JURNAL SOSIAL DAN SAINS VOLUME 3 NOMOR 8 2023 P-ISSN 2774-7018, E-ISSN 2774-700X |
|
|
PENGARUH PENAMBAHAN PUREE DAUN KATUK (SAUROPUS ANDROGYNUS (L.) PADA PEMBUATAN FLAKES
TALAS TERHADAP KUALITAS FISIK DAN DAYA TERIMA KONSUMEN Rahmania
Chairun Nisa,
Mariani, I Gusti Ayu Ngurah S Universitas Negeri Jakarta,
Indonesia Email:
[email protected], [email protected], [email protected] |
|
|
Kata kunci: flakes talas; puree daun katuk; daya terima konsumen; kualitas fisik Keywords: taro flakes; katuk leaf puree; consumer
acceptability; physical quality |
ABSTRAK Latar Belakang: Sarapan merupakan aktivitas makan di pagi
hari yang dilakukan sebelum beraktivitas untuk mencukupi kebutuhan tubuh akan
zat energi, zat pembangun serta zat pengatur. Tujuan: untuk menganalisis pengaruh
penambahan puree daun katuk pada pembuatan flakes talas
terhadap kualitas fisik dan daya terima konsumen untuk aspek warna, rasa,
aroma dan tekstur sebelum ditambahkan susu dan sesaat setelah ditambahkan
susu. Metode: Metode yang digunakan adalah metode eksperimen untuk
menguji pengaruh persentase puree daun katuk pada aspek-aspek organoleptik
dan kualitas fisik. Sampel penelitian ini adalah flakes talas dengan
penambahan puree daun katuk dengan persentase yang berbeda yaitu 15%,
20% dan 25%. Uji hedonik dilakukan kepada 30 panelis tidak terlatih yang merupakan
mahasiswa Universitas Negeri Jakarta dan masyarakat umum. Hasil: Hasil analisis menggunakan
uji Friedman dengan taraf signifikan α=0,05. Hasil uji Friedman menunjukkan
perlakuan tidak berpengaruh terhadap aspek rasa manis, rasa daun katuk, aroma
daun katuk, tekstur sebelum ditambahkan susu dan sesaat setelah ditambahkan
susu, namun terdapat pengaruh penambahan puree daun katuk terhadap
daya terima konsumen aspek warna sebelum ditambahkan susu dan sesaat setelah
ditambahkan susu. Hasil uji Tuckey menunjukkan bahwa penambahan puree
daun katuk sebanyak 20% pada aspek warna sebelum dan sesaat ditambahkan susu
yang paling disukai konsumen. Hasil uji fisik menunjukkan menunjukkan flakes
dengan penambahan puree daun katuk sebanyak 15% memiliki daya ketahanan
renyah yang paling lama, serta daya serap air yang rendah. Kesimpulan: produk dengan penambahan puree daun katuk sebanyak
20% paling disukai sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut. ABSTRACT Background: Breakfast
is a meal activity in the morning that is carried out before activities to
meet the body's needs for energy, building substances and regulators. Purpose: aim to analyze the effect of
adding katuk leaf puree on the manufacture of taro flakes on physical quality and consumer
acceptability for aspects of color, taste, aroma and texture before adding
milk and shortly after adding milk. Methods: experimental
method to test the effect of katuk leaf puree percentage on organoleptic
aspects and physical quality. The sample of this study was taro flakes with the addition of katuk leaf puree with different
percentages, namely 15%, 20% and 25%. The hedonic test was conducted on 30
untrained panelists who were students of Jakarta State University and the
general public. Results: The results of
the analysis used the Friedman test with a significant level of α=0.05.
Friedman's test results showed that the treatment had no effect on aspects of
sweetness, katuk leaf taste, katuk leaf aroma, texture before milk was added
and shortly after milk was added, but there was an effect of adding katuk
leaf puree on consumer acceptability of color aspects before milk was added
and shortly after milk was added. The results of the Tuckey test showed that the addition of katuk leaf puree
as much as 20% in the aspect of color
before and momentarily added milk that consumers liked the most. Physical
test results showed that flakes with the addition of katuk leaf puree as much as 15% had the longest crispy
resistance, as well as low water absorption. Conclusion: products with
the addition of 20% katuk leaf puree are most preferred so that they can be
further developed. |
|
PENDAHULUAN
Sarapan
merupakan aktivitas makan di pagi hari yang dilakukan sebelum beraktivitas
untuk mencukupi kebutuhan tubuh akan zat energi, zat pembangun serta zat
pengatur. Sarapan memberikan kontribusi yang penting terhadap total asupan gizi
sehari sebab dapat menyumbangkan sekitar 25% total asupan gizi sehari (Banun
& Margawati, 2014). Berdasarkan hasil
penelitian (Permaesih
& Rosmalina, 2017) mengenai keragaman bahan
makanan untuk sarapan anak Indonesia menunjukan 77,5% anak sekolah di Indonesia
melakukan sarapan. Responden yang mengkonsumsi satu kelompok bahan makanan saja
seperti sereal sejumlah 72,3% dengan begitu menu sarapan siap saji seperti
sereal ini sangat disukai masyarakat khususnya anak-anak guna menghemat waktu
di pagi hari.
Sereal
adalah salah satu jenis olahan makanan yang dibuat dari tepung biji-bijian dan
diolah menjadi bentuk serpihan (flakes), setrip (shredded), dan ekstrudat (extruded), serta siap dikonsumsi dengan
menambahkan susu, air atau yogurt namun sereal biasanya dapat juga dikonsumsi
dalam keadaan kering (Susanti
et al., 2017). Produk
sereal yang sering dikonsumsi masyarakat adalah sereal berjenis ready-to-eat yaitu flakes, sereal
ini mudah untuk di temui dipasaran, harganya pun terjangkau dan tidak
memerlukan waktu yang banyak untuk menyiapkannya (Wiranto, 2020).
Flakes mengandung karbohidrat
yang cukup tinggi bagi tubuh, oleh karena itu flakes yang biasa terdapat
dipasaran terbuat dari bahan utama tepung (Mukhoiyaroh
et al., 2020). Namun dengan begitu
penggunaan tepung terigu dalam pengolahan makanan di Indonesia semakin
meningkat tinggi. Sementara kekayaan pangan sumber karbohidrat jenis umbi-umbian
di Indonesia sangat beragam. Hasil pertanian berupa umbi-umbian memiliki
prospek baik dalam bidang pangan dan untuk menambah devisa negara. Misalnya
umbi talas yang memiliki potensi yang cukup untuk dikembangkan dalam bidang
pangan, karena mudah didapat dan diolah menjadi tepung dan kemudian tepung
tersebut bisa dimanfaatkan untuk pembuatan produk sarapan pagi seperti flakes.
Talas
(Colocasia esculenta (L.) Schott Var
Antiquorum) merupakan jenis umbi yang banyak dijumpai di Indonesia dengan
produktivitas dapat mencapai 30 ton/hektar (Rahmawati
et al., 2012). Talas banyak
dibudidayakan diwilayah Bogor, Jawa Barat. Jenis talas yang paling banyak
diminati orang adalah talas Bogor,
oleh karena itu talas yang digunakan pada penelitian ini adalah talas Bogor. Talas
Bogor
merupakan sumber karbohidrat non-beras yang banyak tersedia dipasar lokal
karena talas jenis ini masa panennya tidak dipengaruhi oleh iklim (Dana,
2018). Selain memiliki cita rasa
yang enak talas bogor memiliki kandungan gizi dalam 100 gram talas ialah 98
kal, protein 1,9 gram, lemak 0,2 gram, karbohidrat 23,7 gram, kalsium 28 mg,
fosfor 61 mg (Rukmana et al, 2015 diacu dalam Dana,
2018)
Penelitian
mengenai penggunaan tepung talas pada produk flakes sudah banyak dilakukan karena karakteristik yang hampir mirip
dengan tepung terigu protein rendah yaitu mudah larut dalam air dan memiliki
butiran halus (Gumilang dkk,2016 yang diacu dalam Kurnia,
2021). Tepung talas ini memiliki
kandungan 14-20% amilosa dan amilopektin 56-60% dari kandungan pati, sehingga
dengan kandungan amilopektin yang tinggi dapat membuat tekstur lebih renyah
untuk produk makanan yang dihasilkan (Dana,
2018).
Hasil
penelitian (Yulistiani
& Kumala, 2021) perlakuan proporsi tepung
talas termodifikasi : tepung kacang tunggak (60:40) dan penambahan natrium
bikarbonat 0,50% menghasilkan penilaian uji organoleptik terbaik meliputi aspek
warna, rasa, aroma, dan tekstur dalam hal ini meliputi kerenyahan flakes.
Adapun hasil penelitian (Paramita,
A.H., & Putri, 2015) menunjukan panelis lebih
menyukai rasa dari pembuatan flakes dengan proporsi tepung talas 70% dan
tepung bengkuang 30%, serta tingkat kesukaan panelis terhadap kerenyahan
menunjukkan bahwa kesukaan panelis terhadap kerenyahan flakes talas cenderung mengalami
peningkatan seiring dengan penambahan tepung bengkuang yang ditambahkan. Rerata
kerenyahan produk yang disukai oleh panelis adalah flakes dengan penambahan tepung
bengkuang yang paling banyak yaitu 30% dan perlakuan lama waktu pengukusan 5
menit.
Sukasih
& Setyadjit, (2012) sudah
melakukan penelitian dengan judul “Formulasi Pembuatan Flake Berbasis Talas Untuk
Makanan Sarapan (Breakfast Meal)
Energi Tinggi Dengan Metode Oven” menyatakan bahwa panelis cenderung menyukai
tepung talas, tepung pisang dan tepung kacang hijau dengan persentase 50:30:20.
