538 http://sosains.greenvest.co.id
JURNA
JURNAL SOSIAL DAN SAINS
VOUME 3 NOMOR 5 2023
P-ISSN 2774-7018, E-ISSN 2774-700X
HUBUNGAN JARAK KOS DENGAN IPK MAHASISWA
PENDIDIKAN GEOGRAFI DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN
INDONESIA
Amelia Karin Octaviana, Azhari Wulan Agustin, Hanifah Nur
Taqiyyah, Salman Naufal Almubarraq, Tsurayya Syifa Zahira
Universitas Pendidikan Indonesia
Emai : salmannaufalalmubaroq9898@gmail.com,
azhariwulan6@gmail.com, ameliakarin404@gmail.com,
haninur3108@gmail.com, syifazhahira17@gmail.com
Kata kunci:
Asrama; indeks
prestasi kumulatif
(ipk); jarak
Keywords:
Boarding house;
grade point
average (GPA);
distance
ABSTRAK
Latar Beakang : Studi saat ini melihat hubungan antara jarak dewan dan IPK
mahasiswa pendidikan geografi di perguruan tinggi pendidikan di Indonesia.
Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan dan efek yang
dirasakan siswa tentang jarak antara rumah kos dan tingkat IPK mereka saat ini.
Metode : Peneliti menggunakan strategi kuantitatif dalam investigasi ini,
mengumpulkan data melalui kuesioner melalui platform Google Forms. Sampel dan
populasi penelitian ini adalah sepuluh mahasiswa pendidikan geografi dari perguruan
tinggi pendidikan Indonesia tahun ajaran 20192022.
Hasil : Berdasarkan hasil temuan penelitian ini, terdapat keterkaitan antara jarak kost
dengan IPK mahasiswa pendidikan geografi di Universitas Pendidikan Indonesia,
karena berpengaruh terhadap motivasi belajar mahasiswa.
Kesimpulan: kesimpulan yakni diantaranya Sebagian mahasiswa yang tinggal di
kosan dengan jarak ke kampus lebih dari 1 kilometer mengalami pengaruh terhadap
nilai IPK nya, namun pengaruhnya tidak mengkhawatirkan. Standar rata-rata IPK
mahasiswa pendidikan geografi di Universitas Pendidikan Indonesia pada angkatan
2019 2022 masih berada pada kisaran angka 3, yang mana aman karena berada diatas
standar minimal yang ditentukan. Mahasiswa pendidikan geografi di Universitas
Pendidikan Indonesia memiliki cara tersendiri dalam mengatasi segala kendala yang
dialami terkait jarak dan perjalanan dari kosan ke kampus. Terdapat hubungan antara
jarak kos dengan IPK mahasiswa pendidikan geografi di Universitas Pendidikan
Indonesia, yakni karena adanya pengaruh terhadap motivasi belajar mahasiswa.
ABSTRACT
Background: The current study looked at the relationship between board distance and
the GPA of students studying geography at tertiary education institutions in Indonesia.
Purpose: The aim of this study was to examine the relationship and effect students felt
about the distance between boarding houses and their current GPA level.
Method: Researchers used a quantitative strategy in this investigation, collecting data
through questionnaires through the Google Forms platform. The sample and
population of this study were ten geography education students from Indonesian
higher education institutions for the 20192022 academic year.
Voume 3, Nomor 5, Mei 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
539 http://sosains.greenvest.co.id
Resuts: Based on the findings of this study, there is a link between boarding distance
and the GPA of geography education students at the Indonesian University of
Education, because it influences student learning motivation.
Concusion: The conclusion is that some students who live in boarding houses with a
distance to campus of more than 1 kilometer experience an influence on their GPA
scores, but the effect is not worrying. The average GPA standard for geography
education students at the Indonesian University of Education in the 2019-2022 class is
still in the range of number 3, which is safe because it is above the minimum standard
specified. Geography education students at the Indonesian University of Education
have their own way of overcoming all the obstacles they experience regarding distance
and travel from boarding houses to campus. There is a relationship between boarding
distance and the GPA of geography education students at the Indonesian University of
Education, namely because of the influence on student learning motivation.
