440 http://sosains.greenvest.co.id
JURNAL
SOSAINS
JURNAL SOSIAL DAN SAINS
VOLUME 3 NOMOR 4 2023
P-ISSN 2774-7018, E-ISSN 2774-700X
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SAL DALAM
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PESERTA
DIDIK KELAS VII I
Nurcipto
SMP Negeri 2 Demak
Email : nurciptosmp2@gmail.com
Kata kunci:
Aktivitas; hasil
belajar;
pembelajaran
kooperatif tipe sal
(students active
learning)
Keywords:
activity; learning
outcomes; type sal
cooperative
learning (students
active learning)
ABSTRAK
Latar Belakang : Dalam pembelajaran Ilmu Sosial (IPS) yang selama ini
dilaksanakan lebih menekankan pada siswa menuliskan materi di buku kemudian
menghafalnya. Hal ini membuat materi mudah dihafal dan mudah dilupakan.
Tujuan : Tujuan Penelitian ini adalah untuk: 1) mengetahui apa itu pembelajaran
kooperatif tipe SAL (Students Active Learning) dan 2) bagaimana dalam
meningkatkan Aktivitas dan hasil belajar Materi Keragaman Sosial dan Budaya
Indonesia Menggunakan Pembelajaran Kooperatif tipe SAL.
Metode : Model pembelajaran yang dipilih adalah model pembelajaran Kooperatif
Tipe SAL (Student Active Learning). Instrumen aktivitas peserta didik berdasarkan
pada: 1) penyajian kelas, 2) Diskusi kelompok, 3) Presentasi Kelompok, 4)
Kuis/tanya jawab, dan 5) Kesimpulan. Instrumen hasil belajar berdasarkan hasil
postes siklus I dan siklus II. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (class action research) yang terdiri dari 2 (dua) siklus, dan
setiap siklus teridiri dari Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan, dan refleksi.
Hasil : Berdasarkan hasil penelitian tindakan bahwa Pembelajaran Kooperatif Tipe
SAL dapat Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Materi Keragaman Sosial dan
Budaya Indonesia Peserta didik Kelas VII I SMP Negeri 2 Demak. Hasil Penelitian
pada siklus I aktivitas peserta didik dari 82,73% naik pada siklus II menjadi 92,05%,
naik 9,32%. Hasil belajar juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II,
peserta didik yang tuntas pada siklus I sebanyak 19 peserta didik atau 63,33%
sedangkan pada siklus II naik menjadi 26 peserta didik atau 86,67%, mengalami
peningkatan sebesar 23,34%.
Kesimpulan: Selanjutnya peneliti merekomendasikan: (1) Bagi Guru yang
mendapatan kesulitan yang sama dapat menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe
SAL untuk meningkatkan Aktivitas dan hasil belajar. (2) Agar mendapatkan hasil yang
maksimal maka dihaharapkan guru lebih membuat Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL
yang lebih menarik dan bervariasi.
ABSTRACT
Background: In Social Sciences learning (IPS), which has been implemented so far, it
has placed more emphasis on students writing material in books and then memorizing
it. This makes the material easy to memorize and easy to forget.
Purpose: The aims of this study were to: 1) find out what SAL (Students Active
Learning) cooperative learning is and 2) how to improve activities and learning
outcomes on Indonesian Social and Cultural Diversity Materials Using SAL Type
Cooperative Learning.
Method: The learning model chosen is the SAL (Student Active Learning) Cooperative
learning model. Student activity instruments are based on: 1) class presentations, 2)
group discussions, 3) group presentations, 4) quizzes/questions and answers, and 5)
Volume 3, Nomor 4, April 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
441 http://sosains.greenvest.co.id
conclusions. The learning outcomes instrument is based on the results of the first cycle
and second cycle posttest. The method used in this research is class action research
which consists of 2 (two) cycles, and each cycle consists of planning, implementing,
observing, and reflecting.
Results: Based on the results of action research that Type SAL Cooperative Learning
can Increase Activities and Learning Outcomes on Indonesian Social and Cultural
Diversity Materials for Class VII I Students of SMP Negeri 2 Demak. Research results
in the first cycle of student activity increased from 82.73% in the second cycle to
92.05%, an increase of 9.32%. Learning outcomes also increased from cycle I to cycle
II, students who completed the first cycle were 19 students or 63.33% while in cycle II
it rose to 26 students or 86.67%, an increase of 23.34%.