Semakin rendah persentase tepung talas, panelis semakin menyukai formula
tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa tepung pisang dan tepung kacang hijau
mampu memperbaiki aroma, warna dan tekstur tepung komposit yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, peneliti mengambil kesimpulan untuk
pemakaian tepung talas pada produk flakes ini sekitar 50-70% yang
nantinya akan diambil formula terbaik guna dijadikan formula standar flakes
talas.
Produk flakes yang sering kita temui dipasaran sudah
banyak bentuk dan warna yang beragam. Warna makanan merupakan salah satu hal
yang dipertimbangkan konsumen untuk memilih dan memilah makanan. Sehingga
penggunaan pewarna dalam makanan seakan-akan menjadi keharusan bagi setiap
produsen makanan. Pewarna dapat dibagi dua yaitu pewarna alami dan buatan.
Pewarna alami atau yang biasa dikenal pewarna nabati adalah pewarna yang
diperoleh dari ekstrak pigmen tumbuhan dan buah buahan yang dimana aman dan
tidak menimbulkan dampak negatif baik bagi penggunanya maupun bagi kesehatan
lingkungan (P, Setijo dan Zumiati, 2009 yang diacu dalam Arifin
et al., 2021) sedangkan pewarna buatan
merupakan pewarna yang dapat memberi efek yang menarik, namun pewarna ini bukan
berasal dari bahan yang dapat ditemukan di alam sekitar melainkan buatan
manusia dengan bahan kimia/sintetik (Kurniawati, 2009 yang diacu dalam Arifin
et al., 2021). Penggunaan pewarna alami
lebih menguntungkan dibandingkan pewarna sintetis, yaitu aman karena terbuat
dari bahan alam yang tidak menimbulkan efek negatif bagi tubuh, mudah didapat,
serta dapat menimbulkan rasa dan aroma khas. Oleh karena itu perlu dikembangkan
pewarna alami yang banyak ditemukan di lingkungan sekitar, terlebih lagi
Indonesia adalah negara yang sangat kaya dengan tumbuh-tumbuhan sumber pewarna
alami salah satunya ialah daun katuk.
Daun
katuk merupakan salah satu jenis sayuran yang mudah diperoleh di setiap pasar,
baik pasar tradisional maupun swalayan. Ketersediaan tanaman katuk merupakan
salah satu jenis tanaman tropis yang mudah tumbuh di daerah tropis seperti
Indonesia dan tumbuh sebagai tanaman pagar di pekarangan rumah, terutama di
daerah pedesaan. Namun, di Indonesia sendiri pemanfaatan katuk masih belum
banyak diketahui dan belum dimanfaatkan secara maksimal sebagai bahan pangan.
Penggunaan daun katuk dalam pembuatan flakes talas dilakukan dalam bentuk puree. Dengan adanya penambahan
puree daun katuk yang ditambahkan kedalam flakes diharapkan
variasi terhadap makanan olahan dari puree daun katuk semakin beragam
jenisnya. Penambahan puree daun katuk pada produk flakes juga
diharapkan dapat membuat orang yang tidak suka mengkonsumsi sayur dapat
mengkonsumsi sayur dalam bentuk olahan lain.
Puree daun katuk yang
ditambahkan pada olahan flakes akan berpengaruh terhadap hasil produk flakes.
Hal tersebut dikarenakan akan terjadi berubahnya sifat fisik yang dimiliki flakes
pada umumnya, perubahan jenis sayuran ini akan menyebabkan perubahan warna,
rasa, tekstur dan aroma. Perubahan akan sangat terasa berubah pada aspek warna,
karena hasil dari olahan flakes talas dengan penambahan puree
daun katuk ini warnanya akan berbeda. Warna flakes talas dengan
penambahan puree daun katuk pun akan berubah sesuai dengan persentase
penambahan puree daun katuk. Warna yang dihasilkan dari puree
daun katuk berasal dari kandungan klorofil yang berada didalam puree
daun katuk. klorofil adalah pigmen berwarna hijau yang terdapat pada dedaunan.
Hingga
saat ini belum ada penelitian tentang penambahan puree daun katuk pada
olahan flakes talas. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti
melakukan penelitian penambahan puree daun katuk pada pembuatan flakes
talas terhadap daya terima konsumen. Pada pembuatan flakes talas dengan
penambahan puree daun katuk ini diharapkan dapat mengurangi pemakaian
tepung terigu dan menciptakan rasa baru pada produk flakes serta
menambah variasi flakes talas yang sudah ada dan dapat meningkatkan
hasil produksi bahan pangan lokal daun katuk yang ketersediaannya melimpah sebagai
sumber pewarna alami. Untuk mengetahui diterimanya flakes talas dengan
penambahan puree daun katuk di masyarakat maka akan dilakukan uji coba
daya terima konsumen dengan meliputi aspek warna, aroma tekstur dan rasa.
Tujuan penelitian
ini adalah untuk menganalisis pengaruh penambahan puree daun katuk pada
pembuatan flakes talas terhadap kualitas fisik dan daya terima konsumen
yang meliputi aspek rasa, warna, aroma, dan tekstur.
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini metode yang digunakan
adalah metode eksperimen yaitu metode yang dipakai untuk tujuan mencari pengaruh perlakuan satu
atau lebih variabel terhadap variabel lain dalam kondisi
yang terkendalikan. Pada penelitian ini, dilakukan percobaan membuat
sereal flakes berbahan dasar tepung talas dengan penambahan puree
daun katuk menggunakan persentase yang berbeda – beda yaitu, 15%, 20%, dan 25%.
Selanjutnya dilakukan uji fisik dan daya terima konsumen dengan menggunakan uji
hedonik organoleptik yang diberikan kepada 30 orang panelis meliputi aspek
warna, rasa, aroma, dan tekstur.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
instrumen untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Pada penilaian produk flakes talas dengan
penambahan puree daun katuk ini menggunakan uji hedonik yaitu untuk
mengukur tingkat kesukaan pada produk. Tingkat kesukaan tersebut meliputi
sangat suka, suka, agak suka, tidak suka, dan sangat tidak suka.
Peneliti menggunakan teknik pengambilan data
dengan cara menyajikan sereal flakes talas penambahan puree daun
katuk dengan persentase berbeda yaitu 15%, 20%, dan 25% pada wadah plastik
kedap udara. Peneliti menyajikan sampel secara acak dengan memberikan kode pada setiap sampel yang hanya
diketahui oleh peneliti (Masithoh &
Widikusyanto, 2017).
Panelis tidak terlatih sebanyak 30 orang
kemudian melakukan uji hedonik, masing-masing mendapatkan tiga produk flakes
yang berbeda dengan memberikan formulir uji penerimaan mutu hedonik yang
memiliki lima tingkatan skala. Proses penilaian berdasarkan subjektivitas
masing-masing panelis.
Teknik analisis data untuk menguji hipotesis pada penelitian ini
menggunakan uji Friedman. Analisis Friedman digunakan untuk membandingkan lebih
dari dua kelompok penelitian, yang mana pada penelitian ini terdapat tiga kelompok data. Analisis uji Friedman yang
digunakan untuk uji Friedman menggunakan rumus sebagai berikut:
xn
=
Keterangan:
N
= jumlah baris dalam tabel
K
= jumlah kolom
Rj
= jumlah rangking masing-masing kolom
Jika X2 hitung ˃ X2
tabel, maka kesimpulannya adalah dapat menolak H0 atau menerima H1,
artinya terdapat perbedaan yang signifikan diantara kelompok data
penelitian yang dilakukan. Sehingga untuk
mengetahui kelompok mana yang terbaik, maka perlu digunakan uji Tuckey. Adapun rumusnya sebagai berikut
:
Q =
Keterangan
Xi : Nilai rata-rata untuk sampel ke-i
Xj : Nilai rata-rata sampel ke-j
Jk : Jumlah kuadrat
n : Ukuran tiap sampel/panelis
Kriteria
pengujian :
Qh
> Qt : Berbeda nyata
Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji kualitas fisik flakes talas dengan penambahan puree daun
katuk yaitu dengan cara memberikan perlakuan berbeda kepada tiga sampel. Untuk
uji ketahanan renyah dalam perendaman susu, ketiga sampel direndam dalam susu
secara bersama dalam wadah yang berbeda lalu dihitung waktu ketahanan renyahnya
dalam satuan menit. Untuk uji daya serap air dilakukan dengan merendam ketiga
sampel flakes seberat 10g selama 5 menit dalam cairan, lalu disaring dan
didiamkan selama 1 menit selanjutnya dihitung menggunakan rumus dibawah ini:
Hipotesis statistik yang akan diuji pada
penelitian ini adalah hipotesis terhadap daya terima flakes talas dengan
penambahan puree daun katuk pada aspek warna, rasa, aroma, dan tekstur.
H0 :
µA = µB = µC
H1 :
µA, µB, µC, terdapat paling sedikit satu perbedaan.
Keterangan :
H0 : Tidak terdapat pengaruh flakes
talas dengan penambahan puree daun katuk terhadap daya terima konsumen.
H1 : Terdapat pengaruh flakes
talas dengan penambahan puree daun katuk daya terima konsumen.
µA : nilai rata-rata flakes
talas dengan penambahan puree daun katuk dengan persentase sebesar 15% terhadap daya terima konsumen meliputi
aspek warna, rasa, aroma, dan tekstur.
µB : nilai rata-rata flakes
talas dengan penambahan puree daun katuk dengan persentase sebesar 20% terhadap daya terima konsumen meliputi
aspek warna, rasa, aroma, dan tekstur.
µC : nilai
rata-rata flakes talas dengan penambahan puree daun katuk dengan
persentase sebesar 25% terhadap daya terima konsumen meliputi
aspek warna, rasa, aroma, dan tekstur.