PENDAHUUAN
Mahasiswa merupakan individu-individu yang mempelajari ilmu tertentu pada
suatu perguruan tinggi. Mengutip UU RI Nomor 12 Tahun 2012 mengenai Pendidikan
Tinggi, yakni pada pasal 13 ayat 1 dan 2 tertera bahwa mahasiswa merupakan member
sivitas akademika yang diposisikan sebagai individu aktif yang mengembangkan
potensi diri secara sadar guna melaksanakan pembelajaran, riset, pengembangan,
penguasaan, dan pengimplementasian sebuah cabang ilmu pengetahuan dan teknologi
guna menjadi seorang professional, praktisi, kaum intelektual atau ilmuwan.
Berdasarkan Kamus Praktis Bahasa Indonesia, mahasiswa diartikan secara sederhana
yakni sebagai orang-orang yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi
(Amir, 2016). Mahasiswa merupakan sosok yang erat berkaitan dengan kedinamisan
dan keilmuwan yang berorientasi pada realita objektif, rasional, dan sistematis (Siregar,
2006).
Mahasiswa merupakan tiap-tiap orang dengan rata-rata usia 18 - 30 tahun yang
terdaftar secara resmi dalam keikutsertaannya pada pelajaran tertentu di tingkat
pendidikan perguruan tinggi dan mendapat posisi serta status akademisi di lingkungan
masyarakat (Alfian, 2014). Orang-orang yang terdaftar sebagai pelajar di perguruan
tinggi sudah langsung bisa disebut mahasiswa (Takwin, 2008). Mahasiswa juga
merupakan calon sarjana yang terlibat dengan masyarakat dalam prosesnya dan
diharapkan mampu menjadi calon intelektual (Alfian, 2014). Mahasiswa dipandang
mempunyai level intelektualitas yang tinggi, memiliki perencanaan yang baik dalam
bertindak, dan kecerdasan yang unggul dalam berpikir.
Mahasiswa memiliki ciri-ciri tertentu, berdasarkan pernyataan Kartono Siregar
(2006)berikut merupakan ciri-ciri dari seorang mahasiswa.
1. Mahasiswa selalu diharapkan dapat menjadi bibit penggerak yang dinamis dalam
proses modernisasi
2. Mahasiswa selalu diharapkan dapat menjadi sumber daya manusia yang profesional
dan memiliki kualitas yang unggul.
3. Mahasiswa disebut kaum intelektual sebab memiliki privilege dan kemampuan
belajar di suatu perguruan tinggi.
4. Mahasiswa diharapkan mampu menjadi pemimpin yang terampil dan berguna bagi
masyarakat.
Mahasiswa memiliki tugas dan kewajiban tersendiri, menurut (Siallagan, 2011),
mahasiswa merupakan warga kampus yang memiliki main job yakni belajar seperti
membaca buku, membuat karya tulis ilmiah, melakukan riset penelitian, presentasi,
berdiskusi, menghadiri dan menyelenggarakan seminar-seminar ilmu pengetahuan baik
hard-skill maupun soft-skill, dan kegiatan lain yang berhubungan dengan perguruan
tinggi. Selain main job tersebut, ada beberapa tugas lain yang dinilai lebih rumit namun
Amelia Karin Octaviana, Azhari Wulan Agustin, Hanifah Nur Taqiyyah, Salman Naufal
Almubarraq, Tsurayya Syifa Zahira 540
bermakna bagi mahasiswa, yakni sebagai agen perubahan dan kontrol terhadap
kehidupan sosial masyarakat. Selain tugas, mahasiswa juga mempunyai beberapa
kewajiban yang perlu dilaksanakan, diantaranya:
1. Berakhlak mulia dan bertaqwa kepada Tuhan YME
2. Belajar dengan sungguh-sungguh supaya menjadi individu yang unggul dan
berprestasi
3. Mematuhi segala bentuk peraturan dan persyaratan yang ada di lingkungan
perguruan tinggi, jurusan, maupun fakultas
4. Menjaga kebersihan, keamanan, dan ketertiban lingkungan perguruan tinggi serta
memelihara sarana prasarana yang ada
5. Menghargai setiap ilmu pengetahuan, kesenian, dan teknologi
6. Melibatkan diri secara aktif pada kegiatan kemahasiswaan
7. Menjaga nama baik, kehormatan, dan citra perguruan tinggi
8. Bertanggung jawab atas biaya penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan aturan
yang berlaku
9. Menggunakan pakaian yang rapi, sopan, dan patut pada saat berada di lingkungan
kampus
10. Menggunakan almamater kampus pada setiap aktivitas kemahasiswaan maupun
aktivitas perguruan tinggi
11. Menjunjung tinggi adat istiadat dan etika yang belraku
12. Menjaga kampus dari aktivitas politik praktis
13. Menaato segala bentuk kewajiban yang diberikan sesuai peraturan perundang-
undangan yang ada
14. Menghormati terhadap sesama mahasiswa dan berperilaku sopan terhadap
pimpinan, dosen, dan karyawan perguruan tinggi
15. Apabila membawa kendaraan, posisikan kendaraan secara tertib di area yang
disediakan.
