
jumlah responden didominasi oleh usia 21-25 tahun yang merupakan usia muda.
Karyawan dengan usia yang masih muda maka cenderung memiliki fisik yang kuat
dan bersemangat. Seorang pekerja yang tidak memiliki pengalaman kerja atau
pemula, membuat pekerjaan menjadi menantang serta memungkinkan mereka
mengembangkan kemampuan dan pengalaman. Usia sendiri erat kaitannya dengan
faktor motivasi karyawan dalam dirinya. Dengan adanya motivasi yang cukup dalam
diri karyawan maka dengan sendirinya kepuasan kerja tersebut akan meningkat
seiring dengan rasa nyaman dalam bekerja di lingkungan pekerjaan dan perilaku
interaksi sosial dalam bekerja sesama karyawan dan terus meningkatkan
kinerjanya.
Keterangan
|
Jumlah Responden
|
Presentase %
|
SMK/SMA
|
8
|
16%
|
Diploma III
|
15
|
30%
|
Diploma IV/S2
|
24
|
48%
|
S2
|
3
|
6%
|
Gambaran responden
penelitian berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 3 Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan
Sumber: Data Primer Diolah Penulis, 2023
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui
bahwa pendidikan akhir responden dibedakan menjadi empat kategori yaitu
SMA/SMK, Diploma III, Diploma IV/S1 dan S2. Dari data 50 responden yang
diperoleh, komposisi responden berdasarkan pendidikan akhir yaitu 8 orang atau
sekitar 16% lulusan SMA/SMK, 15 orang atau sebesar 30% lulusan Diploma III, 24
orang atau 48% lulusan Diploma IV/S1, dan 3 orang atau 6% lulusan S2. Hasil di
atas menunjukan jumlah responden didominasi oleh lulusan Diploma IV dan S1. Faktor pendidikan
erat kaitannya dengan faktor kecerdasan yang dimiliki oleh karyawan. Tingkat
intelegensi yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan lebih memungkinkan
mengalami kebosanan dan ketidakpuasan kerja. Ketidaksesuaian antara tingkat
intelegensi dengan jenis pekerjaan akan menimbulkan menurunnya job
performance karyawan.
Gambaran responden
penelitian berdasarkan masa kerja dapat dilihat pada gambar berikut:
Keterangan |
Jumlah Responden |
Presentase |
<1 tahun |
9 |
18% |
1-2 tahun |
16 |
32% |
3-4 tahun |
10 |
20% |
>4 tahun |
15 |
30% |
Gambar 4 Gambaran Responden Berdasarkan Masa
Kerja
Sumber: Data Primer
Diolah Penulis, 2023
��������� Berdasarkan gambar di atas dapat
diketahui bahwa masa kerja responden yang dibedakan menjadi empat kategori
yaitu kurang dari 1 tahun, 1�2 tahun, 3� 4 tahun dan 4 tahun keatas. Dari data
50 responden yang diperoleh, komposisi responden berdasarkan masa kerja yaitu 9
orang atau sekitar 18% dengan masa kerja kurang dari 1 tahun, 16 orang atau
sebesar 32% dengan masa kerja 1�2 tahun, 11 orang atau 22% dengan masa kerja
3�4 tahun, dan 15 orang atau 30% dengan masa kerja di atas 4 tahun.
��������� Hasil di atas menunjukan jumlah
responden didominasi oleh karyawan Hotel ABC di Jawa Barat baru memiliki masa
kerja 1�2 tahun. Hal ini disimpulkan bahwa pengalaman kerja yang dimiliki oleh
sebagian besar karyawan Hotel ABC di Jawa Barat masih terbilang singkat. Oleh
karena itu diperlukan pelatihan kepada karyawan. Pelatihan itu sendiri
merupakan sebuah proses yang berguna bagi karyawan untuk dapat mengembangkan
dirinya agar lebih terampil dan meningkatkan pengetahuan dan juga keahlian
karyawan dan terus meningkatan job performancenya.
Gambaran Responden
Berdasarkan Departemen Pekerjaan
Departemen
Pekerjaan
|
||
Keterangan
|
Jumlah Responden
|
Presentase %
|
FB Product
|
7
|
14%
|
Front Office
|
5
|
10%
|
Training
|
29
|
58%
|
FB Service
|
4
|
8%
|
Engineering
|
2
|
4%
|
Housekeeping
|
3
|
6%
|
Gambaran responden
penelitian berdasarkan departemen pekerjaan dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 5 Gambaran Responden Berdasarkan Departemen Pekerjaan
Sumber: Data Primer
Diolah Penulis, 2023
��������� Berdasarkan gambar di atas dapat
diketahui bahwa responden yang dibedakan menjadi lima departemen pekerjaan
yaitu FB Product, FB Service, Front Office, Training, Housekeeping
Dari data 50 responden yang diperoleh, komposisi responden berdasarkan
departemen pekerjaan yaitu 7 orang atau sekitar 14% departemen FB Product,
4 orang atau sebesar 8% departemen FB Service, 5 orang atau 10%
departemen Front Office, 29 orang atau 58% Training, dan 3 orang
atau sebesar 6% departemen Housekeeping dan 2 orang atau sebesar 4%
departemen Engineering. Hasil di atas menunjukan jumlah responden
didominasi oleh karyawan Hotel ABC di Jawa Barat dari Housekeeping.
Tabel 7 Responden
Berdasarkan Status Pernikahan
Keterangan |
Jumla Responden |
Presentase % |
Belum menikah |
25 |
50% |
Menikah da belum
memiliki anak |
14 |
22% |
Menikah dan sudah
memiliki anak |
11 |
22% |
Gambaran responden penelitian berdasarkan
status pernikahan dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 6 Gambaran
Responden Berdasarkan Status Pernikahan
Sumber: Data Primer
Diolah Penulis, 2023
Berdasarkan gambar di
atas dapat diketahui bahwa responden yang dibedakan menjadi tiga status
pernikahan diantaranya belum menikah, menikah dan belum memiliki akan serta
menikah dan sudah memiliki anak. Dari data 50 responden yang diperoleh,
komposisi responden berdasarkan status pernikahan yaitu 25 orang atau sekitar
50% belum menikah, 14 orang atau sebesar 28% sudah menikah dan belum memiliki
anak, dan 11 orang atau 22% sudah menikah dan sudah memiliki anak. Hasil di
atas menunjukan jumlah responden didominasi oleh karyawan
Hotel ABC di Jawa Barat yang belum menikah karena terbilang masih muda. Namun,
yang perlu diperhatikan oleh manajeman adalah riset yang konsisten menunjukkan
bahwa karyawan yang menikah lebih puas dengan pekerjaan mereka daripada rekan
sekerjanya yang belum menikah. Pernikahan memaksakan peningkatan tanggung jawab
yang dapat membuat suatu pekerjaan menjadi lebih berharga dan penting,
sehingga karyawan yang menikah lebih puas (Robbins, 2015).