Conclusion: Furthermore, the researcher recommends: (1) For teachers who have the
same difficulties, they can apply SAL Type Cooperative Learning to increase learning
activities and results. (2) In order to get maximum results, it is hoped that the teacher
will make SAL Type Cooperative Learning more interesting and varied.
PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil penilaian harian yang dilakukan di kelas VII I SMP Negeri 2
Demak, Kabupaten Demak, diperoleh informasi bahwa hasil belajar pada pembelajaran
mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) peserta didik masih di bawah standar
kriteria ketuntasan tujuan pembelajaran (KKTP) yang ditetapkan. Faktor-faktor yang
menyebabkan rendahnya KKTP antara lain disebabkan karena: 1) Kemampuan kognitif
peserta didik dalam pemahaman konsepkonsep pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) terutama materi Keragaman Sosial Dan Budaya Indonesia masih rendah, 2)
Metode Pembelajaran yang dilakukan oleh guru cenderung masih monoton dan
membosankan yaitu menggunakan metode ceramah saja, tidak ada variasi sama sekalai
dalam mengajar di kelas; dan 3) Peserta didik tidak termotivasi untuk belajar mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) karena hanya disuruh mencatat dan
menghafalkan saja (Karsidi, 2015).
Pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang selama ini diterapkan lebih
menekankan peserta didik untuk mencatat materi di buku, dan kemudian
menghafalkannya (Anisah, 2017). Hal ini yang mengakibatkan materi mudah dihafalkan
dan mudah juga untuk dilupakan. Dari hal tersebut menjadi sebuah tantangan yang harus
dihadapi dan diselesaikan oleh seorang guru. Guru dituntut lebih kreatif dalam
mempersiapkan pembelajaran yang akan dilaksanakan dan dikembangkan, terutama
dalam pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran di kelas
sebagai salah satu bentuk strategi pembelajaran.
Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran itu tercapai dengan
baik. Untuk dapat mengetahui ketercapainya tujuan pembelajaran maka perlu dilakukan
evaluasi atau melakukan penilaian pada akhir proses pembelajaran (Nuriyah, 2016).
Dalam mencapai tujuan tersebut diperlukan metode pembelajaran yang tepat dan efektif.
Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan meningkatkan Aktivitas dan hasil
belajar peserta didik adalah metode kooperatif tipe SAL (Student Active Learning).
Melalui penerapkan metode ini memberikan kesempatan bagi seluruh anggota untuk
mampu bekerja sama, bersosialisasi antar teman, belajar untuk saling berbagi
pengetahuan dengan sesama anggota kelompoknya (Nurdyansyah & Fahyuni, 2016).
Kesiapan guru dalam memanajemen pembelajaran akan membawa dampak positif
bagi peserta didik diantaranya hasil belajar peserta didik akan lebih baik dan sesuai
dengan indikator yang ingin dicapai (Susilawati, 2023). Salah satu model pembelajaran
yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Materi Keragaman Sosial dan Budaya
Indonesia adalah Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL (Students Active Learning) karena
peserta didik dapat terlibat aktif; memiliki peran dan tanggung jawab masing masing,
sehingga aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung meningkat
Pembelajaran Kooperatif Tipe Sal dalam
Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Peserta
Didik Kelas VII I
2023
Nurcipto 442
(Haviluddin, 2016). Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL (Students Active Learning)
merupakan suatu metode mengajar dengan membagikan lembar kerja peserta didik yang
berisi lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang
tersedia. Peserta didik diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari
soal yang ada.
Langkah-langkah dalam pembelajaran Kooperatif Tipe SAL (Student Active
Learning), yang diterapkan adalah: 1) Penyajian Kelas; pada tahap ini disajikan secara
klasikal yaitu guru meberikan penjelasan tentang materi yang disajikan, 2) Diskusi
kelompok; peserta didik bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan
permasalahan yang disajikan dalam Lembar Kerja. 3) Presentasi Kelompok; setiap
kelompok melakukan presentasi hasil kerja kelompok, 4) kuis/tanya jawab; pada tahap ini
guru mengadakan tanya jawab kepada peserta didik terhadap materi yang didiskusikan;
dan 5) Kesimpulan; peserta didik dapat memberikan kesimpulan terhadap materi yang
sedang dipelajari.