Melihat poin-poin tugas dan kewajiban mahasiwa diatas, khususnya pada poin
kedua “belajar dengan sungguh-sungguh supaya menjadi individu yang unggul dan
berprestasi” salah satu faktor yang dapat memberikan kemudahan bagi mahasiswa
dalam pelaksanaannya adalah faktor tempat tinggal. Apabila mahasiswa memiliki
tempat tinggal yang strategis dan tidak terlalu jauh dari kampus, hal tersebut akan
menghindarkan mahasiswa dari segala bentuk kemalasan dalam belajar di kampus.
Tempat inggal adalah tempat bagi seseorang menjalankan segala kegiatannya, baik
guna kepentingan individu maupun kelompok. Tempat tinggal yang seringkali dipilih
para mahasiswa supaya dekat dengan kampus adalah rumah kos atau kos-kosan. Pada
kebanyakan kasus, umumnya mahasiswa yang berada pada tingkat perekonomian
tinggi akan lebih memilih tinggal di sebuah apartemen atau guest house atau bahkan
hotel, akan tetapi berbeda bagi mahasiswa yang berada pada kondisi ekonomi
menengah kebawah, para mahasiswa tersebut akan lebih memilih tinggal di suatu
kamar tinggal yang disebut dengan kos-kosan (Rosadi & Andriawan, 2016). Rumah
kos atau kos-kosan berbeda dengan kontrakan, sistem pembayaran kos-kosan biasanya
dilakukan dalam kurun waktu bulanan atau kelipatan sedangkan kontrakan biasanya
jangka pembayarannya berada pada tahunan atau kelipatan. Jangka waktu penyewaan
kos-kosan relatif lebih singkat dibandingkan kontrakan.
Mahasiswa yang menyewa kos-kosan biasanya merupakan mahasiswa
perantauan atau yang rumahnya masih di kota yang sama dengan perguruan tingginya
namun jarak tempuhnya jauh tak terkecuali para mahasiswa pendidikan geografi di
universitas pendidikan Indonesia. Menyewa kos-kosan akan membantu mahasiswa
mendapatkan waktu lebih banyak untuk belajar dibandingkan dengan mahasiswa yang
tidak menyewa kos dan tempat tinggalnya jauh (Saputra, 2021). Hal tersebut
kemungkinan dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa seperti pemerolehan
IPK (Indeks Prestasi Kumulatif).
Voume 3, Nomor 5, Mei 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
541 http://sosains.greenvest.co.id
Indeks Prestasi Kumulatif atau disingkat IPK dalam kamus besar Bahasa
Indonesia diartikan sebagai hasil yang sudah berdasarkan hal yang telah dilakukan,
dikerjakan, dan sebagainya). IPK adalah nilai keseluruhan mata kuliah yang telah
dilaksanakan oleh mahasiswa yang diperoleh dari hasil perkalian tingkat nilai yang
kemudian dibagi dengan keseluruhan total sks yang telah diselesaikan. IPK sifatnya
kuantitatis yakni skala maksimumnya adalah 4. Faktor utama dalam menentukan
prestasi akademik seorang mahasiswa adalah melalui IPK. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Hammond Metriana (2014) yakni faktor utama dalam menentukan efek
positif atau negatif dari pekerjaan pada prestasi akademik siswa adalah IPK mereka.