Model penelitian ini
akan dianalisis menggunakan metode Partial Least Square (PLS) dan
mengunakan software SmartPLS 4.0. Menurut Wawas Bangun (2021), Partial
Least Square adalah metode analisis yang powerfull yang dimana dalam
metode ini tidak didasarkan banyaknya asumsi yang dapat dilakukan untuk
mengatasi permasalahan pada hubungan diantara variabel yang sangat kompleks
dengan ukuran sampel data kecil (30-100 sampel). Hal ini dikarenakan PLS
menggunakan metode bootstraping atau penggandaan secara acak yang mana
asumsi normalitas tidak akan menjadi masalah bagi PLS.
Pengujian Outer
Model (Model Pengukuran)
Pengujian model pengukuran (outer model
evaluation), bertujuan untuk menspesifikasikan hubungan antar variabel
laten dengan indikator-indikatornya yang dilakukan dengan melihat apakah model
mencakup model pengukuran reflektif (Wawas Banun, 2021). Model pengukuran
penelitian dalam PLS SEM adalah outer model yang terdiri dari sekumpulan
hubungan antara indikator dan variabel laten (Hair et al 2016). Evaluasi model
pengukuran atau outer model dilakukan untuk menilai uji validitas dan
reliabilitas.
Outer model selain diukur dengan
menilai validitas, baik dengan melihat hasil convergent validity dan discriminant
validity, juga dapat dilakukan dengan melihat reliabilitas konstrak atau
variabel laten yang diukur dengan nilai composite reliability, cronbach�s
alpha dan rho_α. Menurut Ghozali (2011) uji reliabilitas dilakukan untuk
membuktikan akurasi, konsistensi, dan ketepatan instrumen dalam mengukur
konstruk. Pada penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan
uji composite reliability, cronbach�s alpha dan rho_α dengan
melihat seluruh nilai variabel laten memiliki nilai dengan kriteria
diantaranya: composite reliability minimal 0,7 sedangkan cronbachs
alpha dan rho_α minimal 0,6. Hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa konstruk memiliki reliabilitas yang baik atau kuesioner yang digunakan
sebagai alat dalam penelitian ini telah andal atau konsisten. Hasil output
SmartPLS untuk nilai composite reliability, cronbachs alpha dan
rho_α dapat ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 8 Hasil Uji Reliability
Variabel |
Cronbach's
Alpha |
rho_A |
Composite
Reliability |
Shift Work (SW) |
0,867 |
0,885 |
0,899 |
Analisis R Squere (R2) atau
uji determinasi yaitu untuk mengetahui besar pengaruh variabel eksogen terhadap
variabel eksogen tersebut. Dalam penelitian ini digunakan nilai r square
adjusted dikarenakan pada model penelitian ini memiliki jalur yang banyak
mengarah ke endogen atau dengan kata lain merupakan penelitian kompleks. Nilai
dari koefisien determinasi dapat ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel 9 Tabel Hasil Uji
R Square
Variabel |
R Square |
R Square
Adjusted |
Job
Performance (JP) |
0,748 |
Sumber:
Data Primer Diolah Penulis, 2023
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat nilai R-Square
Adjusted yang menunjukkan bahwa konstrak eksogen (X) yaitu shift work,
work overload, work life balance, dan
time management mampu menjelaskan
variabilitas konstrak endogen (Y) job performance sebesar 70,6%, dan sisanya sebesar 29,4%
diterangkan oleh konstrak lainnya diluar yang diteliti dalam penelitian ini.
��������� Pengujian hipotesis dilakukan
berdasarkan hasil pengujian inner model (model struktural) yang meliputi
output r-square, koefisien parameter dan t-statistik. Untuk
melihat apakah suatu hipotesis itu dapat diterima atau ditolak diantaranya
dengan memperhatikan nilai signifikansi antar konstrak, t-statistik, dan
p values. Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan dengan bantuan software
SmartPLS (Partial Least Square) 4.0. Nilai-nilai tersebut dapat dilihat
dari hasil bootstrapping pada tabel path coefficient. Menurut
Ghozali (2016), uji path coefficient menggambarkan kontribusi atau
pengaruh yang terjadi antar variabel konstruk, yang dilakukan pada proses bootstrapping.
�
Tabel 10 Analisis Uji Hipotesis
Hipotesis |
Keterangan |
|
H1 |
Shift work (X1) berpengaruh terhadap job performance (Y) |
Diterima |
H2 |
Work overload (X2) berpengaruh terhadap job performance (Y) |
Ditolak |
H3 |
Work life balance (X3) berpengaruh terhadap kinerja job
performance (Y) |
Ditolak |
H4 |
Time management (Z) berpengaruh terhadap job performance (Y) |
Diterima |
H5 |
Time management (Z) memoderasi pengaruh shift work (X1)
terhadap job performance (Y) |
Diterima |
H6 |
Time management (Z) memoderasi pengaruh work overload (X2)
terhadap job performance (Y) |
Ditolak |
H7 |
Time management (Z) memoderasi pengaruh work life balance
(X3) terhadap job performance (Y) |
Ditolak |
Sumber: Data Primer
Diolah Penulis, 2023
��������� Berdasarkan hasil
analisis hipotesis di atas terdapat tiga hipotesis yang diterima diantaranya
H1, H4, dan H5. Sedangkan keempat hipotsis lainnya ditolak diantaranya H2, H3,
H6 dan H7.