Pembelajaran metode kooperatif tipe SAL (Student Active Learning) tersebut
diharapkan dapat meningkatkan Aktivitas dan hasil belajar peserta didik (Abdullah,
2017). Prestasi belajar peserta didik dapat diukur dari sejauh mana peserta didik
menguasai, memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi materi
pembelajaran yang diberikan oleh guru, serta dapat menginterpretasikan informasi yang
diperoleh selama proses pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas; permasalahan pada
penelitian ini adalah 1) Apa yang dimaksud dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL
(Students Active Learning)? Dan 2) Bagaimanakah Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL
(Students Active Learning) dapat meningkatkan Aktivitas dan hasil belajar Materi
Keragaman Sosial dan Budaya Indonesia peserta didik Kelas VII I SMP Negeri 2
Demak?
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Data yang berbentuk
kata Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Demak Kabupaten
Demak Provinsi Jawa Tengah, dengan subjek penelitian adalah peserta didik Kelas VII I
yang berjumlah 32 peserta didik, yang terdiri dari 12 peserta didik laki laki dan 18
peserta didik perempuan.
Pada tahap perencanaan peneliti mempersiapkan instrumen penelitian; pada tahap
pelaksanaan; peneliti melakukan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
tipe SAL dengan langkah-langkah: 1) penyajian kelas; 2) diskusi kelompok; 3) presentasi;
4) tanya jawab; dan 5) kesimpulan. Tahap observasi; melakukan pengamatan selama
pembelajaran; dan tahap refleksi melakukan evaluasi dengan ketentuan aktivitas kelas
80%; ketuntasan individual ≥ 75; dan ketuntasan klasikal ≥ 85(Arikunto, 2021).
Data yang diperoleh berasal dari pengamatan selama pembelajaran; postes di akhir
siklus; dan dokumentasi. Data dianalisis secara deskriptif di tiap siklusnya untuk
mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar peserta didik(Arikunto, 2013).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembelajaran kooperatif tipe SAL (Student Active Learning) adalah suatu sistem
yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, yang berisi serangkaian
peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung
terjadinya proses belajar peserta didik yang bersifat internal menurut Gagne dan Briggs
dalam Suyatno, (Kadir, 2023). Penerapan active learning di kelas didasarkan pada prinsip
bahwa belajar terbaik bagi peserta didik adalah dengan melakukan, dengan menggunakan
semua inderanya dan dengan mengeksplorasi lingkungannya yang terdiri atas orang, hal,
tempat, dan kejadian yang terjadi dalam kehidupan nyata (pembelajaran konstektual)
(Haviluddin, 2016).
Volume 3, Nomor 4, April 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
443 http://sosains.greenvest.co.id
Selain itu melalui belajar dari pengalaman langsung dan nyata hasil belajar akan
lebih optimal dan bermakna bagi peserta didik (Hamalik, 2013)
Menurut Pusat Kurikulum Kemendiknas (2010), berikut ini disajikan sejumlah indikator
atau ciri-ciri terjadinya pembelajaran aktif pada setting kelas:
1. Kegiatan belajar suatu kompetensi dikaitkan dengan kompetensi lain pada suatu mata
pelajaran atau mata pelajaran lain. Setiap peserta didik mempunyai beberapa
kemampuan dan kecerdasan yang banyak dan setiap kecerdasan tersebut harus
dikaitkan antara satu domain yang lain seperti ketika peserta didik berdiskusi.
2. Kegiatan belajar menarik minat peserta didik. Untuk itu proses pembelajaran
hendaknya didekati dari kegemaran dan kesenangan (Hamalik, 2006).
3. Kegiatan belajar terasa menggairahkan peserta didik. Kegiatan pembelajaran akan
lebih optimal jika prosesnya disajikan dengan memberikan tantangan bagi peserta
didik, dengan tantangan itu peserta didik akan termotivasi untuk mengikuti proses
tersebut hingga akhir pelajaran.