Kuh, Kenzie, dan Buckley Metriana (2014) juga berpendapat bahwa prestasi akademik
ditunjukkan oleh nilai IPK. Maka sebab itulah, prestasi akademik seringkali ditentukan
oleh IPK (Indeks Prestasi Kumulatif).
Penelitian yang dilakukan oleh Fadillah (2023) yang berjudul “Perbedaan Indeks
Prestasi Komulatif (IPK) Mahasiswa FKIP UM Parepare berdasarkan Tempat Tinggal”
menghasilkan kesimpulan bahwa rata-rata IPK mahasiswa yang tinggal di kos-kosan
sebesar 3,62 standar deviasi sebesar 0,19, nilai minimum sebesar 3,30, nilai maximum
sebesar 3,97 dengan range 0,67. Penelitian tersebut kami anggap relevan karena
hasilnya menunjukkan pengaruh tempat tinggal kos-kosan terhadap IPK mahasiswa di
suatu fakultas pada sebuah perguruan tinggi.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti berniat untuk
melakukan penelitian terkait hubungan jarak kos dengan IPK mahasiswa pendidikan
geografi di universitas pendidikan indonesia. Kemudian terkait manfaat yang
didapatkan dari penelitian ini adalah berupa manfaat secara praktis dan manfaat secara
teoritis. Selain itu penelitian kali ini pun tentu saja akan jauh lebih baik apabila
manfaatnya tidak sekedar bermanfaat untuk peneliti saja, namun juga untuk para pihak-
pihak lain yang turut membaca penelitian ini (Istiqomah, 2015).
METODE PENEITIAN
Metode penelitian yakni berfungsi dalam menjaga suatu ilmu pengetahuan yang
ingin diraih dari sebuah penelitian memiliki karya ilmiah yang setinggi-tingginya. Data
primer merupakan informasi yang didapatkan dari sumber-sumber yang bersifat primer
yakni informasi dari para narasumber atau tangan pertama (Djou, 2013). Sedangkan, data
sekunder merupakan informasi yang tidak didapatkan langsung dari narasumber,
melainkan pihak ketiga.
Populasi merupakan kelompok subjek yang akan dikenai generalisasi dari suatu
hasil penelitian. Menurut (Arikunto, 2013) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
Populasi adalah area generalisasi yang tersusun dari objek, subjek, mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang telah ditentukan guna dipelajari oleh para peneliti yang
kemudian ditarik kesimpulannya. Sebab itu, populasi tidak sebatas hanya jumlah
banyaknya responden saja tetaou juga seluruh karakteristik yang menempel pada diri
subjek. Berdasarkan pengertian populasi tersebut, populasi dalam penelitian ini yakni
Mahasiswa/i S1 Program studi Pendidikan Geografi UPI angkatan 2019 s/d 2022,
Bertempat tinggal di rumah kos aau kos-kosan, dan Berjumlah paling sedikit 5 orang dan
maksimal 10 orang.
Sampel merupakan wakil atau sebagian dari populasi yang diteliti (Arikunto,
2013). Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang terkandung pada
populasi. Apabila jumlah responden berada pada jumlah kurang dari 100 maka peneliti
baiknya menggunakan keseluruhan dari jumlah populasi. Penelitian ini menggunakan
sampel dari seluruh populasi yang berjumlah 10 orang.
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang efisien apabila peneliti
mengetahui variabel akan diukurnya dan mengetahui apa yang dapat diharapkan dari para
responden (Sugiyono, 2015). Kuesioner adalah teknik pengumpuan data yang
dilaksanakan berupa pemberian seperangkat pertanyaan yang perlu dijawab oleh
Amelia Karin Octaviana, Azhari Wulan Agustin, Hanifah Nur Taqiyyah, Salman Naufal
Almubarraq, Tsurayya Syifa Zahira 542
responden. Terdapat tiga jenis kuesioner berdasarkan bentuknya yakni kuesioner tertutup,
terbuka, dan tertutup-terbuka. Pada penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner
tertutup-terbuka yang mana merupakan gabungan antara kuesioner yang menyediakan
alternatif jawaban dan juga tidak melalui platform online google form.
