JURNAL SOSIAL DAN SAINS VOLUME 3 NOMOR 8 2023 P-ISSN 2774-7018, E-ISSN 2774-700X |
|
|
ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RSU ROYAL PRIMA MEDAN Aditya Azri Rizki, Chrismis Novalinda Ginting, Ali
Napiah Nasution Fakultas Kedokteran, Kedokteran
Gigi dan Ilmu Kesehatan, Universitas Prima Indonesia,
Indonesia Email: [email protected] |
|
|
Kata kunci: good corporate governance; kepuasan pasien; organization Keywords: good
corporate governance;
patient satisfaction; organization |
ABSTRAK Latar
Belakang: Penerapan GCG dalam bisnis organisasi merupakan kunci keberhasilan
organisasi dan memungkinkan untuk menghasilkan keuntungan jangka panjang dan
memberikan layanan yang berkualitas. Di Indonesia, banyak masalah dengan
penerapan GCG yang buruk dalam operasi organisasi di masa lalu.
Pengaplikasian GCG semakin penting karena tentunya akan meningkatkan meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan dari organisasi kesehatan. Tujuan: Untuk menganalisa
pengaruh kewajaran (fairness) terhadap kepuasan pasien di ruang rawat inap
RSU Royal Prima Medan dan Untuk menganalisa pengaruh transparansi (disclosure
and transparency) terhadap tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap RSU
Royal Prima Medan Metode: Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan cross sectional survey.
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Populasi pada penelitian ini seluruh pasien di rawat inap RSU Royal Prima
Medan pada saat penelitian. Hasil: Penelitian ini menunjukan bahwa
ada pengaruh kewajaran (fairness) terhadap kepuasan pasien di ruang rawat
inap RSU Royal Prima Medan, Ada pengaruh transparansi (disclosure and
transparency) terhadap tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap RSU Royal
Prima Medan. Ada pengaruh akuntabilitas (accountability) terhadap tingkat
kepuasan pasien di ruang rawat inap RSU Royal Prima Medan. Ada pengaruh
responsibilitas (responsibility) terhadap tingkat kepuasan pasien di ruang
rawat inap RSU Royal Prima Medan. Variabel yang dominan berpengaruh terhadap
kepuasan pasien di RSU Royal Prima Medan adalah variabel kewajaran (fairness). Kesimpulan: Dalam analisis
penelitian ini terdapat pengaruh Good Corporate Governance terhadap kepuasan
pasien di RSU Royal Prima Medan. ABSTRACT Background: The
implementation of GCG in an organization's business is the key to
organizational success and allows it to generate long-term profits and
provide quality services. In Indonesia, there have been many problems with
poor GCG implementation in the organization's operations in the past. The
application of GCG is increasingly important because it will certainly
improve the quality of health services from health organizations Purpose: To analyze the effect of fairness on
patient satisfaction in the inpatient room of RSU Royal Prima Medan and to
analyze the effect of transparency (disclosure and transparency) on the level
of patient satisfaction in the inpatient room of RSU Royal Prima Medan. Methods: This study
uses a quantitative approach with a cross sectional survey design. Data
sources in this study are primary data and secondary data. The population in
this study was all patients in the hospitalization of RSU Royal Prima Medan
at the time of the study. Results: This study
shows that there is an effect of fairness on patient satisfaction in the
inpatient room of RSU Royal Prima Medan, there is an influence of transparency
(disclosure and transparency) on the level of patient satisfaction in the
inpatient room of RSU Royal Prima Medan. There is an effect of accountability
on the level of patient satisfaction in the inpatient room of RSU Royal Prima
Medan. There is an influence of responsibility on the level of patient
satisfaction in the inpatient room of RSU Royal Prima Medan. The dominant
variable affecting patient satisfaction at RSU Royal Prima Medan is the
variable of fairness. Conclusion: In
the analysis of this study, there is an influence of Good Corporate
Governance on patient satisfaction at RSU Royal Prima Medan. |
|
PENDAHULUAN
Selain
pendidikan dan perlindungan hukum, kesehatan merupakan salah satu hak warga
negara Indonesia. Bidang kesehatan saat ini menjadi topik yang sangat penting.