Uji
validasi dilakukan kepada 5
dosen ahli untuk melakukan penilaian terhadap pengaruh penambahan puree
daun katuk pada pembuatan flakes talas
dengan persentase 15%,
20%,
dan 25%.
Aspek yang dinilai pada uji validasi meliputi aspek warna, aroma, tekstur, dan
rasa.
Aspek Warna
Tabel 1. Hasil Uji
Validasi Aspek Warna Flakes Talas
dengan Penambahan Puree Daun Katuk
Sebelum ditambahkan susu
Skala Penilaian |
Skor |
Aspek warna flakes talas dengan penambahan puree
daun katuk sebelum ditambahkan susu |
|||||
15% |
20% |
25% |
|||||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
||
Hijau tua |
5 |
0 |
0 |
0 |
0 |
3 |
60 |
Hijau |
4 |
1 |
20 |
4 |
80 |
2 |
40 |
Hijau muda |
3 |
3 |
60 |
1 |
20 |
0 |
0 |
Hijau kekuningan |
2 |
1 |
20 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Kuning muda |
1 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Jumlah |
5 |
100 |
5 |
100 |
5 |
100 |
|
∑ |
14 |
19 |
22 |
||||
Mean |
2,8 |
3,8 |
4,6 |
Berdasarkan
hasil uji validasi dalam aspek warna oleh dosen ahli pada produk flakes
talas dengan penambahan puree daun katuk pada perlakuan 15% menunjukan 1
orang panelis memilih warna hijau dengan persentase 20%, 3 orang panelis
memilih warna hijau muda dengan persentase 60%, dan 1 orang panelis memilih
warna hijau kekuningan dengan persentase 20%. Skor rata-rata yang diperoleh
untuk perlakuan 15% adalah 2,8 yang berarti warna flakes talas dengan
penambahan puree daun katuk pada berada pada kategori warna hijau muda. Berdasarkan
perolehan skor mean dapat diketahui bahwa warna flakes talas dengan
penambahan puree daun katuk sebanyak 25% adalah yang terbaik, karena
memiliki skor tertinggi yaitu 4,6 termasuk pada skala warna hijau tua.
Tabel
2. Hasil Uji Validasi Aspek Warna Flakes Talas
dengan Penambahan Puree Daun Katuk Sesaat setelah ditambahkan susu
Skala Penilaian |
Skor |
Aspek warna flakes talas dengan penambahan puree
daun katuk sesaat setelah ditambahkan susu |
|||||
15% |
20% |
25% |
|||||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
||
Hijau tua |
5 |
0 |
0 |
0 |
0 |
1 |
20 |
Hijau |
4 |
1 |
20 |
4 |
80 |
4 |
80 |
Hijau muda |
3 |
3 |
60 |
1 |
20 |
0 |
0 |
Hijau kekuningan |
2 |
1 |
20 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Kuning muda |
1 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Jumlah |
5 |
100 |
5 |
100 |
5 |
100 |
|
∑ |
15 |
19 |
21 |
||||
Mean |
3 |
3,8 |
4,2 |
Hasil
uji validasi terhadap aspek warna sesaat setelah ditambahkan susu pada produk flakes
talas dengan penambahan puree daun katuk perlakuan 15% menunjukkan 1
orang panelis memilih warna hijau dengan persentase 20%, 3 orang panelis
memilih warna hijau muda dengan persentase 60% dan 1 orang memilih warna hijau
kekuning dengan persentase 20%. Skor rata-rata yang diperoleh untuk perlakuan
15% adalah 3 yang berarti warna flakes talas dengan penambahan puree
daun katuk sesaat setelah ditambahkan susu berada pada kategori hijau muda. Berdasarkan
perolehan skor mean hasil uji validasi aspek warna sesaat setelah ditambahkan
susu diatas dapat diketahui, bahwa flakes talas penambahan puree
daun katuk terbaik adalah perlakuan 25% dengan rata-rata 4,2 yang menunjukkan
skala warna hijau.
Aspek Rasa
Tabel 3. Hasil Uji
Validasi Aspek Rasa Manis Flakes Talas
dengan Penambahan Puree Daun Katuk
Sebelum ditambahkan susu
Skala Penilaian |
Skor |
Aspek rasa manis flakes talas dengan
penambahan puree daun katuk sebelum ditambahkan susu |
|||||
15% |
20% |
25% |
|||||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
||
Sangat terasa manis |
5 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
20 |
Manis |
4 |
3 |
60 |
3 |
60 |
3 |
60 |
Agak terasa manis |
3 |
2 |
40 |
2 |
40 |
2 |
40 |
Tidak terasa manis |
2 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Sangat tidak terasa manis |
1 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Jumlah |
5 |
100 |
5 |
100 |
5 |
100 |
|
∑ |
18 |
18 |
17 |
||||
Mean |
3,6 |
3,6 |
3,4 |
Hasil
uji validasi aspek rasa manis flakes talas dengan penambahan puree
daun katuk pada perlakuan 15% menunjukkan 3 orang panelis memilih rasa manis
dengan persentase 60% dan 2 orang panelis memilih rasa agak terasa manis dengan
persentase 40%. Skor rata-rata yang diperoleh untuk perlakuan 15% adalah 3,6
yang berarti rasa manis flakes talas dengan penambahan puree daun
katuk berada pada kategori terasa manis. Berdasarkan perolehan skor mean hasil
uji validasi aspek rasa manis diatas dapat diketahui, bahwa flakes talas
dengan penambahan puree daun katuk sebanyak 15% dan 20% memiliki
rata-rata tertinggi yaitu 3,6 yang dimana masuk dalam skala terasa manis.
Tabel 4. Hasil Uji
Validasi Aspek Rasa Manis Flakes Talas
dengan Penambahan Puree Daun Katuk
Sesaat setelah ditambahkan susu
Skala Penilaian |
Skor |
Aspek rasa manis flakes talas dengan
penambahan puree daun katuk sesaat setelah ditambahkan susu |
|||||
15% |
20% |
25% |
|||||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
||
Sangat terasa manis |
5 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Manis |
4 |
2 |
40 |
3 |
60 |
2 |
40 |
Agak terasa manis |
3 |
3 |
60 |
2 |
40 |
3 |
60 |
Tidak terasa manis |
2 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Sangat tidak terasa manis |
1 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Jumlah |
5 |
100 |
5 |
100 |
5 |
100 |
|
∑ |
17 |
18 |
17 |
||||
Mean |
3,4 |
3,6 |
3,4 |
Hasil
uji validasi terhadap aspek rasa manis sesaat setelah ditambahkan susu pada
produk flakes talas dengan penambahan puree daun katuk perlakuan
15% menunjukkan 2 orang panelis memilih rasa manis dengan persentase 40%, 3
orang panelis memilih rasa agak terasa manis dengan persentase 60%. Skor
rata-rata yang diperoleh untuk perlakuan 15% adalah 3,4 yang berarti rasa manis
flakes talas dengan penambahan puree daun katuk sesaat setelah
ditambahkan susu berada pada kategori agak terasa manis. Berdasarkan hasil skor
mean hasil uji validasi aspek rasa manis sesaat setelah ditambahkan susu dapat
diketahui, bahwa flakes talas dengan penambahan puree daun katuk
sebanyak 20% memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu 3,6 yang dimana masuk
kedalam skala terasa manis.
Tabel 5. Hasil Uji Validasi Aspek
Rasa Daun Katuk Flakes Talas dengan Penambahan Puree Daun Katuk
Sebelum ditambahkan susu
Skala Penilaian |
Skor |
Aspek rasa daun katuk flakes talas dengan
penambahan puree daun katuk sebelum ditambahkan susu |
|||||
15% |
20% |
25% |
|||||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
||
Sangat terasa daun katuk |
5 |
0 |
0 |
0 |
0 |
1 |
20 |
Terasa daun katuk |
4 |
2 |
40 |
4 |
80 |
3 |
60 |
Agak terasa daun katuk |
3 |
2 |
40 |
1 |
20 |
1 |
20 |
Tidak terasa daun katuk |
2 |
1 |
20 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Sangat tidak terasa daun katuk |
1 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Jumlah |
5 |
100 |
5 |
100 |
5 |
100 |
|
∑ |
16 |
19 |
20 |
||||
Mean |
3,2 |
3,8 |
4 |
Hasil
uji validasi aspek rasa daun katuk flakes talas dengan penambahan puree
daun katuk pada perlakuan 15% menunjukkan 2 orang panelis memilih kategori
terasa daun katuk dengan persentase 40% dan 2 orang panelis memilih rasa agak
terasa daun katuk dengan persentase 40%, dan 1 orang panelis memilih kategori
tidak terasa daun katuk. Skor rata-rata yang diperoleh untuk perlakuan 15%
adalah 3,2 yang berarti rasa daun katuk flakes talas dengan penambahan puree
daun katuk berada pada kategori agak terasa daun katuk. Berdasarkan perolehan
skor mean hasil uji validasi aspek rasa daun katuk diatas dapat diketahu bahwa flakes
talas dengan penambahan puree daun katuk sebanyak 25% adalah yang
terbaik dengan nilai rata-rata tertinggi yaitu 4 yang termasuk dalam skala
terasa daun katuk.