Studi kepustakaan merupakan betuk kajian teoritis dan referensi-referensi lain yang
berhubungan dengan nilai, norma, dan budaya yang berkembang terhadap situasi sosial
yang sedang diteliti (Sugiyono, 2015). Studi kepustakaan penting dilakukan sebab
penelitian tidak akan pernah lepas dari literatur-literatur ilmiah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengumpulan data baik primer maupun sekunder, diperoleh
gambaran hasil penelitian. Data yang terkumpul melalui platform online google form
kemudian diolah sesuai dengan jumlah responden yakni sebanyak 10 orang mahasiswa
pendidikan geografi di universitas pendidikan Indonesia angkatan 2019 - 2022. Setelah
data kuesioner terkumpul ternyata secara keseluruhan memenuhi syarat untuk dianalisis,
dan diinterprestasikan guna memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan. Berikut
hasil kuesioner.
Gambar 1 Diagram jumlah responden
Melalui diagram lingkaran diatas dapat dilihat bahwa 10 responden yang menjawab
kuesioner terdiri dari 40% mahasiswa pendidikan geografi di universitas pendidikan
angkatan 2020, 20% mahasiswa angkatan 2021, 20% mahasiswa angkatan 2022, dan 20%
mahasiswa angkatan 2023. Seluruh responden merupakan mahasiswa yang bertempat
tinggal di rumah kos atau kos-kosan di sekitaran wilayah kampus universitas pendidikan
Indonesia.
Tabel 1 Tabel Hasil Kuesioner
Angkatan
Jawaban Responden
Jarak tempat tinggal (kos) - kampus
Pengaruh jarak tempat
tinggal dengan IPK
2020
> 1km
Ya, berpengaruh
2020
< 500m
Tidak berpengaruh
2019
< 500m
Tidak berpengaruh
2019
5m 1km
Tidak berpengaruh
2022
> 1km
Ya, berpengaruh
2021
< 500m
Tidak berpengaruh
2021
500m 1km
Tidak berpengaruh
2020
< 500m
Ya, berpengaruh
2020
> 1km
Ya, berpengaruh
2020
< 500m
Ya, berpengaruh
50% responden menjawab Ya, berpengaruh
50% responden menjawab Tidak berpengaruh
Voume 3, Nomor 5, Mei 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
543 http://sosains.greenvest.co.id
Pada tabel 1, sebanyak 50% mahasiswa menjawab bahwa jarak tempat tinggal
(kos) berpengaruh terhadap IPK dan 50% lagi menjawab sebaliknya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa adanya perbedaan pendapat yang disebabkan oleh perbedaan
pengalaman masing-masing mahasiswa. Terdapat kemungkinan mahasiswa yang
menjawab “Ya, berpengaruh” tidak mengalami perubahan seperti penurunan nilai IPK
yang disebabkan oleh jarak tempat tinggal (kos). Sedangkan bagi mahasiswa yang
menjawab “Tidak, berpengaruh” kemungkinan mengalami perubahan naik-turunnya nilai
IPK mereka yang disebabkan oleh jarak tempat tinggal (kos). Kemungkinan-
kemungkinan tersebut dapat dilihat dari data hasil kuesioner berikut.