4. Semua peserta didik terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar. Aktivitas belajar aktif
hendaknya melibatkan setiap individu di kelas. Sehingga tidak ada peserta didik yang
mendominasi proses pembelajaran di kelas, dengan demikian setiap peserta didik akan
bekerja untuk mengoptimalkan kemampuan masing-masing baik secara fisik maupun
pikiran.
5. Mendorong peserta didik berfikir secara aktif dan kreatif. Dengan pembelajaran aktif
peserta didik akan berperan aktif dalam mencari informasi secara mandiri, kreatif dan
bertanggungjawab (Kholilullah, n.d.).
6. Saling menghargai pendapat dan hasil kerja (karya) teman. Penghargaan terhadap
karya peserta didik akan menumbuhkan motivasi belajar peserta didik. Apapun hasil
karya peserta didik, peserta didik patut untuk dihargai, penghargaan atas proses dan
kinerja mereka, bukan hasilnya (Nasution et al., 2017).
7. Mendorong rasa ingin tahu peserta didik untuk bertanya. Sebagai indikator dariproses
berfikir adalah pertanyaan”, karena itu pembelajaran aktif harus merangsangkan
peserta didik untuk selalu bertanya sehingga otak peserta didik akan terus bekerja.
Kemampuan bertanya merupakan kunci dari keberhasilan peserta didik dalam
merespon informasi (Syaparuddin et al., 2020).
8. Mendorong peserta didik melakukan ekplorasi (penjelajahan). Aktivitas peserta didik
dalam pembelajaran hendaknya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengeksplorasi pengetahuan sendiri dengan melalui simulasi, pengamatan terhadap
suatu kasus atau teknik yang lain.
Hasil observasi pada aktivitas peserta didik dilihat dari hasil pengamatan yang di
amati dalam setiap aspeknya: 1) peserta didik memperhatikan saat guru menjelaskan
materi secara klasikal (Aktivitas saat penyajian kelas), 2) Aktivitas dalam melakukan
diskusi dalam kelompok (kerja tim), 3) mampu berpresentasi di depan kelas dengan
baik (presentasi); 4) mengajukan dan menjawab pertanyaan dengan baik pada waktu
guru memberikan kuis (evaluasi); dan 5) dapat memberikan kesimpulan tentang
materi yang sedang dipelajari dan dapat menjelaskannya baik kepada temannya dalam
satu kelompok atau dengan teman di kelompok lainnya (Membuat Kesimpulan).
Hasil pengamatan tentang Aktivitas peserta didik pada siklus I dan siklus II
didapat data peserta didik aktif dan tidak aktif disajikan pada tebel di bawah ini.
Tabel 1 Hasil peningkatan Aktivitas Siklus I dan II
Indikator
Siklus I
Peningkatan
Penyajian Kelas
55%
42%
Diskusi Kelompok
65%
32%
Pembelajaran Kooperatif Tipe Sal dalam
Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Peserta
Didik Kelas VII I
2023
Nurcipto 444
Dari tabel diatas dapat dilihat adanya peningkatan Aktivitas peserta didik dari
siklus I ke siklus II. Pada siklus I peserta didik yang melakukan Aktivitas pada indikator
1; penyajian kelas dari aktivitas peserta didik 50% menjadi 97%; mengalami
peningkatan 42%. Pada indikator 2; bekerja dalam kelompok Aktivitas peserta didik naik
dari 65% menjadi 97%; mengalami kenaikan 32%. Indikator 3; presentasi aktivitas
peserta didik dari 60% menjadi 97%; mengalami kenaikan 37%. Indikator 4; kuis atau
tanya jawab dari 55% aktivitas peserta didik naik menjadi 94%; mengalami kenaikan
39%; dan Indikator 5; Kesimpulan aktivitas peserta didik dari 60% menjadi 88%;
mengalami kenaikan 28%. Untuk rata-rata Aktivitas peserta didik pada siklus I; 59%
naik menjadi 95% mengalami kenaikan 36%. Dan 95% lebih tinggi dari indikator yang
ditetapkan yaitu 85%. Peningkatan aktivitas peserta didik dari siklus I dan siklus II
disajikan dalam diagram batang berikut.
