Pengaruh Beban Pajak Tangguhan dan Perencanaan
Pajak terhadap Manajemen Laba (pada Perusahaan
Perdagangan, Jasa dan Investasi
Elny Sinaga, Harlyn L. Siagian 460
planning have a significant positive effect on earnings management.
Conclusion: From the research entitled Effect of deferred tax expense and tax
planning on earnings management in trading, service and investment companies
in 2019-2021, with 48 companies (144 samples), it can be concluded that deferred
tax expense (dte) does not have a negative effect on earnings management (sec),
tax planning (trr) does not have a negative effect on earnings management (sec),
and based on the tests that have been done, the researchers conclude that tax
burden and tax planning simultaneously have a significant positive effect on
earnings management.
PENDAHUUAN
Dewasa ini, perusahaan menyambangi persaingan pesat untuk bertahan dipasar
global, terutama perusahaan perdagangan,jasa dan investasi. Hal ini berarti perusahaan
perdagangan, jasa dan investasi merupakan industri bekapasitas untuk menggerakkan
per-ekonomian Indonesia. Perusahaan harus dapat menerapakan kebijakan manajemen
keuangan yang tepat untuk memastikan perkembangan bisnis yang berkelanjutan.
Indikator utama untuk mengukur kinerja perusahaan adalah laba (Alawi, 2021). Oleh
karena itu, manajemen sebagai pihak yang mengelola perusahaan dan juga bertanggung
jawab atas laporan keuangan memiliki kemampuan untuk mendesain laporan keuangan
sedemikian rupa sehingga tidak sesuai dengan tujuan utama perusahaan (Kwalepa,
Leunupun, & Persulessy, 2022).
Keadaan keuangan perusahaan menjadi focus perhatian terutama bagi
perusahaan yang memperdagangankan andil (saham) dibursa efek, karena keadaan
finansial perusahaan sangat berpengaruh bagi kepentingan pemakai intern dan external
didalam pengambilan ketetapan, maka dari itu keadaan finansial perusahaan
mengalami perubahan dan pemakai financial statement mempertimbangkan hal
tersebut untuk menetapkan kepastian. Kinerja juga mencerminkan manajamen
keuangan, dan kinerjaperusahaan dapat digambarkan baik atau buruk. Namun, pihak
eksternal menggunakan data kinerja sebagai tolak ukur untuk menilai risiko investasi
atau membuat keputusan kredit, yaitu investor dan kreditor, dan pemerintah untuk
tujuan pajak. Pihak penyelenggara kemungkinan mengbah perhitungan penghasilan
dengan menggunakan piliham-pilihan rampung untuk menggapai posisi finansial
perusahaan yang intensi. Tindakan ini dalam praktinya disebut sebagai manajemen
laba, yang berarti bahwa manajemen melakukan upaya sadar untuk mencapai tujuan
pelaporan laba tertentu sesuai dengan keinginanya melalui berbagai kebijakan atau
tindakan akuntansi (Utarini et al., 2021). Manajemen laba merupakan kebijakan yang
dipilih manajer yang dituangkan dalam pelaporan laba untuk mencapai tujuan tertentu
(Achyani & Lestari, 2019)
Fenomena manajemen laba terjadi pada tahun 2018 di PT Pertamina, dimana
perusahaan memiliki laba bersih sekitar Rp 35,99 triliun untuk keseluruhan tahun 2018,
sedangkan PT Pertamina memiliki laba sebesar Rp 5 Triliun saja di kuartal III 2018.
Hal ini disebabkan oleh perhitungan permintaan pemerintah untuk pembayaran harga
BBM yang mencapai RP 41,6 triiun, dikarenakan adanya selisih harga jual. BBM tahun
2017 dan 2018 masih belum disetor ke pemerintahan, per 31 Desember 2018.
Anastasia arvirianty,https://shorturl.at/psuz9 CNBC Indonesia 2018.
Kasus praktik manajemen laba juga terjadi di PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA).
Pada periode 2018, GIAA mendatakann laba bersih sejumlah USD 809,85 ribu atau
senilai Rp 11,33 miliar. Laba tersebut disebabkan oleh pendapatan operasional lainnya
yang lebih tinggi, yaitu sejumlah USD 306,88 juta. Sementara itu,pihak manajerial PT
Garuda Indonesia Tbk mencatatkan penapatan dari Mahata sebesar USD 239,940 ribu,
termasuk didalamnya bagi hasil dari PT Sriwijawa Air. Kendati masih Account
Receivable, sudah dicatat sebagai laba oleh perseroan. CNN Indonesia “Membedah