Gambar 2 Diagram pendapat mahasiswa
Sebanyak 20% mahasiswa berpendapat bahwa tempat tinggal (kos) berpengaruh
terhadap IPK mereka tanpa memberikan alasan. Kemudian, 30% mahasiswa berpendapat
sama namun terbagi menjadi masing-masing 10% karena alasan yang berbeda. Masing-
masing 10% tersbeut diantaranya beralasan bahwa (1) Ya, berpengaruh sebab tempat
tinggal yang terlalu jauh dapat membuat mahasiswa lelah sehingga motivasi belajar
menurun yang kemudian berpengaruh pada nilai IPK, (2) Ya, IPK diukur dari
kemampuan mahasiswa dari berbagai aspek dan kemampuan ini dicapai dari
pembelajaran dan interaksi dengan lingkungan. Apabila lingkungan tempat tinggal
meningkatkan motivasi belajar, maka kemungkinan IPK dapat bernilai baik. Begitupun
sebaliknya, (3) Ya, apabila lingkungannya enak, belajar juga enak. IPK pun bisa stabil.
Melihat dari ketiga pendapat mahasiswa tersebut dapat diketahui bahwa tempat
tinggal (kos) yang jaraknya dekat dengan kampus dan memiliki lingkungan yang
mendukung mahasiswa dalam belajar akan mempengaruhi peningkatan atau kestabilan
nilai IPK. Peningkatan dan kestabilan tersebut berkaitan erat dengan motivasi belajar
mahasiswa. Motivasi belajar erat kaitannya dengan keinginan mahasiswa untuk berhasil
menyelesaikan kegiatan pembelajaran di tiap semesternya. Motivasi belajar sangat
diperlukan oleh mahasiswa dalam menyelesaikan segala macam tugas dan kewajibannya
selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Seorang mahasiswa yang memiliki motivasi
tinggi akan memiliki semangat dalam belajar sehingga memberikan pengaruh positif
terhadap prestasi akademiknya.
Namun walaupun begitu, masih terdapat 50% mahasiswa yang berpendapat bahwa
jarak tempat tinggal (kos) tidak berpengaruh terhadap nilai IPK dan hal tersebut dapat
disebabkan oleh beberapa hal seperti kebiasaan rajin mahasiswa untuk menyelesaikan
segala macam tugas yang diberikan, mahasiswa memiliki keunggulan dalam hal
kecerdasan, dan masih banyak lagi penyebab lainnya. Mengetahui perbedaan pendapat
mahasiswa di atas, peneliti kemudian memiliki rasa keingintahuan terhadap jarak tempa
tinggal (kos) ke kampus yang ideal menurut masing-masing mahasiswa guna
meningkatkan IPK.
Amelia Karin Octaviana, Azhari Wulan Agustin, Hanifah Nur Taqiyyah, Salman Naufal
Almubarraq, Tsurayya Syifa Zahira 544
Gambar 3 Diagram jarak ideal kos kampus
Sebanyak 10% mahasiswa berpendapat bahwa jarak ideal dari tempat tinggal (kos)
ke kampus berada pada rentan 100 200 meter. 10% lain menyatakan jarak 300 meter
merupakan jarak yang ideal. Kemudian, 40% mahasiswa menyatakan jarak kurang dari
500 meter merupakan jarak yang ideal. Sebagian lagi yakni 40% mahasiswa menyatakan
tidak ada ukuran ideal terkait jarak tempat tinggal (kos) ke kampus. Berdasarkan
presentase tersebut maka peneliti menarik angka rata-rata jarak ideal dari kos ke kampus
adalah sejauh 250 meter.
Setelah mengetahui jarak ideal tempat tinggal (kos) ke kampus, Mahasiswa
berpendapat mengenai IPK yang ideal menurut mereka masing-masing. Sebanyak 40%
mahasiswa menjawab standar minimal yang ditentukan oleh pihak perguruan tinggi, 20%
menjawab minimal berada di angka 3, 20% menjawab di atas angka 3, dan 20% lagi
menjawab minimal 3,50.
Tabel 2 IPK Ideal
IPK Ideal
Minimal 3,50
IPK Minimun yang perlu dicapai
Yang memenuhi standar minimal yang ditentukan kampus
Diatas 3
Minimal 3,50
Minimal 3
Standar minimal kampus
Diatas 3
Yang diatas angka minimal
Minimal 3
Sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Rektor Universitas Pendidikan
Indonesia menyatakan bahwa mahasiswa S1 program studi Pendidikan Geografi fakultas
pendidikan ilmu pengetahuan sosial atau disingkat FPIPS wajib memenuhi standar
minimal nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yakni sebesar 2,50. Mengacu pada standar
minimal IPK tersebut, mahasiswa memberikan pernyataannyaa kepuasan terkait nilai IPK
yang dicapai berdasarkan jarak tempat tinggal (kos) saat ini. Sebanyak 80% mahasiswa
merasa puas dan hanya 20% yang merasa tidak puas.