Gambar 1Diagram batang peningkatan aktivitas siklus I dan siklus II
Dari hasil peningkatan tersebut maka dapat dikatakan bahwa penerapan metode
pembelajaran kooperatif tipe SAL sudah dapat dikatakan meningkat Aktivitas peserta
didik karena sudah memehuni kriteria yang telah ditentukan, dimana rata-rata Aktivitas
peserta didik ≥ 85%.
Pada penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe SAL dapat dilakukan secara
lebih optimal atau ada peningkatan dari siklus I, pada saat membimbing diskusi kelompok
sehingga peserta didik lebih termotivasi untuk mengikuti pelajaran dan lebih aktif
bertanya, serta bekerjasama dengan baik dalam kelompoknya. Dari pengamatan pada
siklus II ditemukan peserta didik telah mampu berdiskusi secara tertib dan baik. Peserta
didik memiliki kemauan untuk mengahargai pendapat temanya, peserta didik banyak
yang ingin mengajukan pertanyaan dan berpendapat. Hampir semua peserta didik aktif
menjawab pertanyaan guru, ataupun bertanya pada guru pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Guru sudah mampu memperbaiki kekurangan-kekurangan pada siklus I.
Adanya Aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran juga bisa di lihat pada
dokumentasi berupa foto-foto yang sudah disajikan dalam tiap langkah pembelajaran.
Aktivitas peserta didik selama pembelajaran dengan penerapan metode kooperatif tipe
SAL; yaitu pada saat:
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Penyajian
Kelas
Diskusi
Kelompok
Presentasi Kuis/Tanya
Jawab
Kesimpulan
Siklus I Siklus II
Presentasi
60%
37%
Kuis/Tanya Jawab
55%
39%
Kesimpulan
60%
28%
Rata-rata
59%
36%
Volume 3, Nomor 4, April 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
445 http://sosains.greenvest.co.id
Penyajian kelas
Peserta didik mendengar dan memperhatikan penjelasan dari guru mengenai
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajaran dan materi apa yang akan
dibahas pada pertemuan ini. Diskusi kelompok. Pada diskusi kelompok di siklus II ini,
guru membagi peserta didik di kelas 7 I menjadi 8 kelompok dengan anggota setiap
kelompoknya adalah 4 peserta didik. Dengan jumlah peserta didiknya menjadi lebih
sedikit diharapkan kelompok-kelompok kecil ini menjadi aktif dalam berdiskusi dan
dalam menyelesaikan masalah-masalah yang disajikan dalam LKPD. Menghindari
adanya peserta didik yang berbicara sendiri, guyon, ramai dan yang hanya diam saja,
tidak mengerjakan apa-apa.
Presentasi
Pada presentasi di siklus II ini, semua anggota dari kelompok-kelompok kecil maju
ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusi dari kelompoknya; dan kelompok-
kelompok yang lain mendengarkan aktif dan memberikan tanggapan terhadap presentasi
yang disajikan. Guru sebagai fasilitator selama jalannya kegiatan presentasi ini. Guru
mengamati jalannya presentasi dan memberikan refleksi di akhir kegiatan presentasi. Di
siklus II ini mengalami peningkatan aktivitas oleh peserta didik pada saat presentasi,
karena semua peserta didik mempunyai kesempatan yang sama dalam berpresentasi di
depan kelas, dan semua peserta didik yang tidak berpresentasi mendengarkan dengan
tenang dan suasana kelas menjadi tenang, hanya terdapat suara peserta didik yang sedang
menyajikan hasil diskusinya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang disajikan dalam
LKPD.
Tanya jawab
Pada tahap tanya jawab, guru memberikan soal yang berhubungan dengan materi
yang sedang dipelajari; peserta didik menjawab pertanyaan guru. Pada tahap ini, sebagian
besar peserta didik dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, sehingga dapat
diketahui bahwa peserta didik memahami masalah-masalah yang disajikan dalam LKPD.