Tabel 6. Hasil Uji
Validasi Aspek Rasa Daun Katuk Flakes Talas
dengan Penambahan Puree Daun Katuk
Sesaat setelah ditambahkan susu
Skala Penilaian |
Skor |
Aspek rasa daun katuk flakes talas dengan
penambahan puree daun katuk sesaat setelah ditambahkan susu |
|||||
15% |
20% |
25% |
|||||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
||
Sangat terasa daun katuk |
5 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Terasa daun katuk |
4 |
1 |
20 |
2 |
40 |
3 |
60 |
Agak terasa daun katuk |
3 |
3 |
60 |
3 |
60 |
2 |
40 |
Tidak terasa daun katuk |
2 |
1 |
20 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Sangat tidak terasa daun katuk |
1 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Jumlah |
5 |
100 |
5 |
100 |
5 |
100 |
|
∑ |
15 |
17 |
18 |
||||
Mean |
3 |
3,4 |
3,6 |
Hasil
uji validasi terhadap aspek rasa daun katuk sesaat setelah ditambahkan susu
pada produk flakes talas dengan penambahan puree daun katuk
perlakuan 15% menunjukkan 1 orang panelis memilih kategori terasa daun katuk
dengan persentase 20%, 3 orang panelis memilih rasa agak terasa daun katuk
dengan persentase 60%, 1 orang memilih rasa tidak terasa daun katuk. Skor
rata-rata yang diperoleh untuk perlakuan 15% adalah 3 yang berarti rasa daun
katuk flakes talas dengan penambahan puree daun katuk sesaat
setelah ditambahkan susu berada pada kategori agak terasa daun katuk. Berdasarkan
perolehan skor mean hasil uji validasi aspek rasa daun katuk sesaat setelah
ditambahkan susu dapat diketahui bahwa, flakes talas dengan penambahan puree
daun katuk sebanyak 25% yang terbaik dengan nilai rata-rata tertinggi yaitu 3,6
yang dimana masuk dalam skala terasa daun katuk.
Aspek Aroma
Tabel 7. Hasil Uji
Validasi Aspek Aroma Daun Katuk Flakes Talas
dengan Penambahan Puree Daun Katuk
Sebelum ditambahkan susu
Skala Penilaian |
Skor |
Aspek aroma daun katuk flakes talas dengan
penambahan puree daun katuk sebelum ditambahkan susu |
|||||
15% |
20% |
25% |
|||||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
||
Agak beraroma daun katuk |
5 |
4 |
80 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Beraroma daun katuk |
4 |
1 |
20 |
4 |
80 |
5 |
100 |
Tidak beraroma daun katuk |
3 |
0 |
0 |
1 |
20 |
0 |
0 |
Sangat tidak beraroma daun katuk |
2 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Sangat beraroma daun katuk |
1 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Jumlah |
5 |
100 |
5 |
100 |
5 |
100 |
|
∑ |
24 |
19 |
20 |
||||
Mean |
4,8 |
3,8 |
4 |
Hasil uji
validasi aspek aroma daun katuk flakes talas dengan penambahan puree
daun katuk pada perlakuan 15% menunjukkan 4 orang panelis memilih agak beraroma
daun katuk dengan persentase 80% dan 1 orang panelis memilih kategori beraroma
daun katuk dengan persentase 20%. Skor rata-rata yang diperoleh untuk perlakuan
15% adalah 4,8 yang berarti aroma daun katuk flakes talas dengan
penambahan puree daun katuk berada pada kategori agak beraroma daun
katuk. Berdasarkan perolehan skor mean hasil uji validasi aspek aroma daun
katuk dapat diketahui bahwa, flakes talas dengan penambahan puree
daun katuk sebanyak 15% yang terbaik dengan nilai rata-rata tertinggi 4,8 yang
dimana masuk dalam skala agak beraroma daun katuk.
Tabel 8. Hasil Uji
Validasi Aspek Aroma Daun Katuk Flakes Talas
dengan Penambahan Puree Daun Katuk
Sesudah Perendaman Susu
Skala Penilaian |
Skor |
Aspek aroma daun katuk flakes talas dengan
penambahan puree daun katuk sesaat setelah ditambahkan susu |
|||||
15% |
20% |
25% |
|||||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
||
Agak beraroma daun katuk |
5 |
4 |
80 |
1 |
20 |
2 |
40 |
Beraroma daun katuk |
4 |
0 |
0 |
3 |
60 |
3 |
60 |
Tidak beraroma daun katuk |
3 |
1 |
20 |
1 |
20 |
0 |
0 |
Sangat tidak beraroma daun katuk |
2 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Sangat beraroma daun katuk |
1 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Jumlah |
5 |
100 |
5 |
100 |
5 |
100 |
|
∑ |
23 |
20 |
22 |
||||
Mean |
4,6 |
4 |
4,4 |
Hasil
uji validasi terhadap aspek aroma daun katuk sesaat setelah ditambahkan susu
pada produk flakes talas dengan penambahan puree daun katuk
perlakuan 15% menunjukkan 4 orang panelis memilih kategori agak terasa daun
katuk dengan persentase 80%, 1 orang memilih kategori beraroma daun katuk
dengan persentase 20%. Skor rata-rata yang diperoleh untuk perlakuan 15% adalah
4,6 yang berarti aroma daun katuk flakes talas dengan
penambahan puree daun katuk sesaat setelah ditambahkan susu berada pada
kategori agak terasa daun katuk. Berdasarkan perolehan skor mean hasil uji
validasi aspek aroma daun katuk sesaat setelah ditambahkan susu dapat diketahui
bahwa, flakes talas dengan penambahan puree daun katuk sebanyak
15% yang terbaik dengan nilai rata-rata tertinggi 4,6 yang dimana masuk dalam
skala agak beraroma daun katuk.
Aspek Tekstur
Tabel 9. Hasil
Validasi Aspek Tekstur (Kerenyahan) Flakes Talas
Dengan Penambahan Puree Daun Katuk
Sebelum ditambahkan susu
Skala Penilaian |
Skor |
Aspek tekstur (kerenyahan) flakes talas
dengan penambahan puree daun katuk sebelum ditambahkan susu |
|||||
15% |
20% |
25% |
|||||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
||
Sangat renyah |
5 |
0 |
0 |
2 |
40 |
1 |
20 |
Renyah |
4 |
5 |
100 |
3 |
60 |
4 |
80 |
Agak renyah |
3 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Tidak renyah |
2 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Sangat tidak renyah |
1 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Jumlah |
5 |
100 |
5 |
100 |
5 |
100 |
|
∑ |
20 |
22 |
21 |
||||
Mean |
4 |
4,4 |
4,2 |
Hasil
uji validasi aspek tekstur flakes talas dengan penambahan puree
daun katuk pada perlakuan 15% menunjukkan 5 orang panelis memilih kategori
tekstur renyah dengan persentase 100%. Skor rata-rata yang diperoleh untuk
perlakuan 15% adalah 4 yang berarti tekstur flakes talas dengan
penambahan puree daun katuk berada pada kategori renyah. Berdasarkan
perolehan skor mean hasil uji validasi aspek tekstur dapat diketahui bahwa flakes
talas dengan penambahan puree daun katuk terbaik adalah perlakuan
sebanyak 20% yang memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu 4,4 yang dimana
masuk dalam skala tekstur renyah.
Tabel 10. Hasil
Validasi Aspek Tekstur (Kerenyahan) Flakes Talas
Dengan Penambahan Puree Daun Katuk
Sesaat setelah ditambahkan susu
Skala Penilaian |
Skor |
Aspek tekstur (kerenyahan) flakes talas
dengan penambahan puree daun katuk sesaat setelah ditambahkan susu |
|||||
15% |
20% |
25% |
|||||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
||
Sangat renyah |
5 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Renyah |
4 |
3 |
60 |
4 |
80 |
3 |
60 |
Agak renyah |
3 |
2 |
40 |
0 |
0 |
1 |
20 |
Tidak renyah |
2 |
0 |
0 |
1 |
20 |
1 |
20 |
Sangat tidak renyah |
1 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Jumlah |
5 |
100 |
5 |
100 |
5 |
100 |
|
∑ |
18 |
18 |
17 |
||||
Mean |
3,6 |
3,6 |
3,4 |
Hasil
uji validasi terhadap aspek tekstur sesaat setelah ditambahkan susu pada produk
flakes talas dengan penambahan puree daun katuk perlakuan 15%
menunjukkan 3 orang panelis memilih kategori renyah dengan persentase 60%, 2
orang memilih agak renyah dengan persentase 40%. Skor rata-rata yang diperoleh
untuk perlakuan 15% adalah 3,6 yang berarti tekstur flakes talas dengan
penambahan puree daun katuk sesaat setelah ditambahkan susu berada pada
kategori agak renyah mendekati renyah. Berdasarkan perolehan skor mean hasil
uji validasi aspek tekstur sesaat setelah ditambahkan susu dapat diketahui
bahwa flakes talas dengan penambahan puree daun katuk terbaik
adalah perlakuan sebanyak 20% yang memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu 3,6
yang dimana masuk dalam skala tekstur agak renyah mendekati renyah.
Uji daya terima konsumen
dilakukan kepada 30 panelis tidak
terlatih terhadap pembuatan flakes talas penambahan puree daun katuk
dengan persentase 15%, 20%
dan 25%.
Aspek yang dinilai pada uji daya terima konsumen meliputi aspek sangat suka
dengan skala nilai 5 (lima), suka dengan skala nilai 4 (empat), agak suka
dengan skala nilai 3 (tiga), tidak suka dengan skala nilai 2 (dua) dan sangat
tidak suka dengan skala nilai 1 (satu).
Penilaian Aspek Warna Sebelum ditambahkan susu
Flakes Talas Penambahan Puree Daun Katuk
Hasil dari perhitungan
kepada 30 panelis, pada aspek warna sebelum ditambahkan susu produk flakes talas
penambahan puree daun katuk diperoleh
x2 hitung = 0,65 pada taraf
signifikansi α = 0,05 sedangkan nilai x2
tabel pada derajat kepercayaan df = 3-1 = 2 yaitu sebesar 5,99
Tabel 11. Hasil
Hipotesis Aspek Warna Sebelum ditambahkan susu
Kriteria Pengujian |
x2 hitung |
x2 tabel |
Kesimpulan |
Warna Sebelum ditambahkan susu |
7,12 |
5,99 |
x2 hitung > x2 tabel Maka H0
ditolak dan H1 diterima |
Hasil tersebut menunjukkan x2 hitung > x2
tabel, makan H0 ditolak dan H1 diterima. Maka dilanjutkan
dengan Uji Tuckey.