H1: Shift Work (X1)
berpengaruh terhadap
Job Performance (Y)
Hipotesis pertama menguji
apakah shift work berpengaruh terhadap job performance. Hasil
menunjukkan pengujian� secara� langsung atau parsial varibel shift work
terhadap job performance diperoleh nilai koefisien beta -0,178,
nilai p-value sebesar 0,029 lebih kecil dari 0,05 dan nilai t-statistik
sebesar 1,984 lebih besar dari 1,96. Berdasarkan data tersebut dapat
disimpulkan bahwa shift work berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
job performance, artinya semakin tinggi pengaruh dampak shift work
pada karyawan maka akan berpengaruh dengan menurunnya kinerja karyawan Hotel
ABC di Jawa Barat, sehingga hipotesis pertama diterima. Hal tersebut
membuktikan bahwa shift work terbukti memiliki pengaruh terhadap job
performance.
H2:
Work Overload (X2) berpengaruh terhadap Job Performance (Y)
Hipotesis kedua menguji
apakah work overload berpengaruh terhadap job performance. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa nilai koefisien beta work overload terhadap
job performance sebesar 0,160,
nilai t-statistik 1,698 lebih kecil dari 1,96 dan nilai p-value
0,045 lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa
work overload berpengaruh positif, namun tidak signifikan terhadap job
performance, maka hipotesis kedua ditolak. Hal tersebut tidak dapat
membuktikan work overload memiliki pengaruh terhadap job performance.
H3:
Work Life Balance (X3) berpengaruh terhadap Job
Performance (Y)
Hipotesis ketiga menguji
apakah work life balance berpengaruh
terhadap job performance. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai
koefisien work life balance terhadap job
performance sebesar 0,197, nilai t-statistik sebesar 1,631 lebih
kecil dari 1,96 dan nilai p-value 0,052 lebih besar dari 0,05. Berdasarkan
data tersebut dapat disimpulkan bahwa work life balance berpengaruh
positif, namun tidak signifikan terhadap job performance, maka hipotesis
ketiga ditolak. Hal tersebut membuktikan bahwa work overload tidak
terbukti memiliki pengaruh terhadap job performance.
H4:
Time Management (Z) berpengaruh terhadap Job Performance (Y)
Hipotesis keempat menguji
apakah time management berpengaruh terhadap job performance.
Hasil pengujian menunjukkan secara langsung atau parsial antara varibel shift
work terhadap job performance diperoleh nilai beta 0,652, nilai t-statistik
sebesar 6,027 lebih besar dari 1,96 dan nilai p-value sebesar 0,000
lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa
time management berpengaruh positif dan signifikan, maka hipotesis
keempat diterima. Hal tersebut membuktikan bahwa time management terbukti
memiliki pengaruh terhadap job performance.
H5:
Time Management (Z) memoderasi pengaruh Shift Work (X1)
terhadap Job Performance (Y) pada karyawan Hotel ABC di Jawa Barat
Hipotesis kelima menguji
apakah time management memiliki efek moderat terhadap hubungan
shift work dan job performance. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai koefisien
beta efek moderasi pertama time
management pada hubungan shift
work dan job performance sebesar 0,174,
nilai t-statistik sebesar
2,088
lebih besar dari 1,96, dan nilai p-value 0,018 lebih kecil dari 0,05,
artinya berpengaruh positif dan signifikan, sehingga hipotesis kelima diterima. Berdasarkan data tersebut dapat
disimpulkan bahwa dengan adanya time management dapat memperlemah
pengaruh shift work terhadap job performance. Hal ini
dikarenakan shift work terhadap job performance memiliki pengaruh langsung negatif dimana semakin
tinggi pengaruh dampak shift work maka akan menurunkan job performance.
Adapun tingkat efek moderasi pada
kategori tinggi dengan nilai f square
0,078 > 0,025.
H6:
Time Management (Z) memoderasi pengaruh Work Overload (X2)
terhadap Job Performance (Y) pada karyawan Hotel ABC di Jawa Barat
��������� Hipotesis keenam menguji apakah time
management memiliki efek moderat pengaruh work overload dan job
performance. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai koefisien beta efek
moderasi kedua time management pada
hubungan work overload dan job performance sebesar -0,026, nilai
t-statistik sebesar 0,267 lebih kecil dari 1,96, dengan nilai p-value
0,395 lebih besar 0,05, f square 0,002 <0,05 artinya efek moderasi kecil. Hasil hipotesis memiliki efek moderasi kecil tetapi t-statistik
tidak memberikan pengaruh signifikan, yang diartikan bahwa time
management tidak mampu memoderasi pengaruh work overload terhadap job
performance sehingga, hipotesis
keenam ditolak. Hasil ini dapat diartikan bahwa tinggi rendahnya work
overload yang dimoderasi oleh time management tidak dapat
memperlemah pengaruh work overload terhadap job performance.
H7:
Time Management (Z) memoderasi hubungan antara Work life Balance (X3)
dan Job performance (Y) pada karyawan Hotel ABC di Jawa Barat
��������� Hipotesis
ketujuh menguji apakah time management memiliki efek moderat pada
hubungan work life balance terhadap job performance. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa nilai koefisien beta efek moderat time
management pada pengaruh work life balance terhadap job
performance sebesar 0,180, nilai t-statistik sebesar 1,686 lebih
kecil dari 1,96, dan nilai p-value 0,046 lebih kecil dari 0,05, nilai f square 0,103>0,025 artinya efek moderasi tinggi. Hasil hipotesis memiliki efek moderasi tinggi
tetapi pada nilai t-statistik tidak memberikan pengaruh signifikan yang
diartikan bahwa time
management tidak
mampu memoderasi pengaruh work life balance terhadap job performance sehingga,
hipotesis ketujuh ditolak. Hal ini
dapat diartikan bahwa tinggi rendahnya time management yang dimoderasi
oleh time management tidak dapat memperkuat pengaruh work life
balance terhadap job performance.