Pada tahap ini peserta didik sudah memunyai kepercayaan diri dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, setiap kelompok saling bersinergi dalam
mengemukakan pendapatnya, artinya jika temannya dalam satu kelompok kurang lengkap
dalam memberikan jawaban, maka peserta didik yang lain membantu untuk
melengkapinya.
Kesimpulan
Pada tahap kesimpulan; yang menyimpulkan materi adalah peserta didik, guru
tetap sebagai fasilitator saja. Setiap kelompok dapat membacakan kesimpulan yang telah
dibuatnya saat berdiskusi. Salah satu peserta didik di dalam kelompoknya membacakan
kesimpulan tersebut. Kesimpulan didasarkan pada rangkuman singkat berdasarkan materi
yang disajikan. Untuk kesimpulan, setiap kelompok dapat berbeda-beda, berdasarkan
sudut pandang mana yang akan dilihatnya. Dengan perbedaan kesimpulan yang
dihasilkan, maka peserta didik dapat mengemukakan pendapatnya tentang materi yang
sedang dipelajari.
Pada penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe SAL dapat dilakukan secara
lebih optimal atau ada peningkatan dari siklus I, pada saat membimbing diskusi kelompok
sehingga peserta didik lebih termotivasi untuk mengikuti pelajaran dan lebih aktif
bertanya, serta bekerjasama dengan baik dalam kelompoknya. Dari pengamatan pada
siklus II ditemukan peserta didik telah mampu berdiskusi secara tertib dan baik. Peserta
didik memiliki kemauan untuk mengahargai pendapat temanya, peserta didik banyak
yang ingin mengajukan pertanyaan dan berpendapat. Hampir semua peserta didik aktif
menjawab pertanyaan guru, ataupun bertanya pada guru pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Guru sudah mampu memperbaiki kekurangan-kekurangan pada siklus I.
Adanya Aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran juga bisa di lihat pada
dokumentasi berupa foto-foto yang sudah disajikan dalam tiap langkah pembelajaran.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Sal dalam
Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Peserta
Didik Kelas VII I
2023
Nurcipto 446
Penilaian yang dilakukan pada setiap siklus adalah dengan tes siklus I pada
pertemuan ketiga dan tes siklus II pada akhir pertemuan keenam, di mana materi tes
adalah mengenai materi keragaman sosial dan budaya di Indonesia. Hal ini bertujuan
untuk mengukur sejauh mana peserta didik dapat menguasai materi yang telah
disampaikan atau diajarkan oleh peneliti dengan menggunakan metode pembelajaran
kooperatif tipe SAL. Berdasarkan hasil postes siklus I dan siklus II didapat daftar nilai
sebagai berikut:
Tabel 2 Hasil Belajar Peserta didik siklus I dan siklus II
Berdasarkan tabel di atas, rata-rata hasil belajar siklus I adalah 68,4 meningkat
pada siklus II dengan rata-rata kelas 87,8; mengalami peningkatan 19,4 poin. Nilai
tertinggi pada siklus I yang didapatkan yaitu 80 pada siklus II meningkat menjadi 100;
mengalami peningkatan 20 poin. Nilai terendah pada siklus I adalah 50 meningkat
menjadi 80 pada siklus II, meningkat 30 poin. Sedangkan ketuntasan peserta didik dari
13 peserta didik atau 40% meningkat menjadi 32 peserta didik atau 100%, mengalami
peningkatan 60%.
Peningkatan rata-rata kelas untuk lebih jelas terjadi peningkatannya disajikan
dalam diagram batang berikut ini,
Gambar 3 Diagram Batang peningkatan rata-rata kelas hasil belajar peserta didik
0.0
50.0
100.0
siklus 1 Siklus 2
6
87.8
Keterangan
Siklus I
Siklus II
Peningkatan
Nilai Rata-rata
68,4
87,8
19,4
Nilai tertinggi
80
100
20
Nilai Terendah
50
80
30
Ketuntasan
40%
100%
60%
Peserta didik
13
32
19
Volume 3, Nomor 4, April 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
447 http://sosains.greenvest.co.id
Peningkatan keadaan hasil belajar peserta didik terhadap materi Keragaman Sosial
dan Budaya Indonesia dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif tipe SAL
siklus I dan siklus II dalam proses pembelajaran dapat digambarkan pada diagram
batang di bawah ini.