Ringkasan Data Hasil Uji Tuckey
|A –
B| = |4,30
– 4,47|
= 0,17
< 0,50
→ Tidak Berbeda Nyata
|A –
C| = |4,30
– 3,77|
= 0,53
>
0,50
→ Berbeda Nyata
|B –
C| = |4,47
– 3,77|
= 0,70
> 0,50
→ Berbeda Nyata
Keterangan :
A
adalah flakes talas penambahan puree daun katuk 15% atau 394
B adalah flakes talas penambahan puree
daun katuk 20% atau 219
C adalah flakes talas penambahan puree
daun katuk 25% atau 175
Hasil
penelitian pada Uji Tuckey diatas menunjukkan bahwa kelompok data flakes
talas penambahan puree daun katuk 15% (A) jika dibandingkan kelompok
data dengan penambahan puree daun katuk 20% (B) hasilnya tidak berbeda
nyata. Hal ini menunjukkan bahwa sama-sama disukai konsumen.
Kemudian
untuk kelompok data dengan penambahan puree daun katuk pada pembuatan flakes
talas sebanyak 15% (A) jika dibandingkan dengan kelompok data penambahan puree
daun katuk sebanyak 25% (C) dan kelompok data dengan penambahan puree
daun katuk sebanyak 20% (B) jika dibandingkan dengan kelompok data penambahan puree
daun katuk sebanyak 25% (C) hasil keduanya adalah berbeda nyata. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa flakes talas dengan penambahan puree daun katuk
sebanyak 20% merupakan produk dengan aspek warna yang paling disukai oleh
konsumen.
Hasil dari perhitungan kepada 30
panelis, pada aspek warna sebelum
ditambahkan susu produk flakes talas penambahan puree daun katuk diperoleh
x2 hitung = 0,65 pada taraf
signifikansi α = 0,05 sedangkan nilai x2
tabel pada derajat kepercayaan df = 3-1 = 2 yaitu sebesar 5,99
Tabel 12. Hasil
Hipotesis Aspek Warna Sesaat Setelah Perendaman Susu
Kriteria Pengujian |
x2 hitung |
x2 tabel |
Kesimpulan |
Warna Sesaat setelah ditambahkan susu |
7,62 |
5,99 |
x2 hitung > x2 tabel Maka H0
ditolak dan H1 diterima |
Hasil
tersebut menunjukkan x2 hitung > x2 tabel, makan H0
ditolak dan H1 diterima. Maka dilanjutkan dengan Uji Tuckey.
Ringkasan Data Hasil Uji Tuckey
|A –
B| = |4,30
– 4,37|
= 0,07
< 0,47
→ Tidak Berbeda Nyata
|A –
C| = |4,30
– 3,80|
= 0,50
>
0,47
→ Berbeda Nyata
|B –
C| = |4,37
– 3,80|
= 0,70
> 0,47
→ Berbeda Nyata
Keterangan
:
A
adalah flakes talas penambahan puree daun katuk 15% atau 394
B adalah flakes talas penambahan puree
daun katuk 20% atau 219
C adalah flakes talas penambahan puree
daun katuk 25% atau 175
Hasil
penelitian pada Uji Tuckey diatas menunjukkan bahwa kelompok data flakes
talas penambahan puree daun katuk 15% (A) jika dibandingkan kelompok
data dengan penambahan puree daun katuk 20% (B) hasilnya memiliki
tingkat kesukaan yang sama, yaitu pada kategori suka. Sedangkan kelompok data flakes
talas penambahan puree daun katuk 15% (A) jika dibandingkan dengan
kelompok data flakes talas penambahan puree daun katuk 25% (C)
dan kelompok data flakes talas penambahan puree daun katuk 20%
(B) jika dibandingkan dengan kelompok data flakes talas dengan
penambahan puree daun katuk 25% (C) hasil keduanya adalah berbeda nyata.
Sehingga pada penelitian ini flakes talas dengan penambahan puree
daun katuk 20% (B) dengan skor mean 4,47 dijadikan produk yang paling disukai
konsumen pada aspek warna sesaat setelah ditambahkan susu.
Hasil dari perhitungan kepada 30
panelis, pada aspek rasa
manis sebelum ditambahkan susu produk flakes talas
penambahan puree daun katuk diperoleh
x2 hitung = 0,65 pada taraf
signifikansi α = 0,05 sedangkan nilai x2
tabel pada derajat kepercayaan df = 3-1 = 2 yaitu sebesar 5,99.
Tabel 13. Hasil
Hipotesis Aspek Rasa Manis Sebelum Perendaman Susu
Kriteria Pengujian |
x2 hitung |
x2 tabel |
Kesimpulan |
Rasa Manis Sebelum ditambahkan susu |
1,12 |
5,99 |
x2 hitung < x2 tabel Maka H0
diterima
dan H1 diterima |
Hasil
tersebut menunjukkan 𝑥2
hitung < 𝑥2
tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti
bahwa pada aspek rasa manis
sebelum ditambahkan susu tidak terdapat pengaruh
penambahan puree daun katuk pada flakes talas
terhadap daya terima konsumen. Dengan demikian tidak dilanjutkan dengan Uji
Tuckey.
Hasil
dari perhitungan kepada 30 panelis, pada aspek rasa manis sesaat setelah ditambahkan susu produk flakes
talas penambahan puree daun katuk diperoleh
x2 hitung = 0,65 pada taraf
signifikansi α = 0,05 sedangkan nilai x2
tabel pada derajat kepercayaan df = 3-1 = 2 yaitu sebesar 5,99.
Tabel 14. Hasil
Hipotesis Aspek Rasa Manis Sesaat setelah ditambahkan susu
Kriteria Pengujian |
x2 hitung |
x2 tabel |
Kesimpulan |
Rasa Manis Sesaat setelah ditambahkan susu |
0,20 |
5,99 |
x2 hitung < x2 tabel Maka H0
diterima
dan H1 diterima |
Hasil
tersebut menunjukkan 𝑥2
hitung < 𝑥2
tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti
bahwa pada aspek rasa
manis sesaat setelah ditambahkan susu tidak
terdapat pengaruh penambahan puree daun katuk pada flakes talas terhadap
daya terima konsumen. Dengan demikian tidak dilanjutkan dengan Uji Tuckey.
Hasil
dari perhitungan kepada 30 panelis, pada aspek rasa daun katuk sebelum ditambahkan susu produk flakes talas
penambahan puree daun katuk diperoleh
x2 hitung = 0,65 pada taraf
signifikansi α = 0,05 sedangkan nilai x2
tabel pada derajat kepercayaan df = 3-1 = 2 yaitu sebesar 5,99.
Tabel 15. Hasil
Uji Hipotesis Untuk Aspek Rasa Daun Katuk Sebelum ditambahkan susu
Kriteria Pengujian |
x2 hitung |
x2 tabel |
Kesimpulan |
Rasa Daun Katuk Sebelum ditambahkan susu |
4,12 |
5,99 |
x2 hitung < x2 tabel Maka H0
diterima
dan H1 diterima |
Hasil tersebut menunjukkan 𝑥2
hitung < 𝑥2
tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti
bahwa pada aspek rasa
daun katuk sebelum ditambahkan susu tidak
terdapat pengaruh penambahan puree daun katuk pada flakes talas terhadap
daya terima konsumen. Dengan demikian tidak dilanjutkan dengan Uji Tuckey.
Hasil
dari perhitungan kepada 30 panelis, pada aspek rasa daun katuk sebelum ditambahkan susu produk flakes talas
penambahan puree daun katuk diperoleh
x2 hitung = 0,65 pada taraf
signifikansi α = 0,05 sedangkan nilai x2
tabel pada derajat kepercayaan df = 3-1 = 2 yaitu sebesar 5,99.
Tabel 16. Hasil
Uji Hipotesis Untuk Aspek Rasa Daun Katuk Sebelum ditambahkan susu
Kriteria Pengujian |
x2 hitung |
x2 tabel |
Kesimpulan |
Rasa Daun Katuk Sesaat setelah ditambahkan susu |
1,40 |
5,99 |
x2 hitung < x2 tabel Maka H0
diterima
dan H1 diterima |
Hasil tersebut menunjukkan 𝑥2
hitung < 𝑥2
tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti
bahwa pada aspek rasa
daun katuk sesaat setelah ditambahkan susu tidak
terdapat pengaruh penambahan puree daun katuk pada flakes talas terhadap
daya terima konsumen. Dengan demikian tidak dilanjutkan dengan Uji Tuckey.
Hasil dari perhitungan kepada 30
panelis, pada aspek rasa
daun katuk sebelum ditambahkan susu produk flakes talas
penambahan puree daun katuk diperoleh
x2 hitung = 0,65 pada taraf
signifikansi α = 0,05 sedangkan nilai x2
tabel pada derajat kepercayaan df = 3-1 = 2 yaitu sebesar 5,99.
Tabel 17. Hasil
Uji Hipotesis Untuk Aspek Aroma Daun Katuk Sebelum ditambahkan susu
Kriteria Pengujian |
x2 hitung |
x2 tabel |
Kesimpulan |
Aroma Daun Katuk Sebelum ditambahkan susu |
0,87 |
5,99 |
x2 hitung < x2 tabel Maka H0
diterima
dan H1 diterima |
Hasil tersebut menunjukkan 𝑥2
hitung < 𝑥2
tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti
bahwa pada aspek aroma
daun katuk sebelum ditambahkan susu tidak
terdapat pengaruh penambahan puree daun katuk pada flakes talas terhadap
daya terima konsumen. Dengan demikian tidak dilanjutkan dengan Uji Tuckey.