Tabel
11 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis
Hipotesis |
Koefisien |
Keterangan |
||||
Beta |
TStatistics |
P Value |
||||
H1 |
Shift work (X1) berpengaruh terhadap job
performance (Y) |
-0,178 |
1,984 |
0,029 |
Diterima |
|
H2 |
Work overload (X2) berpengaruh terhadap job
performance (Y) |
0,160 |
1,698 |
0,045 |
Ditolak |
|
H3 |
Work life
balance (X3) berpengaruh terhadap kinerja job
performance (Y) |
0,197 |
1,631 |
0,052 |
Ditolak |
|
H4 |
Time management (Z) berpengaruh terhadap job performance (Y) |
0,652 |
6,027 |
0,000 |
Diterima |
|
H5 |
Time
management (Z) memoderasi pengaruh shift work (X1)
dan job performance (Y) |
0,174 |
2,088 |
0,018 |
Diterima |
|
H6 |
Time
management (Z) memoderasi pengaruh work overload (X2) terhadap job
performance (Y) |
-0,026 |
0,267 |
0,395 |
Ditolak |
|
H7 |
Time
management (Z) memoderasi pengaruh work life balance (X3) terhadap job
performance (Y) |
0,180 |
1,686 |
0,046 |
Ditolak
|
|
|
|
|
||||
Sumber: Data Primer Diolah Penulis, 2023
Shift Work Berpengaruh Terhadap Job
Performance
�� Hal ini juga dipengaruhi oleh
karyawan Hotel ABC di Jawa Barat yang berusia <20 tahun atau >40 tahun
merupakan usia yang rentan mengalami gangguan tidur. Hal ini didasarkan pada
kemampuan karyawan untuk beradaptasi dengan lingkungan kerjanya, dimana usia di
bawah 20 tahun merupakan usia awal seseorang untuk bekerja, sehingga pada masa
inilah pekerja mulai beradaptasi dengan pekerjaannya karena pola rotasi kerja
yang cukup cepat berubah atau jumping shift dimana karyawan hotel mengalami
pergantian shift yang sama sekali berbeda dengan shift sebelumnya dan terkadang
memiliki gaya hidup yang kurang baik khususnya dalam mengonsumsi kafein yang
terlalu banyak. Sedangkan untuk pekerja yang berusia di atas 40 tahun
didasarkan pada banyaknya keluhan kesehatan dan penurunan terhadap beberapa
fungsi organ yang timbul pada usia tersebut, hal ini diduga dapat menyebabkan
gangguan pada pola tidur pekerja. Karyawan shift berisiko mengalami masalah
tidur yang disebut shift work sleep disorder (SWSD). Pengaruh ini juga
disebabkan oleh jumlah karyawan yang lebih banyak perempuan, dimana tidak
terlalu bisa bertahan sampai larut malam.
Oleh kekurangan waktu tidur akibat pola tidur yang tidak teratur dapat
menyebabkan gangguan pada circadian rhythms. Circadian rhythms yaitu akibat jet
lag atau shift kerja yang menyebabkan karyawan merasa kelelahan. Kelebihan atau
kekurangan tidur sama � sama dapat berbahaya bagi kesehatan. Dampak dari
kualitas tidur yang buruk diantaranya yaitu seperti penurunan aktivitas sehari-hari,
rasa lelah, lemah, tanda vital tidak stabil, kondisi neuromuscular yang buruk,
proses penyembuhan luka lambat dan penurunan daya imunitas tubuh.
�� Khususnya bagi karyawan yang
mendapatkan shift malam, jam tidur malam biasanya diubah menjadi tidur siang.
Namun, secara kualitas dan kuantitas tidur siang banyak terganggu, antara lain
oleh kebisingan lingkungan tempat tinggal sehingga umumya tidak bisa
beristirahat maksimal dapat menurunkan konsentrasi pada saat bekerja, dan
akibat terburuknya adalah dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Selain itu dan
terkadang pada pagi harinya, karyawan mempunyai aktivitas lain dirumah yang
harus diselesaikan. Sehingga pada waktu kerja shift malam kondisi tubuh tidak
maksimal dan bekerja menjadi kurang fokus akibat rasa kantuk. Bila hal ini
terus mernerus terjadi makan akan menimbulkan gejala kesehatan menurun
dirasakan bisa mengakibatkan gangguan kesehatan fisik dan sulit mengatur emosi,
perubahan suasana hati/moody yang telah dirasakan beberapa karyawan.
Karyawan juga merasa dengan adanya shift work mengakibatkan hari libur
(off) pada hari yang berbeda - beda setiap minggunya yang membuat karyawan
sulit menghabiskan waktu bersama keluarga atau kegiatan pribadi. Sebenarnya
aspek-aspek dalam keseharian (pribadi) yang tidak kalah pentingnya, seperti
waktu bersama keluarga, komunitas, dan aktivitas yang bersifat personal lainnya
yang berefek positif bagi karyawan sesekali harus dibatalkan karena
ketidaksesuaian shift work setiap harinya. Hal ini menyebabkan ketidakpuasan kerja
karyawan sehingga mempengaruhi penurunan job performance karyawan. Apabila ada
hal yang penting dalam keperluan pribadi atau keluarga dan jadwal tidak sesuai
maka karyawan terkadang mengabaikannya.
Sejalan penelitian sependapat dengan Moon et al (2015), di kutip dalam
Jurnal The Association Between Shift Work and Depression in Hotel Workers
terhadap karyawan di hotel-hotel di Korea, bahwa karyawan hotel yang bekerja
dengan shift kerja rotasi baik siang maupun malam hari dan bekerja tetap pada
malam hari kemungkinan mengalami depresi yang meningkat secara signifikan,
dibandingkan dengan karyawan yang bekerja dengan jam kerja tetap pagi atau
siang hari, karena waktu mereka lebih fleksibel untuk bisa berkumpul bersama
rekan ataupun teman. Hal ini dikarenakan, menurut Winarsunu (2008), manusia
mempunyai Circadian Ryhthem, yaitu fluktasi dari berbagai macam fungsi tubuh
selama 24 jam. Pada malam hari manusia berada pada fase trophotropic yaitu fase
dimana tubuh melakukan pembaharuan cadangan energi atau menguatkan kembali
fungsinya. Sedangkan fase siang hari manusia berada pada fase ergotropic yaitu
fase dimana semua organ dan fungsi tubuh siap untuk melakukan suatu tindakan
yang dapat mempengaruhi beberapa perubahan fisik dan psikologi tubuh manusia.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitan yang dilakukan oleh
Shaheed Zulfikar Ali Bhutto (2018), yang berjudul Determinants of Shift Work
Impacting Job Satisfaction: A study on Service Sector Organizations in
Pakistan. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa determinan shift work pada
perusahaan jasa di Paskitan berdampak positif terhadap kepuasan kerja. Di
negara � negara ini, shift work dianggap sebagai salah satu sarana untuk
meningkatkan tingkat pendapatan karena memiliki jam kerja lebih fleksibel dan kinerja
karyawan sangat baik karena sesuai dengan keterampilan mereka di bidang minat
terkait dan terus diberikan pelatihan untuk dapat meningkatkan standar
hidupnya. Sependapat juga dengan Lestari, et.,al., (2020) shift work
berpengaruh tidak signifikan dan positif terhadap kinerja karyawan, karena
karyawan menerima dengan shift work diberikan oleh perusahaan.