Gambar 3 Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Peserta didik
Menurut peneliti, semua indikator kinerja dalam penelitian ini sudah tercapai pada
siklus II. Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan, baik
pada Aktivitas dan hasil belajar dalam materi Keragaman Sosial dan Budaya
Indonesia dengan menggunakan metode kooperatif tipe SAL. Pada tahap refleksi
peneliti bersama guru mengevaluasi hasil dari tes dan observasi, dari hasil pengamatan
dan refleksi di siklus II maka penerapan metode kooperatif tipe SAL bisa dibilang dapat
meningkatkan Aktivitas dan hasil belajar Peserta didik.
Pada hasil Aktivitas peserta didik, semua indikator dalam Aktivitas peserta didik
sudah memenuhi kriteria yang sudah ditetapkan yaitu minimal 23 peserta didik telah
melakukan meningkatkan Aktivitas dalam pembelajaran dan Aktivitas peserta didik pada
proses pembelajaran berlangsung bisa juga dilihat pada dokumentasi berupa foto-foto
yang telah terlampir dalam lampiran, sedangkan pada hasil belajar semua Peserta didik
sudah mencapai ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu memperoleh nilai 73 untuk
masing-masing peserta didik pada siklus ke II yaitu mencapai rata-rata 81,96. Maka dari
hasil pengamatan dan refleksi di siklus II maka penerapan metode kooperatif tipe SAL
dapat meningkatkan Aktivitas peserta didik dan Hasil belajar Peserta didik. Keunggulan
yang ada perlu dipertahankan untuk mendukung peningkatan strategi pembelajaran
selanjutnya. Sedangkan beberapa kelemahan dalam metode pembelajaran kooperatif tipe
SAL perlu diperbaiki untuk pertemuan selanjutnya. Berdasarkan hasil tes dan hasil
observasi dari silkus II yang telah terjadi peningkatan dari silkus I, peneliti dan guru
sepakat bahwa penelitian ini tidak dilanjutkan ke siklus III.
Ketercapain hasil penelitian tindakan kelas, skor rerata pada Aktivitas dan hasil
belajar peserta didik terhadap materi Keragaman Sosial dan Budaya Indonesia dengan
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe SAL pada siklus II mengalami
peningkatan. Peningkatan terjadi karena peserta didik mengalami pembelajaran, berlatih
dan belajar bersama dengan temannya sendiri tidak hanya dari membaca atau
mendengarkan ceramah guru sehingga hasil belajar mereka akan meningkat. Peserta
didik juga merasa senang mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung karena peserta
didik selalu aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga peserta didik akan
lebih paham terhadap materi yang dipelajarinya. Dengan demikian penelitian yang telah
dilakukan dapat membukikan hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa: Metode
Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL dapat meningkatkan Aktivitas dan hasil belajar
peserta didik pada materi Keragaman Sosial dan Budaya Indonesia.
KESIMPULAN
Kesimpulan pada penelitian ini adalah Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL
(Students Active Learning) adalah pembelajaran yang menekankan peserta didik untuk
Pembelajaran Kooperatif Tipe Sal dalam
Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Peserta
Didik Kelas VII I
2023
Nurcipto 448
berperan aktif dalam proses pembelajaran. dengan langkah-langkah: 1) peserta didik
aktif dalam mendengarkan penjelasan guru; 2) peserta didik aktif bekerja dalam
kelompok; 3) peserta didik aktif dalam berpresentasi; 4) peserta didik aktif dalam
kegiatan tanya jawab dan 5) peserta didik aktif dalam membuat kesimpulan.
Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL (Students Active Learning) dapat meningkatkan
Aktivitas dan hasil belajar Materi Keragaman Sosial dan Budaya Indonesia peserta
didik Kelas VII I SMP Negeri 2 Demak.