Hasil
dari perhitungan kepada 30 panelis, pada aspek aroma daun katuk sesaat setelah ditambahkan susu produk flakes
talas penambahan puree daun katuk diperoleh
x2 hitung = 0,65 pada taraf
signifikansi α = 0,05 sedangkan nilai x2
tabel pada derajat kepercayaan df = 3-1 = 2 yaitu sebesar 5,99.
Tabel 18. Hasil Uji Hipotesis
Kriteria Pengujian |
x2 hitung |
x2 tabel |
Kesimpulan |
Aroma Daun Katuk Sesaat setelah ditambahkan susu |
2,27 |
5,99 |
x2 hitung < x2 tabel Maka H0
diterima
dan H1 diterima |
Hasil tersebut menunjukkan 𝑥2
hitung < 𝑥2
tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti
bahwa pada aspek aroma
daun katuk sesaat setelah ditambahkan susu tidak
terdapat pengaruh penambahan puree daun katuk pada flakes talas terhadap
daya terima konsumen. Dengan demikian tidak dilanjutkan dengan Uji Tuckey
Hasil
dari perhitungan kepada 30 panelis, pada aspek tekstur kerenyahan sebelum ditambahkan susu produk flakes
talas penambahan puree daun katuk diperoleh
x2 hitung = 0,65 pada taraf
signifikansi α = 0,05 sedangkan nilai x2
tabel pada derajat kepercayaan df = 3-1 = 2 yaitu sebesar 5,99.
Tabel 19. Hasil Uji Hipotesis
Kriteria Pengujian |
x2 hitung |
x2 tabel |
Kesimpulan |
Tekstur Kerenyahan Sebelum ditambahkan susu |
1,05 |
5,99 |
x2 hitung < x2 tabel Maka H0
diterima
dan H1 diterima |
Hasil tersebut menunjukkan 𝑥2
hitung < 𝑥2
tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti
bahwa pada aspek tekstur
kerenyahan perendaman susu tidak terdapat pengaruh
penambahan puree daun katuk pada flakes talas terhadap
daya terima konsumen. Dengan demikian tidak dilanjutkan dengan Uji Tuckey.
Tabel 20. Hasil Uji Hipotesis
Skala Penilaian |
Skor |
Aspek tekstur flakes talas dengan penambahan puree
daun katuk sesaat setelah ditambahkan susu |
|||||
15% |
20% |
25% |
|||||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
||
Sangat Suka |
5 |
6 |
20 |
8 |
27 |
6 |
20 |
Suka |
4 |
19 |
63 |
18 |
60 |
21 |
70 |
Agak Suka |
3 |
5 |
17 |
4 |
13 |
3 |
10 |
Tidak Suka |
2 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Sangat Tidak Suka |
1 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Jumlah |
30 |
100 |
30 |
100 |
30 |
100 |
|
Mean |
4,03 |
4,13 |
4,10 |
||||
Median |
4 |
4 |
4 |
||||
Modus |
4 |
5 |
4 |
Hasil
penilaian daya terima konsumen aspek tekstur kerenyahan sesaat setelah
ditambahkan susu menunjukkan flakes talas penambahan puree daun
katuk dengan persentase 15% sebanyak 6 orang panelis (20%) menyatakan sangat
suka, 19 orang panelis (63%) menyatakan suka, dan 5 orang panelis (17%)
menyatakan agak suka. Penilaian flakes talas penambahan puree
daun katuk dengan persentase 20% menunjukkan 8 orang panelis (27%) menyatakan
sangat suka, 18 orang panelis (60%) menyatakan suka, dan 4 orang panelis (13%)
menyatakan agak suka. Sedangkan penilaian flakes talas penambahan puree
daun katuk dengan persentase 25% menunjukkan 6 orang panelis (20%) menyatakan
sangat suka, 21 orang panelis (70%) menyatakan suka, 3 orang panelis (10%)
menyatakan agak suka.
Berdasarkan hasil uji daya terima aspek
tekstur kerenyahan sebelum ditambahkan susu, maka diperoleh nilai rata-rata flakes
talas penambahan puree daun katuk sebanyak 15%, 20% dan 25% termasuk
dalam kategori suka. Maka dapat disimpulkan secara deskripsi bahwa pada aspek
tekstur kerenyahan sesaat setelah ditambahkan susu, hasil yang paling disukai
dari flakes talas penambahan puree daun katuk yaitu dengan
persentase puree daun katuk sebanyak 20% dengan nilai rata-rata 4,13
berada pada kategori sangat suka.
Ketahanan
Renyah dalam Susu
Pengujian ketahanan renyah dalam susu
dilakukan untuk mengetahui ketahanan renyah dari setiap flakes dalam
perendaman susu. Uji ketahanan renyah dalam susu ini dilakukan 3 kali
pengulangan pada setiap perlakuan yang di uji, setelah itu hasil pengulangan
dijumlahkan dan diambil rata-ratanya. Waktu
flakes
untuk dapat bertahan dari
awal perendaman hingga flakes tenggelam dan tekstur
tidak cukup renyah dihitung sebagai waktu ketahanan dalam susu. Data pengujian aspek ketahanan renyah dalam susu
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 21. Hasil Uji
Fisik Ketahanan Renyah Dalam Susu
Aspek Penilaian |
Ulangan |
Uji Fisik Ketahanan Renyah
dalam Perendaman Susu |
||
A1 |
A2 |
A3 |
||
Ketahanan Renyah
dalam Susu (detik) |
1 |
487 |
470 |
455 |
2 |
490 |
460 |
455 |
|
3 |
488 |
460 |
445 |
|
Total |
1465 |
1420 |
1355 |
|
Mean |
488 |
463 |
451 |
Pada
tabel 21 dijelakan hasil pengukuran ketahanan renyah flakes dalam
perendaman susu yang didapat dari perhitungan waktu awal flakes terendam
susu hingga flakes tenggelam dan tekstur tidak cukup renyah. Flakes
talas dengan penambahan puree daun katuk sebanyak 15% memiliki skor
rata-rata 8 menit 8 detik. Sedangkan flakes talas penambahan puree
daun katuk dengan persentase 20% memiliki skor rata-rata 7 menit 43 detik, dan flakes
talas penambahan puree daun katuk dengan persentase 25% memiliki skor
rata-rata 7 menit 31 detik. Berdasarkan hasil perhitungan aspek ketahanan
renyah dalam perendaman susu ini dijelaskan bahwa semakin lama flakes
bertahan dalam rendaman susu, maka kualitasnya semakin baik, dan persentase 25%
menunjukkan semakin banyak penambahan puree daun katuk menyebabkan lama flakes
mempunyai ketahanan renyah dalam susu semakin menurun.
Daya Serap air
Uji daya serap air dilakukan untuk
mengetahui besar kemampuan flakes dalam menyerap air, karena flakes
merupakan produk jenis ready to eat yaitu yang dalam penyajiannya harus mampu
mempertahankan kerenyahan. Semakin besar penyerapan air kedalam flakes
maka kerenyahan flakes di dalam susu semakin menurun. Pengujian ini
dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan yaitu dengan merendam sebanyak 2 gr flakes
setiap sampel dalam 8 ml susu pada suhu ruang 25 derajat celsius.
Aspek Penilaian |
Ulangan |
Uji Fisik Daya Serap Air |
||
A1 |
A2 |
A3 |
||
Daya Serap Air
(%) |
1 |
56,50% |
57,00% |
56,50% |
2 |
57,50% |
58,00% |
60,00% |
|
3 |
56,50% |
57,00% |
58,50% |
|
Total |
170,50% |
172,00% |
175,00% |
|
Mean |
56,50% |
57,33% |
58,33% |
Tabel 22. Hasil Uji
Fisik Daya Serap Air
Berdasarkah hasil data aspek uji fisik daya serap air
menunjukkan semakin tinggi persentase yang dihasilkan, semakin tinggi juga daya
serap cairannya dan menyebabkan flakes berubah menjadi lembek. Rata-rata
nilai daya serap cairan flakes talas dengan penambahan puree daun
katuk sebanyak 15% sebesar 56,50%, sedangkan flakes talas dengan
penambahan puree daun katuk sebanyak 20% sebesar 57,33% dan flakes
talas dengan penambahan puree daun katuk sebanyak 25% sebesar 58,33%.
Berdasarkan hasil data tersebut dapat disimpulkan bahwa flakes talas
dengan penambahan puree daun katuk sebanyak 25% memiliki kemampuan
menyerap cairan paling tinggi dan flakes talas dengan penambahan puree
daun katuk sebanyak 15% memiliki kemampuan menyerap cairan paling rendah.
Berdasarkan
hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh penambahan puree
daun katuk pada pembuatan flakes talas terhadap daya terima konsumen
pada aspek rasa manis dan rasa daun katuk sebelum ataupun sesaat setelah
pencampuran susu, aroma daun katuk sebelum dan sesaat setelah ditambahkan susu
dan tekstur kerenyahan sebelum dan sesaat setelah ditambahkan susu.
Berdasarkan
hasil uji daya terima konsumen flakes talas dengan penambahan puree
daun katuk diperoleh nilai rata-rata yang berbeda pada setiap aspeknya. Hasil
uji daya terima terhadap empat aspek pada flakes, penilaiannya dibedakan
menjadi dua, yaitu sebelum penambahan susu dan sesaat setelah ditambahkan susu.