Work Overload Berpengaruh Terhadap Job
Performance
Karyawan Hotel ABC di Jawa Barat berpendapat bahwa apabila saat high
season beban kerja akan semakin bertambah dari biasanya. Khususnya untuk
departmen housekeeping dan F&B Servcie dan Product yang memiliki beban
kerja meningkat pada saat high season, karena tingkat hunian kamar di atas 60%.
Karyawan housekeeping harus dengan cepat dan sigap merapikan kamar agar
pengunjung dapat check in tepat waktu. F&B Servcie dan Product harus terus
melayani tamu dengan memastikan ketersediaan makanan dan minuman dengan memberikan
service terbaik. Karyawan mengatakan bahwa pada saat situasi tersebut
seringkali diperhadapkan dengan pekerjaan yang sangat beragam diwaktu bersamaan
bahkan diluar tupoksi karena jumlah tenaga kerja tetap atau terbatas. Sebagaian
besar karyawan dapat menyelasikan pekerjaannya dengan tepat waktu, walaupun
masih ada yang harus lembur (over time) untuk menyelesaikan pekerjaan karena
menunda pekerjaannya.
Namun, karyawan Hotel ABC di Jawa Barat menerima beban kerjanya, karena
masih tergolong stabil dan sesuai kemampuan karyawan walaupun dalam kondisi
workoverload. Karyawan merasa beban kerja itu sudah menjadi tanggung jawabnya
yang harus dikerjakan dalam memberikan pelayanan ekstra kepada pelanggan
sehingga tidak mempengaruhi job performancenya. Hal ini diindikasi juga karena
usia karyawan didimoninasi usia muda yang masih memiliki tenaga dan stamina
fisik yang lebih dari pada usia di atasnya. Karyawan juga memiliki tingkat
pendidikan akhir didominasi S1 dibidang perhotelan bahkan ada yang sudah S2, artinya
karyawan secara tidak langsung sudah mengetahui bidang pekerjaannya secara
lebih profesional.
Sebagian besar karyawan masih memiliki pengalaman satu sampai dua tahun
yang dapat dikategorikan sebagai pekerja pemula. Karyawan pemula bisaya
menganggap pekerjaan menjadi sesuatu hal yang menantang serta memungkinkan
mereka mengembangkan kemampuan dan pengalamannya didunia kerja. Karyawan usia
muda juga biasanya mampu memotivasi dirinya dalam bekerja. Semakin
berpengalaman seseorang maka pekerjaannya semakin kurang menantang, sehingga
menimbulkan ketidakpuasan. Dari hal tersebut diketahui bahwa usia dan masa
kerja mempengaruhi pengalaman kerja seorang karyawan. Pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki karyawan mampu memahami dan mengimbangi sulitnya pekerjaan.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Tripambudi (2022), menyebutkan orang yang mempunyai
pendidikan lebih tinggi, formal atau informal akan mempunyai wawasan yang lebih
luas terutama dalam penghayatan pekerjaan.
Seperti yang diungkapkan oleh Maftucha (2020), adapun kendala � kendala
terkait work overload yang sering dihadapi karyawan hotel dituntut
mengoptimalkan kinerjanya saat tingkat hunian kamar hotel rata � rata di atas
50 %, dengan jumlah karyawan yang tetap sehingga menyebabkan work overload.
Hasil ini sependapat dengan Jannah, 2020 berdasarkan penelitannya yang judul
Pengaruh Beban Kerja dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada
Perumda Air Minum Tirta Dhaha Kota Kediri) menyatakan bahwa beban kerja tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.
�� Menurut Razana Juhaida Johari,
Nordayana Sri Ridzoan, Arumega Zarefar Johari, Johari (2019) dengan penelitian yang berjudul The
Influence of Work Overload, Time Pressure and Social Influence Pressure on
Auditors� Job Performance menyatakan kelebihan beban kerja tidak berpengaruh
signifikan terhadap prestasi kerja; namun, orang biasanya bereaksi berbeda
terhadap beban kerja. Menurut Bazilai (2021), mengatakan beberapa penelitian
mengungkapkan work overload yang dirasakan karyawan diterimanya dan
menganggapnya sebagai tantangan, walaupun ada yang menunjukkan frustrasi. Oleh
karena itu dapat diartikan job performance dapat ditingkatkan dan diturunkan
dengan kelebihan beban kerja (work overload) tergantung bagaimana karyawan
menyikapinya.
Work Life Balance Berpengaruh Terhadap Job
Performance
Walapun memiliki tuntutan pekerjaan yang cukup tinggi karyawan selalu
sadar dengan apa yang menjadi tanggung jawab antara keterlibatan kerja dan
keluarga. Meskipun, tidak sedikit juga karyawan pernah lelah dan stres untuk
menyeimbangakan persoalan pekerjaan dan masalah keluaraga atau pribadi, namun
karyawan mampu melewatinya. Karyawan Hotel ABC di Jawa Barat cukup merasa
senang dengan kehidupan pribadi dan pekerjaan yang dijalani saat ini.
Hal ini diindikasi status karyawan yang didominasi oleh karyawan yang
masih lajang dan sudah menikah tetapi belum memiliki anak. Sehingga sebagian
besar karyawan belum memiliki tuntutan yang besar dalam kehidupan pribadi atau
keluarga. Karyawan yang telah menikah dan memiliki anak juga mendapatkan
dukungan dari perusahaan dengan dapat mengambil cuti untuk alasan tertentu.
Karyawan yang menikah juga lebih puas dengan pekerjaan mereka karena pernikahan
memaksakan peningkatan tanggung jawab yang dapat membuat suatu pekerjaan
menjadi lebih berharga untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Karyawan
Hotel ABC di Jawa Barat mampu memknai setiap peristiwa kehidupannya secara
mendalam pada nilai-nilai setiap aktivitas pekerjaan dan pribadi. Keseimbangan
kehidupan karyawan tidak bergantung seberapa besar kebahagian yang dimiliki
atau diperoleh, namun seberapa mampu karyawan dapat menyeimbangkan
kehidupannya.