Ketidakpuasan 20% mahasiswa responden ini terhadap nilai IPK mereka dipengaruhi
oleh beberapa kendala yang dialami selama perjalanan menuju kampus, yakni
diantaranya:
1. Rasa malas
2. Jarak kosan yang agak terlalu jauh, sehingga apabila tidak memiliki kendaraan
bermotor mahasiswa akan merasa kesulitan
3. Jarang adanya ojek, terutama saat pagi hari
4. Seringkali telat datang/masuk pada saat kelas pagi
Voume 3, Nomor 5, Mei 2023
p-ISSN 2774-7018 ; e-ISSN 2774-700X
545 http://sosains.greenvest.co.id
Gambar 4 Diagram kepuasan terhadap IPK dengan jarak tempat tinggal (kos)
Mengatasi kendala-kendala yang dialami, hasil data kuesioner para mahasiswa
responden menyatakan beberapa solusi terkait usaha mereka dalam memenuhi IPK ideal
terhadap jarak tempat tinggal (kos), sebagai berikut.
1. Memanfaatkan waktu senggang dengan cara belajar dan mengulang materi
perkuliahan
2. Mengerjakan dan menyelesaikan tugas semaksimal mungkin
3. Berperan aktif pada saat kegiatan perkuliahan di kelas berlangsung
Di masa sekarang, tempat tinggal hanyalah salah satu faktor kecil dari banyaknya
faktor-faktor besar lain yang dapat mempengaruhi IPK seseorang. Tidak juga menutup
kemungkinan bahwa IPK mahasiswa yang tinggal di rumah kos yang lebih jauh
dibanding mahasiswa lain bisa lebih unggul. Sebab di era modern saat ini, mahasiswa
bisa belajar dimanapun dan kapanpun tanpa adanya pengaruh jarak. Perkembangan dan
kemajuan teknologi saat ini menciptakan generasi-generasi yang dapat dengan mudah
mengakses apapun yang ingin dipelajari tanpa adanya batas antara ruang dan waktu.
Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Hilgard (Handini, Gusrayani, & Panjaitan,
2016) bahwa belajar itu merupakan suatu proses perubahan sikap atau perilaku oleh sebab
adanya latihan dan pengalaman. Belajar merupakan sebuah proses yang panjang dan
penuh rintangan yang selalu terjadi pada seseorang sampai akhir hayat (Pujiriyanto,
2012). Proses belajar terjadi akibat interaksi seseorang dengan lingkungan yang ada di
sekitarnya. Maka sebab itulah, sejatinya belajar dapat dilaksanakan dimana dan kapan
saja.
KESIMPUAN
Berdasarkan hasil penelitian pengembangan media pembelajaran matematika
berbasis smartphone yang berkualitas untuk digunakan pada pembelajaran menggunakan
beberapa kriteria. untuk menilai. Penilaian kelayakan,kepraktisan dan keefektifan media
dilakukan oleh dosen dan guru serta uji coba kelompok kecil dan uji coba kelompok
besar yang diterapkan kepada peserta didik. Penilaian media pembelajaran matematika
berbasis smartphone ini berdasarkan aspek penilaian kelayakan yang di lakukan oleh
Dosen dan Guru mendapat persentase 80,77%, yang berarti penilaian ahli media terletak
pada kategori “Sangat Layak” untuk digunakan sebagai media pembelajaran di sekolah.