Peningkatan Aktivitas: Pada siklus I peserta didik yang melakukan Aktivitas pada
indikator 1; penyajian kelas dari aktivitas peserta didik 50% menjadi 97%; mengalami
peningkatan 42%. Pada indikator 2; bekerja dalam kelompok Aktivitas peserta didik naik
dari 65% menjadi 97%; mengalami kenaikan 32%. Indikator 3; presentasi aktivitas
peserta didik dari 60% menjadi 97%; mengalami kenaikan 37%. Indikator 4; kuis atau
tanya jawab dari 55% aktivitas peserta didik naik menjadi 94%; mengalami kenaikan
39%; dan Indikator 5; Kesimpulan aktivitas peserta didik dari 60% menjadi 88%;
mengalami kenaikan 28%. Untuk rata-rata Aktivitas peserta didik pada siklus I; 59%
naik menjadi 95% mengalami kenaikan 36%. Dan 95% lebih tinggi dari indikator yang
ditetapkan yaitu 85%. Peningkatan hasil belajar: Siklus I rata-rata kelas 68,4 naik
menjadi rata-rata 87,8 pada siklus II. Dari rata-rata kelas tersebut dapat diketahui terjadi
peningkatan rata-rata 19,4 dari siklus I ke siklus II.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, R. (2017). Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
pada mata pelajaran kimia di madrasah aliyah. Lantanida Journal, 5(1), 1328.
Anisah, A. S. (2017). Pendekatan Pembelajaran Analisis Nilai untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep dan Sikap Kepedulian Sosial Siswa pada Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial. Jurnal Pendidikan UNIGA, 10(1), 18.
Arikunto, S. (2013). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.
Arikunto, S. (2021). Penelitian tindakan kelas: Edisi revisi. Bumi Aksara.
Hamalik, O. (2006). Proses belajar mengajar.
Haviluddin, H. (2016). Active Learning berbasis Teknologi Informasi (ICT). Informatika
Mulawarman: Jurnal Ilmiah Ilmu Komputer, 5(3), 2831.
Kadir, N. (2023). Peningkatan Hasil Belajar Materi Keragaman Sosial dan Budaya
Indonesia melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe SAL Siswa Kelas VII-2 SMP
Negeri I Soppeng Riaja Kabupaten Barru. Jurnal Edukasi Saintifik, 3(1), 2841.
Karsidi, K. (2015). Penggunaan model pembelajaran “BTL”(Better Teaching and
Learning) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mata pelajaran IPS pada
peserta didik kelas viii SMP Negeri 2 Demak tahun pelajaran 2015/2016. Jurnal
Geografi: Media Informasi Pengembangan Dan Profesi Kegeografian, 12(2), 134
142.
Kemendiknas, P. K. B. (2010). Panduan Pengembangan Pendekatan Belajar Aktif. Buku I
Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai
Budaya Dan Karakter Bangsa,, Jakarta.
Kholilullah, M. A. ad. (n.d.). Analisis Minat Baca Siswa Kelas V (B) SDN Rorotan 03
Pada Masa Pandemi Covid-19. Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatulah Jakarta.
Nasution, Z. M., Surya, E., & Manullang, M. (2017). Perbedaan kemampuan pemecahan
masalah matematik dan motivasi belajar siswa yang diberi pendekatan
pembelajaran berbasis masalah dengan pendidikan matematika realistik di SMP
negeri 3 Tebing Tinggi. PARADIKMA: JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA,
9(2).
Nurdyansyah, N., & Fahyuni, E. F. (2016). Inovasi model pembelajaran sesuai kurikulum
2013. Nizamia Learning Center.
Volume 3, Nomor 4, April 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
449 http://sosains.greenvest.co.id
Nuriyah, N. (2016). Evaluasi pembelajaran: sebuah kajian teori. Edueksos: Jurnal
Pendidikan Sosial Dan Ekonomi, 3(1).
Susilawati, S. (2023). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Meniti Hidup
Dengan Kemuliaan (Persaudaraan) Dengan Menggunakan Model Problem Based
Learning Kelas X Sman 3 Buntok. Prosiding Pendidikan Profesi Guru Agama
Islam (PPGAI), 3(1).
Syaparuddin, S., Meldianus, M., & Elihami, E. (2020). Strategi pembelajaran aktif dalam
meningkatkan motivasi belajar pkn peserta didik. Mahaguru: Jurnal Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, 1(1), 3041.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License.