�Hasil pengujian hipotesis menunjukkan
bahwa work life balance berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap
job performance karyawan. Artinya jika karyawan yang dapat menyeimbangkan
antara pekerjaan dengan kehidupannya belum tentu dapat meningkatkan job
performance karyawan tersebut. Sehingga disimpulkan bahwa work life balance
karyawan Hotel ABC di Jawa Barat tidak dapat selalu dijadikan sebagai indikasi
berpengaruh terhadap peningkatan job performance karyawan.
�Hal tersebut sejalan dengan
pendapat dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Gruber (2021) yang menyatakan bahwa worklife balance
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kinerja karyawan. Menurut
Hascaya Ciptaning Herlambang dengan penelitian berjudul Pengaruh Work Life
Balance Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel
Intervening (2019), menyatakan work life balance tidak berpengaruh terhadap job
performance, karena karyawan dapat mengimbanginya.
Time Management Berpengaruh Terhadap Job
Performance
Sebagaian besar karyawan Hotel ABC di Jawa Barat merasa dengan adanya
time management yang diterapkan secara personal mempengaruhi job
performancenya. Artinya jika variabel time management mengalami kenaikan
sebesar 1%, maka sebaliknya variabel job performance kenaikan sebesar 0,652,
yang dimaksud adalah berbanding lurus. Berdasarkan penelitan yang dilakukan
dinyatakan bahwa sebagian besar karyawan Hotel ABC di Jawa Barat mulai
beradaptasi untuk mampu menyusun pekerjaan dan menentukan yang mana menjadi
prioritasnya dari hal yang penting terdahulu (mendesak), hingga mengerjakan
pekerjaan rutinitas tanpa deadline.
�� Pengaruh time management
terhadap job performance karyawan ini dipengaruhi juga oleh responden
didominasi dari departemen Housekeeping. Housekeeping bertanggung jawab atas
kebersihan, kerapian, dan kenyamanan kamar dan ruangan umum lainnya.
Housekeeping sudah terbisa dengan tuntutan waktu kerja yang tinggi dan bekerja
dengan mengalokasikan jam kerja dengan tepat serta tidak boleh meleset. Tugas
utamanya adalah menyediakan kamar yang bersih dan siap untuk dijual ini sangat
berpengaruh dalam menunjang sistem operasional hotel. Kemampuan time management
yang dimiliki oleh karyawan ini tidak terlepas dari evaluasi manajemen hotel
tehadap kebutuhan pelatihan time management dan pengembangan bagi karyawan agar
kinerja mereka lebih optimal. Karyawan Hotel ABC di Jawa Barat membagi
manajemen waktu menjadi tiga kategori berbeda: perilaku estimasi waktu,
perilaku perencanaan, dan perilaku pemantauan.
�� Time management sangat penting
dalam pekerjaan perhotelan khususnya bidang oprasional. Pengunjung tidak suka
untuk menunggu ketika mereka mengharapkan layanan pada waktu tertentu, dan
keterlambatan dapat menyebabkan rekan kerja harus mengatur ulang jadwal untuk
menutupi tanggung jawab karyawan lainnya yang berhalangan, sehingga dapat
mengurangi kualitas layanan yang dapat berikan. Membuat pengunjung menunggu
dapat menyebabkan kemarahan dan frustasi, namun tepat waktu akan membuat
interaksi lebih menyenangkan bagi karyawan dan pengunjung.
Semakin seseorang mampu dan cermat mengatur waktunya dalam tugas-tugas
dan pekerjaannya, berimplikasi pada peningkatan job performance. Sebaliknya,
semakin rendahnya kemampuan time management maka job performance yang
dihasilkan akan menurun. Secara khusus, karyawan menunjukkan bahwa time
management dapat sangat bermanfaat bagi karyawan untuk mempertahankan job
performancenya, ketika karyawan tidak memiliki cukup waktu untuk menyelesaikan
semua tugasnya dan mengantisipasi jika terjadi sesuatu.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Riaza
(2019) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Penerapan Manajemen Waktu
Terhadap Kinerja Pegawai Pada Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Pangkep
menyatakan bahwa manajemen waktu berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kinerja pegawai di Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Pangkep. Hal ini
dikarenakan apabila manjemen waktu dapat dioptimalkan maka akan berpengaruh
kepada peningkatan kinerja pegawai. Selain itu, Ahmad dkk. (2012) menemukan
bahwa kinerja pekerjaan dipengaruhi secara signifikan oleh manajemen waktu.
Mereka juga menunjukkan bahwa sangat penting bagi organisasi untuk melatih
karyawan mereka dalam manajemen waktu yang tepat, karena ini merupakan faktor
penting dalam mencapai kinerja karyawan yang tinggi, yang kemudian tercermin
dalam kinerja organisasi.
Namun, penelitian ini bertentengan dengan pendapat Macan (1994)
manajemen waktu tidak selalu memiliki efek positif pada individu. Hal ini
dikarenakan perilaku manajemen waktu tertentu dapat memiliki efek positif pada
ketegangan dan kepuasan kerja, tetapi tidak pada kinerja pekerjaan. Penggunaan
perilaku manajemen waktu, seperti membuat daftar tugas, tidak bermanfaat bagi
semua orang yang tidak dapat konsisten pada prilakunya.
Time Management Memoderasi Pengaruh Shift
Work Terhadap Job Performance
Pada saat hari libur, karyawan lebih memilih untuk beristirahat dirumah
untuk mempersiapkan shift hari berikutnya. Karyawan sangat perlu beradaptasi
untuk menyesuaikan jam tidur dan keteraturan pola makan dimana dapat berdampak
pada kesehatan fisik dan mental dan bekerja menjadi kurang fokus karena
kekurangan tidur yang menyebabkan kantuk saat bekerja. Hal inilah yang
mengakibatkan job performance karyawan menurun dan bisa saja berakibat pada
kecelakan bekerja. Melihat kondisi kerja tersebut Karyawan Hotel ABC di Jawa
Barat memiliki cara time management masing � masing. Karyawan mencoba mengataur
waktu untuk mendisiplinkan diri pada saat istirahat terutama pada saat shift
malam, dan sidipin menjaga pola makan. Kegiatan time management membantu mereka
menghilangkan gangguan yang mempengaruhi produktivitas kerjanya dan tidak
kehilangan waktu untuk menghabiskan waktu dengan orang terkasih.