Penilaian media pembelajaran matematika berbasis smartphone berdasarkan aspek
kepraktisan media diambil dari angket respon uji coba kelompok kecil dan ujicoba
kelompok besar mendapat nilai persentase rata-rata 80,94%. Persentase tersebut terletak
pada skala kriteria 80%<RS≤100% maka berarti uji coba ini mendapat kategori “Sangat
praktis” untuk digunakan dalam pembelajaran di sekolah. Penilaian media pembelajaran
matematika berbasis smartphone berdasarkan aspek keefektifan yang diperoleh dari soal
tes uji coba kelompok kecil dan ujicoba kelompok besar mendapatkan nilai rata-rata
persentase 73,25% persentase tersebut terletak pada skala 60%<KBK<80%, sehingga
mendapat kategori “efektif” untuk digunakan dalam pembelajaran di sekolah.
Adapun kelebihan dari media pembelajaran matematika berbasis smartphone
diantaranya adalah media berbasis smartphone cocok digunakan untuk siswa belajar
Amelia Karin Octaviana, Azhari Wulan Agustin, Hanifah Nur Taqiyyah, Salman Naufal
Almubarraq, Tsurayya Syifa Zahira 546
mandiri di sekolah maupun di rumah media pembelajaran matematika Smartphone Ini
juga sudah dilengkapi video pembelajaran yang bisa membantu pemahaman siswa dalam
belajar mandiri di rumah media pembelajaran ini juga bisa menghemat waktu dan biaya
karena bisa dilakukan di mana saja media pembelajaran ini juga mendukung ketertarikan
peserta didik dalam mempelajari matematika karena sudah menggunakan teknologi yang
berkembang saat ini media pembelajaran smartphone Ini juga perlu disempurnakan
karena media pembelajaran smartphone ini masih mencakup materi sistem persamaan
linear dua variabel saja.
DAFTAR PUSTAKA
Alfian, Mohammad. (2014). Regulasi emosi pada mahasiswa suku Jawa, suku Banjar,
dan suku Bima. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 2(2), 263275.
Amir, M. Taufiq. (2016). Inovasi pendidikan melalui problem based learning. Prenada
Media.
Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.
Djou, Josef Alfonsius Gadi. (2013). Pengembangan 24 Destinasi Wisata Bahari
Kabupaten Ende. Jurnal Kawistara, 3(1).
Fadillah, St. (2023). Perbedaan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) Mahasiswa FKIP UM
Parepare Berdasarkan Tempat Tinggal. Tautologi: Journal of Mathematics
Education, 1(1), 3539.
Handini, Dea, Gusrayani, Diah, & Panjaitan, Regina Lichteria. (2016). Penerapan model
contextual teaching and learning meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV pada
materi gaya. Jurnal Pena Ilmiah, 1(1), 451460.
Istiqomah, Imannatul. (2015). Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kepuasaan
Perkawinan. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Metriana, Maya, & Lataruva, Eisha. (2014). Studi komparatif pengaruh motivasi,
perilaku belajar, self-efficacy dan status kerja terhadap prestasi akademik antara
mahasiswa bekerja dan mahasiswa tidak bekerja (studi pada mahasiswa S1
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro). Fakultas Ekonomika dan
Bisnis.
Prasetyo, Bambang, & Jannah, Lina Miftahul. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif:
Teori dan Aplikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 20.
Pujiriyanto, P. (2012). Teknologi untuk Pengembangan Media dan Pembelajaran.
Yogyakarta: UNY Press.
Rosadi, Dadi, & Andriawan, Feby Oktarista. (2016). Aplikasi sistem informasi pencarian
tempat kos di kota bandung berbasis android. Jurnal Computech & Bisnis (e-
Journal), 10(1), 5058.
Saputra, Redi. (2021). Motivasi Mahasiswa Simeulue Menjadi Takmir Masjid (Di Kota
Banda Aceh). UIN Ar-Raniry.
Siallagan, D. F. (2011). Fungsi dan peranan mahasiswa. Bengkulu: UNIB.
Siregar, Ade Rahmawati. (2006). Motivasi berprestasi mahasiswa ditinjau dari pola
asuh.
Sujerweni, Wiratna, & Sujarweni, V. Wiratna. (2014). Metode Penelitian: Lengkap,
Praktis, dan Mudah. Dipahami. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
This work is icensed under a Creative Commons Attribution-ShareAike
4.0 Internationa icense.