Hasil uji daya terima terhadap aspek warna pada flakes yang disajikan
sebelum penambahan susu dan sesaat setelah ditambahkan susu menunjukkan bahwa
penambahan puree daun katuk sebanyak 15% diperoleh hasil dengan nilai
rata-rata 4,30 pada penyajian sebelum penambahan susu, dan 4,30 pada penyajian
sesaat setelah ditambahkan susu. Selanjutnya penambahan puree daun katuk
sebanyak 20% diperoleh hasil dengan nilai rata-rata 4,47 pada penyajian sebelum
penambahan susu dan 4,37 pada penyajian sesaat setelah ditambahkan susu.
Sedangkan penambahan puree daun katuk sebanyak 25% diperoleh hasil
dengan nilai rata-rata 3,77 pada penyajian sebelum penambahan susu dan 3,80
pada penyajian sesaat setelah ditambahkan susu. Dengan menggunakan Uji
Friedman, disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penambahan puree daun
katuk pada pembuatan flakes talas. Hal ini dikarenakan daun katuk
mengandung zat hijau atau disebut juga dengan klorofil, daun katuk digunakan
sebagai pewarna alami yang dapat memberi warna hijau pada makanan (Hardjanti, 2008). Pada penelitian (Sirajuddin et al.,
2022) mengatakan perbedaan
warna yang dihasilkan setiap formula cookies dipengaruhi oleh jumlah
tepung daun katuk yang ditambahkan,
warna hijau pada cookies dipengaruhi
oleh kandungan klorofil yang terdapat pada daun katuk, semakin tinggi proporsi
substitusi tepung daun katuk, maka semakin gelap pada warna hijau tua, serta
semakin tinggi kandungan klorofil yang dikandungnya. Selanjutnya untuk mengetahui formula yang lebih baik
pada aspek warna dua perlakuan penyajian tersebut digunakan uji Tuckey, dari
perhitungan diperoleh hasil bahwa penambahan puree daun katuk sebanyak
20% lebih disukai konsumen baik penyajian flakes tanpa susu maupun
penyajian dengan susu.
Penilaian
aspek rasa dibagi menjadi aspek rasa manis dan aspek rasa daun katuk. Hasil
penilaian uji daya terima konsumen pada aspek rasa manis flakes talas
penambahan puree daun katuk yang disajikan sebelum penambahan susu dan
sesaat setelah ditambahkan susu memiliki nilai rata-rata berkisar 3,93 – 4,20
yang secara deskriptif berada pada skala mendekati suka. Rasa yang timbul pada
produk breakfast cereal flakes lebih ditentukan oleh formulasi yang
digunakan dalam pembuatan breakfast cereal flakes tersebut, hal ini
terjadi dikarenakan sifat-sifat dari bahan baku yang digunakan dalam pembuatan
produk breakfast cereal flakes (Umar et al., 2018). Berdasarkan hasil Uji Friedman disimpulkan bahwa
tidak terdapat pengaruh penambahan puree daun katuk terhadap aspek flakes
talas, karena flakes talas memiliki rasa manis dan gurih. Sumber utama
rasa manis pada produk flakes ini adalah gula, selain itu penggunaan
susu bubuk dan margarin juga memberikan rasa gurih pada flakes,
subsitusi tepung talas pada produk flakes ini juga tidak mempengaruhi
rasa dari flakes. Hal ini karena tepung talas memiliki rasa yang netral
seperti halnya tepung terigu (Dana, 2018). Ketiga perlakuan flakes menggunakan komposisi
tepung talas, gula, margarin dan susu bubuk yang sama sehingga rasa manis dari flakes
yang dihasilkan relatif sama dan tidak jauh berbeda rasanya dari tiap produk.
Oleh sebab itu tidak dilanjutkan dengan Uji Tuckey. Berdasarkan hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa panelis menyukai ketiga persentase flakes talas
penambahan puree daun katuk.
Hasil
penilaian uji daya terima konsumen pada aspek rasa daun katuk flakes
yang disajikan sebelum penambahan susu dan sesaat setelah ditambahkan susu
memiliki nilai rata-rata berkisar 3,60 – 4,10 yang secara deskriptif berada
pada skala suka. Umumnya daun katuk memiliki
rasa yang pahit disebabkan oleh kandungan tanin pada daun katuk (Sirajuddin et al.,
2022). Semakin besar tingkat penambahan puree daun
katuk menghasilkan rasa tidak enak atau rasa khas dari daun katuk yaitu agak
langu sehingga dapat mempengaruhi tingkat kesukaan panelis, namun rasa pahit
dalam flakes tertutupi dengan penambahan gula dan susu bubuk. Menurut (Nurbaya &
Estiasih, 2013) gula dan susu bubuk dapat berperan untuk memperbaiki
rasa yang kurang pada produk makanan. Sehingga hasil Uji Friedman pada aspek
rasa daun katuk menunjukkan tidak ada pengaruh penambahan puree daun
katuk pada produk flakes talas dan dapat disimpulkan bahwa panelis
menyukai ketiga flakes talas daun katuk.
Penilaian
aspek aroma daun katuk pada flakes yang disajikan sebelum penambahan
susu dan sesaat setelah ditambahkan susu memiliki nilai rata-rata berkisar 3,77
– 4,07 yang secara deskriptif berada pada skala suka. Aroma khas daun katuk ini
muncul karena daun katuk mengandung minyak astiri (Sirajuddin et al.,
2022), maka semakin banyak jumlah daun katuk yang
ditambahkan maka bau yang dihasilkan akan semakin kuat. Namun aroma pada flakes
talas penambahan puree daun katuk kurang kuat dan lebih beraroma susu,
hal ini sejalan dengan penelitian (Kaltari et al., 2016) yang mengatakan bahwa,
susu dalam pembentukan cookies memiliki fungsi sebagai pembentuk flavor. Menurut (Rahmawati yang diacu dalam Sirajuddin et al.,
2022), menyatakan bahwa proses
pemanasan menurunkan aroma dari tepung katuk karena pada saat proses pemanasan
katuk sebagian
mengalami penguapan, sehingga aroma daun katuk tertutupi dengan
oleh aroma susu dan lemak (margarin). Hasil uji friedman yang dilakukan pada
aspek ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh penambahan puree daun
katuk terhadap produk flakes talas, sehingga tidak dilanjutkan dengan
Uji Tuckey. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ketiga sampel flakes talas
daun katuk dapat diterima dan disukai konsumen.
Penilaian
aspek tekstur kerenyahan pada flakes yang disajikan sebelum penambahan
susu dan sesaat setelah ditambahkan susu memiliki nilai rata-rata berkisar 4,03
– 4,50 yang secara deskriptif berada pada skala suka. Hasil Uji Friedman
menunjukkan bahwa penambahan puree daun katuk tidak berpengaruh terhadap
daya terima konsumen pada aspek tekstur kerenyahan flakes talas. Menurut
penelitian (Khairunissa et al.,
2018) tekstur flakes juga
berkaitan dengan kandungan amilosa dan amilopektin pada bahan. Pada penelitian ini penggunaan subsitusi tepung talas
dengan tepung terigu sangat mempengaruhi tekstur flakes. Tepung talas
mengandung amilosa 14-20% dan amilopektin 56-60% dari kandungan
pati sehingga dengan kandungan amilopektin yang cukup tinggi pada tepung talas
dapat membuat tekstur flakes menjadi lebih renyah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian (Khairunissa et al.,
2018) menunjukkan flakes dengan perbandingan tepung
talas 60 : 40 tepung kacang hijau adalah flakes yang disukai karena tekstur
yang dihasilkan flakes lebih renyah dari flakes yang lain.
Menurut (Supriyadi, 2012 yang diacu dalam (Mukhoiyaroh et al.,
2020) amilopektin yang tinggi
dapat memberikan tingkat kerenyahan yang tinggi dan kekerasan yang rendah pada
produk dibandingkan kadar amilosa yang tinggi. Selain itu penggunaan lemak (margarin) pada
pembuatan flakes talas ini dapat mempengaruhi tekstur flakes
talas menjadi renyah.
Tabel 23. Tabel Hasil
Uji Kualitas Fisik
Ulangan |
Ketahanan Renyah Dalam Perendaman Susu (detik) |
Daya Serap Air (%) |
||||
394 |
219 |
175 |
394 |
219 |
175 |
|
1 |
487 |
470 |
455 |
56,50 |
57,00 |
56,50 |
2 |
490 |
460 |
455 |
57,50 |
58,00 |
60,00 |
3 |
488 |
460 |
445 |
56,50 |
57,00 |
58,50 |
Total |
1465 |
1420 |
1355 |
170,50 |
172,00 |
175,00 |
Mean |
488 |
463 |
451 |
56,50 |
57,33 |
58,33 |
Ket
:
394 = flakes talas dengan penambahan puree
daun katuk sebanyak 15%
219 = flakes talas dengan penambahan puree
daun katuk sebanyak 20%
175 = flakes talas dengan penambahan puree
daun katuk sebanyak 25%
Menurut
(Kamilia, 2022) lama ketahanan renyah flakes dalam perendaman
susu sangat berkaitan dengan kemampuan daya serap air flakes. Semakin
tinggi air yang terserap, maka lama ketahanan renyah flakes akan semakin
menurun. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah kemampuan flakes
menyerap air, maka lama ketahanan renyahnya akan meningkat. Ketahanan renyah flakes
dalam susu dipengaruhi oleh kandungan air pada flakes, kadar air yang
tinggi menyebabkan ketahanan renyah flakes menurun atau flakes
yang dihasilkan semakin lunak (Khairunissa et al.,
2018) dan dengan begitu daya serap air flakes
semakin tinggi.
Berdasarkan
pengujian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa perbedaan penambahan puree
daun katuk terhadap pembuatan flakes talas memberikan pengaruh pada
waktu lama ketahanan renyah flakes dan daya serap air pada flakes.