Karyawan selalu berusaha untuk selalu tepat waktu dalam bekerja,
sehingga pulang tepat waktu dan pekerjaan diselesaikan dengan maksimal.
Manajemen waktu membantu mengatur hidup karyawan lebih disiplin sehingga dapat
menjalani kegiatan lain yang bermanfaat sebelum atau sesudah bekerja. Untuk
menghilangkan dampak kesenjangan sosial jatah libur harus dimanfaatkan dengan
maksimal dengan membuat rencana soal apa yang akan lakukan dihari libur
tersebut bersama keluaraga atau kerabat. Mengatur jam tidur lebih efektif yaitu
6 jam dan menjaga kesehatan baik secara mental.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakuakn Tangka (2004), pada
perawat di Rumah Sakit Dr Sardjito Yogyakarta menunjukan bahwa, terdapat
perbedaan kelelahan kerja khususnya pada tuntutan shift malam. Oleh karena itu
produktifitas kerja perawat biasanya relatif akan berkurang. Salah satu upaya
yang harus dilakukan bagi pihak manajemen rumah sakit agar lebih berkembang dan
produktifitas perawat dapat terjaga adalah dengan mendisiplinkan pembagian
shift work yang lebih rapi dengan menerapkan time management yang tepat agar
penjadwalan jam kerja lebih teratur dan tidak berat sebelah. Hal tersebut
menjadi hal mutlak pelayanan perawat dengan time management yang tepat terhadap
shift work akan memaksimalkan kinerja karyawan.
Time Management Memoderasi Pengaruh Work
Overload Terhadap Job Performance
Penelitian ini sejalan dengan pendapat menurut Jex & Elacqua (1999)
dalam Campbell & Wiernik (2015), menemukan bahwa keterlibatan dalam
aktivitas time management memiliki efek umpan balik positif pada kesehatan
mental karyawan, tetapi penelitian mereka juga menunjukkan bahwa perilaku time
management tidak memoderasi pengaruh work overload terhadap job performance.
Penelitian tersebut menguji hasil dalam pengaturan modern di mana teknologi
memainkan peran penting dalam aktivitas manajemen waktu.
Penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Iza
Zorec, Jan Hočevar, dan Luka Er�en (2021), pada penelitian yang berjudul
The Interplay Among Work Overload and Time Management in Predicting Job
Performance and Work Life Balance menyatakan bahwa time management memoderasi
pengaruh work overload terhadap job performance. Ketika manajemen waktu tinggi,
maka pengaruh work overload dapat memperlemah pengaruh work life balance
terhadap job performance. Maharani Ikaningtyas (2021), menayatakn beban� pekerjaan�
yang� telah� diterima karyawan� sangat banyak dan bahkan dirasa sukar,
sehingga membuat karyawan tidak fokus dalam�
mengerjakan� pekerjaannya.� Manajamen��
waktu yang baik� diperlukan
karyawan agar tugas yang menumpuk dapat terselesaikan satu per satu sehingga
berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
Time Management Memoderasi Pengaruh Work
Life Balance Terhadap Job Performance
Karyawan Hotel ABC di Jawa Barat mersakan bahwa telah memiliki kehidupan
yang seimbang dengan time management yang baik. Karena banyak aspek dari keluarga
atau di rumah sulit diubah, oleh karena itu karyawan membuatan batasan waktu
dalam pekerjaan dan keluarga agar job performance tetap maksimal. Khusnya
karyawan yang telah menikah juga lebih puas dengan pekerjaan mereka karena
pernikahan memaksakan peningkatan tanggung jawab yang dapat membuat suatu
pekerjaan menjadi lebih berharga untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Karyawan Hotel ABC di Jawa Barat mampu memknai setiap peristiwa kehidupannya
secara mendalam pada nilai-nilai setiap aktivitas pekerjaan dan pribadi Hasil
penelitian ini bertentang dengan Brough dan Kalliath, (2015), work life balance
didefinisikan sebagai keseimbangan antara peran yang ada, yaitu dimaksudkan
sebagai fokus pada keseimbangan waktu dan memperkuat keseimbangan kinerja.
KESIMPULAN
Work
overload berpengaruh positif, namun tidak signifikan terhadap job performance
Karyawan Hotel ABC di Jawa Barat. Penelitian ini tidak dapat membuktikan bahwa
work overload memiliki pengaruh terhadap job performance. Karyawan Hotel ABC di
Jawa Barat selalu bertanggung jawab dan tidak merasa keberatan terhadap work
overload yang diberikan, karena karyawan mersa beban kerja yang diberikan
perusahaan masih tergolong stabil sesuai kemampuan karyawan. Hal ini diindikasi
karena usia karyawan didimoninasi usia muda yaitu <20 tahun sampai 25 tahun
yang masih memiliki tenaga dan stamina fisik yang lebih dari pada usia di atasnya
dan memiliki tingkat pendidikan cukup tinggi sehingga pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki oleh setiap karyawan mempengaruhi kemampuannya
bekerja.
Work
life balance berpengaruh positif, namun tidak signifikan terhadap job
performance. Hal ini membuktikan bahwa work overload tidak memiliki pengaruh
terhadap job performance karyawan Hotel ABC di Jawa Barat. Walaupun memiliki
tuntutan pekerjaan yang cukup tinggi karyawan selalu sadar dengan apa yang
menjadi tanggung jawab antara keterlibatan kerja dan keluarga dan cukup merasa
puas dengan work life balance yang dijalani saat ini. Hal ini karena status
karyawan yang didominasi oleh karyawan yang masih lajang dan sudah menikah
tetapi belum memiliki anak. Sehingga sebagian besar karyawan belum memiliki tuntutan
yang besar dalam kehidupan pribadi atau keluarga. Karyawan yang telah menikah
juga lebih puas dengan pekerjaan mereka karena pernikahan memaksakan
peningkatan tanggung jawab yang dapat membuat suatu pekerjaan menjadi lebih
berharga untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Time
management berpengaruh positif, dan signifikan terhadap job performance. Hal
ini membuktikan bahwa jika variabel time management mengalami kenaikan satu
tingkat maka diikuti dengan peningkatan job performance, terdapat pengaruh
berbanding lurus. Karyawan Hotel ABC di Jawa Barat telah mampu untuk menyusun
pekerjaan dan menentukan yang mana menjadi prioritasnya dari hal yang penting
terdahulu (mendesak) sehingga job performance karyawan terus meningkat.