Flakes dengan penambahan puree daun katuk sebanyak 15%
menunjukkan bahwa flakes
ini memiliki waktu ketahanan renyah paling lama dan memiliki daya serap air
yang rendah. Flakes dengan penambahan puree daun katuk sebanyak
20% menunjukkan hasil bahwa waktu ketahanan renyah berada pada waktu 7 menit 43
detik dan daya serapnya berada pada 57,33%, sedangkan untuk flakes
dengan penambahan puree daun katuk sebanyak 25% menunjukkan waktu untuk
ketahanan renyah yang paling sebentar diantara 2 sampel lainnya dan mempunyai
kemampuan daya serap air yang paling tinggi.
Hasil
pengujian tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan puree
daun katuk maka cairan susu yang diserap semakin banyak, sehingga waktu
ketahanan renyahnya hanya sebentar. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian (Suhartatik et al.,
2023) menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan ekstrak
daun katuk pada mi kering maka semakin tinggi juga kadar air yang ada pada mi
tersebut. Hal ini dikarenakan daun katuk mengandung hampir 70g air didalam 100g
daun katuk segar dan daun katuk juga mengandung serat yang bersifat menyerap
air sehingga semakin sedikit katuk yang ditambahkan maka semakin sedikit kadar
air begitu pun sebaliknya. Berdasarkan hasil tabel diatas menunjukkan bahwa
kode flakes 394 memiliki ketahanan renyah paling lama dan kemampuan daya
serap yang paling rendah dibandingkan dengan kode 175 yang memiliki waktu
ketahanan renyah paling sedikit dan kemampuan daya serap yang paling tinggi.
Hasil uji validasi yang dilakukan kepada 5 panelis
ahli, maka ditetapkan perlakuan pada penelitian ini dengan penambahan puree
daun katuk 15%, 20% dan 25% pada pembuatan flakes talas telah memenuhi
standar kualitas dari flakes talas sesuasi dengan yang diharapkan
peneliti.
Hasil pengujian hipotesis melalui Uji Friedman
pengaruh penambahan puree daun katuk pada flakes talas terhadap
kualitas fisik dan daya terima konsumen menunjukkan bahwa pada aspek rasa
manis, rasa daun katuk, aroma daun katuk dan tekstur flakes sebelum
ditambahkan susu dan sesaat setelah ditambahkan susu tidak terdapat perbedaan,
namun pada aspek warna sebelum dan sesaat setelah ditambahkan susu terdapat
perbedaan nyata dan setelah dianalisis menggunakan uji Tuckey hasilnya
menunjukkan produk terbaik yang disukai oleh panelis adalah flakes talas
dengan penambahan puree daun katuk sebanyak 20%.
Hasil dari uji kualitas fisik menyatakan bahwa
ketahanan renyah flakes dalam susu saling berkaitan dengan daya serap
air. Semakin tinggi daya serap air maka waktu ketahanan renyah flakes
dalam susu semakin menurun. Flakes dengan penambahan puree daun
katuk sebanyak 15% memiliki kemampuan waktu yang lama untuk ketahanan renyah
dalam susu dan memiliki kemampuan yang rendah untuk daya serap air. Sedangkan flakes
dengan penambahan puree daun katuk sebanyak 25% memiliki kemampuan waktu
ketahanan renyah dalam susu yang paling sebentar dan daya serap air yang
tinggi.
Kesimpulan
akhir berdasarkan hasil perhitungan yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa
produk terbaik yang dipilih adalah flakes dengan penambahan puree
daun katuk sebanyak 20%, hal ini ditentukan berdasarkan hasil uji Friedman yang
meliputi aspek warna, rasa, aroma dan tesktur. Pada uji kualitas fisik flakes
talas dengan penambahan puree daun katuk sebanyak 15% merupakah produk
yang paling lama mempunyai waktu untuk ketahanan renyah dalam susu dan yang
paling rendah daya serap airnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,
A. Y., Baharta, E., & Gusnadi, D. (2021). Pemanfaatan Daun Katuk sebagau
Substitusi Pewarna dan Isi pada Produk Bakpao 2020. 7(5), 1565–1573.
Banun, L., & Margawati, A. (2014). Hubungan Kebiasaan
Sarapan Dan Status Hidrasi Dengan Konsentrasi Berfikir Pada Remaja. Journal
of Nutrition College. Universitas Diponegoro.
Dana, R. (2018). Pengaruh substitusi tepung talas bogor
(colocasia Esculenta L.Schoot) pada pembuatan eclair terhadap daya terima
konsumen.
Hardjanti, S. (2008). Potensi Daun Katuk Sebagai Sumber Zat
Pewarna Alami dan Stabilitasnya Selama Pengeringan Bubuk Dengan Menggunakan
Binder Maltodekstrin. Penelitian Saintek, Universitas Mercu Buana
Yogyakarta.
Kaltari, B. I., Setyowati, S., & Dewi, D. P. (2016).
Pengaruh Variasi Pencampuran Tepung Talas Bogor (Colocasia esculenta L. Schott)
Dan Kacang Merah (Phaseolus Vulganis L.) Terhadap Sifat Fisik, Tingkat
Kesukaan, Kadar Protein. Nutrisia, 18(1), 51–57.
Kamilia. (2022). Pengaruh Penggunaan Campuran Pati Ubi
Jalar Putih, Tepung Mocaf dan Tepung Kacang Hijau Terhadap Kualitas Sereal
Flakes. Universitas Negeri Jakarta.
Khairunissa, Harun, N., & Rahmayuni. (2018). Pemanfaatan
Tepung Talas Dan Tepung Kacang Hijau Dalam Pembuatan Flakes [Utilization of
Taro Flour and Mung Bean Flour in Making Flakes]. Jurnal SAGU Universitas
Riau.
Kurnia, D. (2021). Variasi Jenis Tepung Terhadap Daya Simpan
Cookies.
Masithoh, M. R., & Widikusyanto, M. W. J. (2017).
Pengaruh kepuasan dan kepercayaan pelanggan pada niat beli ulang secara online.
Sains Manajemen: Jurnal Manajemen Unsera, 3(1).
Mukhoiyaroh, S., Ammar, M. H., Pangesti, M., & Muflihati,
I. (2020). Pengaruh Jenis Beras Terhadap Karakteristik Flakes yang Dihasilkan.
In Jurnal Sains Boga.
Nurbaya, S. R., & Estiasih, T. (2013). Pemanfaatan Talas
Berdaging Umbi Kuning (Colocasia esculenta (L.) Schott) Dalam Pembuatan
Cookies. Jurnal Pangan Dan Argoindustri, 1(1), 46–55.
Paramita, A.H., & Putri, W. D. R. (2015). Pengaruh
penambahan tepung bengkuang dan lama pengukusan effect of addition yam flour
and steaming duration on phsyco-chemical and sensory qualities of taro flakes. Pangan
Dan Agroindustri, 3(3), 1071–1082.
Permaesih, D., & Rosmalina, Y. (2017). Keragaman Bahan
Makanan Untuk Sarapan Anak Sekolah Di Indonesia. Journal of the Indonesian
Nutrition Association.
Rahmawati, W., Kusumastuti, Y. A., & Dr. Nita ARYANTI,
ST, M. (2012). Karakterisasi Pati Talas (Colocasia Esculenta (L.) Schott)
(Colocasia Esculenta (L.) Schott) Sebagai Alternatif Sumber Pati Industri Di
Indonesia. Jurnal Teknologi Kimia Dan Industri, Univeristas Diponegoro.
Sirajuddin, S., Bahar, B., Hadju, V., Studi, P., Gizi, I.,
Masyarakat, F. K., & Hasanuddin, U. (2022). Daya Terima Cookies Daun Katuk
( Sauropus Androgynus ) Sebagai Makanan Tambahan Ibu Menyusui Acceptance of
Katuk Leaf Cookies ( Sauropus Androgynus ) As Additional Food for Breastfeeding
Mothers. JGMI : The Journal of Indonesian Community Nutrition, 11(1),
47–55.
Suhartatik, N., Mustofa, A., Teknologi, P., & Pertanian,
H. (2023). Karakteristik Fisikokimia dan Organoleptik Mi Kering Substitusi
Tepung Talas ( Colocasi esculenta ) d engan Penambahan Daun Katuk ( Sauropus androgynus
). 8(1), 40–48.
Sukasih, E., & Setyadjit, N. (2012). Formulasi Pembuatan
Flake Berbasis Talas Untuk Makanan Sarapan (Breakfast Meal) Energi Tinggi
Dengan Metode Oven. Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian.
https://doi.org/10.21082/jpasca.v9n2.2012.70-76
Susanti, I., Loebis, E. H., & Meilidayani, S. (2017).
Modifikasi Flakes Sarapan Pagi Berbasis Mocaf dan Tepung Jagung. Warta
Industri Hasil Pertanian, Univeristas Juanda, 34.
Umar, M. I., Ansarullah, & Syukri, M. (2018). Pengaruh
Formulasi Breakfast Cereal Flakes Berbasis Tepung Beras Merah (Oryza nivara)
dan Tepung Sagu (Metroxylon sp) Terhadap Penilaian Organoleptik dan
Fisikokimia. Jurnal Sains Dan Teknologi Pangan, 3(2), 1176–1193.
Wiranto, S. (2020). Membangun kembali budaya maritim
Indonesia melalui kebijakan kelautan Indonesia dengan strategi pertahanan
maritim Indonesia: perspektif pertahanan maritim. Jurnal Maritim Indonesia
(Indonesian Maritime Journal), 8(2), 1–16.
Yulistiani, R., & Kumala, I. W. (2021). Karakteristik
Fisikokimia dan Organoleptik Flakes : Kajian Proporsi Tepung Talas
Termodofikasi dan Tepung Kacang Tunggak Serta Penambahan Natrium Bikarbonat. UPNV
Jawa Timur.
This
work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0
International License. |