Karyawan terbiasa dengan time management karena pengunjung tidak suka terus
menunggu ketika mereka mengharapkan layanan pada waktu tertentu, dan
keterlambatan dapat menyebabkan rekan kerja harus mengatur ulang jadwal untuk
menutupi tanggung jawab karyawan lainnya yang berhalangan, sehingga dapat
mengurangi kualitas layanan yang dapat berikan kepada pengunjung.
Time
management memiliki efek moderasi positif dan signifikan pada pengaruh shift
work terhadap job performance. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan adanya time
management dapat memperlemah pengaruh negatif shift work terhadap job
performance. Time management berpengaruh negatif, namun tidak signifikan yang
diartikan bahwa time management tidak mampu memoderasi pengaruh work overload
terhadap job performance. Hasil ini dapat diartikan bahwa tinggi rendahnya work
overload yang dimoderasi oleh time management tidak dapat memperlemah pengaruh
work overload terhadap job performance Karyawan Hotel ABC di Jawa Barat.
Time
management memiliki efek positif, namun tidak signifikan pada pengaruh work
life balance terhadap job performance. Hasil ini menyatakan bahwa time
management tidak dapat memperkuat pengaruh work life balance terhadap job
performance karyawan Hotel ABC di Jawa Barat. Karyawan Hotel ABC di Jawa Barat
merasakan bahwa telah memiliki kehidupan yang seimbang dengan time management
yang baik. Karena banyak aspek dari keluarga atau di rumah sulit diubah, namun
karyawan mampu membuatan batasan waktu dalam pekerjaan dan keluarga agar job
performance tetap maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Aydin, Ilhan, Karakose, Mehmet, & Akin, Erhan. (2015).
Anomaly detection using a modified kernel-based tracking in the
pantograph�catenary system. Expert Systems with Applications, 42(2),
938�948.
Campbell, John P., & Wiernik, Brenton M. (2015). The
modeling and assessment of work performance. Annu. Rev. Organ. Psychol.
Organ. Behav., 2(1), 47�74.
Delima, Ratumas Hartha. (2018). Pengaruh Beban Kerja Terhadap
Kelelahan Kerja (Studi Kasus pada Karyawan PT. Adira Dinamika Multi Finance
Cabang Muara Bungo). Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 18(2),
230�239.
Ernst Kossek, Ellen, Lewis, Suzan, & Hammer, Leslie B.
(2010). Work�life initiatives and organizational change: Overcoming mixed
messages to move from the margin to the mainstream. Human Relations, 63(1),
3�19.
Fauzi, Yusni. (2017). Peran Pesantren Dalam Upaya
Pengembangan Manajemen Sumber Daya Manusia (Msdm) Entrepreneurship (Penelitian
Kualitatif Di Pondok Pesantren Al-Ittifaq Rancabali Bandung). Jurnal
Pendidikan Uniga, 6(1), 1�8.
Furadantin, R. (2018). Analisis data menggunakan aplikasi
smartpls v. 3.2. 7 2018. Jurnal Manajemen, 1(1), 1�18.
Gruber, June, Prinstein, Mitchell J., Clark, Lee Anna,
Rottenberg, Jonathan, Abramowitz, Jonathan S., Albano, Anne Marie, Aldao,
Amelia, Borelli, Jessica L., Chung, Tammy, & Davila, Joanne. (2021). Mental
health and clinical psychological science in the time of COVID-19: Challenges,
opportunities, and a call to action. American Psychologist, 76(3),
409.
Johari, Razana Juhaida, Ridzoan, Nordayana Sri, &
Zarefar, Arumega. (2019). The influence of work overload, time pressure and
social influence pressure on auditors� job performance. International
Journal of Financial Research, 10(3), 88�106.
Khatib, Rasha, Schwalm, Jon David, Yusuf, Salim, Haynes, R.
Brian, McKee, Martin, Khan, Maheer, & Nieuwlaat, Robby. (2014). Patient and
healthcare provider barriers to hypertension awareness, treatment and follow
up: a systematic review and meta-analysis of qualitative and quantitative
studies. PloS One, 9(1), e84238.
Pradana, Pandu. (2022). Pengaruh Beban dan Stress Kerja Serta
Work Life Balance terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada PT. PGN Tbk). Syntax
Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 7(3), 1900�1925.
Ross, Robert, Chaput, Jean Philippe, Giangregorio, Lora M.,
Janssen, Ian, Saunders, Travis J., Kho, Michelle E., Poitras, Veronica J.,
Tomasone, Jennifer R., El-Kotob, Rasha, & McLaughlin, Emily C. (2020).
Canadian 24-Hour Movement Guidelines for Adults aged 18�64 years and Adults
aged 65 years or older: an integration of physical activity, sedentary
behaviour, and sleep. Applied Physiology, Nutrition, and Metabolism, 45(10),
S57�S102.
S�nchez-Hern�ndez, M. Isabel, Gonz�lez-L�pez, �scar Rodrigo,
Buenadicha-Mateos, Mar�a, & Tato-Jim�nez, Juan Luis. (2019). Work-life
balance in great companies and pending issues for engaging new generations at
work. International Journal of Environmental Research and Public Health,
16(24), 5122.
Setiono, Dedi Bangun, Susetyo, Budi, & Mubarok, Abdullah.
(2017). Pengaruh profitabilitas, keputusan investasi, kebijakan dividen dan
kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan (Studi empiris pada perusahaan
manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2011-2015). Permana: Jurnal Perpajakan, Manajemen, Dan
Akuntansi, 8(2).
Sugiama, A. Gima. (2011). Ecotourism: Pengembangan Pariwisata
berbasis konservasi alam. Bandung: Guardaya Intimarta, 17.
Tripambudi, Kurniasari, Kirana, Kusuma Chandra, & Welsa,
Henny. (2022). Analisis beban kerja dan stres kerja selama pandemi covid-19
terhadap kinerja guru dengan quality of work life sebagai variabel intervening.
AKUNTABEL, 19(1), 123�134.
Winarsunu, Tulus. (2008). Psikologi keselamatan kerja.
UMMPress.
This
work is licensed under a Creative
Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License. |