Hal ini berkaitan dengan dampak perubahan iklim terhadap globalisasi saat ini. Perkembangan industri yang ada memiliki
dampak negatif terhadap lingkungan. Hingga saat ini, perusahaan-perusahaan di
Indonesia terus berkembang (Azizah & Adawia, 2018). Degradasi
lingkungan dipengaruhi oleh masa perkembangan industri. Hal ini karena adanya
kegiatan industri tidak sesuai dengan pengelolaan dan mitigasi lingkungan yang
efisien.
Dewasa
ini, berbagai macam penyakit sangat menular dengan mudah dan menginfeksi
manusia (Alwi, 2020). Oleh karena itu,
masyarakat memerlukan pelayanan kesehatan yang baik untuk memenuhi hak-hak
warga negara Indonesia. Pemerintah secara keseluruhan harus berkontribusi dalam
penyelesaian masalah sosial melalui pelayanan publik
kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan masyarakat adalah bagian dari
pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah (Listiyono, 2015). Kualitas
pelayanan kesehatan di Indonesia masih di bawah kualitas pelayanan kesehatan di
banyak negara berkembang lainnya (Muhammad Arifki & Ahmad, 2019). Karena selama
ini pemerintah berlomba-lomba memperbaiki infrastruktur seperti membangun
jalan, jembatan, dan lain sebagainya; namun lupa membangun suprastruktur
seperti budaya, pekerjaan, termasuk kesehatan warganya.
Sebagai
salah satu penyakit yang menyebabkan infeksi pada saluran nafas,Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh coronavirus varian baru (Sukur et al., 2020).Virus Covid-19
menjadi perhatian dunia,
sehinggal
masyarakat dihimbau untuk tidak menganggap enteng virus ini (Mustopa et al., 2021). Social Distancing
dirancang untuk mengurangi atau
menghentikan penyebaran penyakit. Seiring waktu,pemerintah
telah memperkenalkan praktik new
normal untuk mengurangi dampak krisis ekonomi dan kesehatan (Muhyiddin, 2020).
Sektor pelayanan kesehatan yang paling terkena
dampak situasi kritis ini harus siap menyediakan platform perawatan kesehatan yang dapat menyesuaikan dengan
protokol pencegahan Covid-19 (Sulasmi et al., 2020). Mutu pelayanan
kesehatan yang baik adalah pelayanan yang diberikan
secara efektif serta efisien yang sesuai dengan keinginan serta
keperluan pasien (Pertiwi, 2017). Selain itu, mutu
pelayanan kesehatan yang baik juga harus sesuai dengan
kebijakan,standar,kesehatan dan bukti ilmiah untuk mencapai hasil yang baik (Astuti, 2017).
Sebagai
organisasi pelayanan kesehatan pasca Puskesmas, rumah sakit harus mampu
memberikan pelayanan yang lebih baik (Ekawati & Andriani, 2022). Pelayanan
kesehatan yang diberikan pun tidak hanya dinyatakan dalam skala kecil, misalnya
di tingkat kecamatan, tetapi juga dalam skala besar, misalnya di lingkungan
perkotaan. Mereka yang berobat ke rumah sakit tentu datang dengan memiliki
harapan yang tinggi terhadap pelayanan kesehatan. Hal ini karena masyarakat
percaya bahwa rumah sakit memiliki kualitas pelayanan yang lebih baik dengan didukung fasilitas, sumberdaya
manusia dirumah sakit lebih kompeten dalam menanggulangi masalah
kesehatan. Rumah sakit merupakan salah satu fasilitaspemberian layanan
kesehatan bagi berbagai macam penyakit. Pasien percaya bahwahanya rumah sakit
yang dapat memberikan layanan medis untuk menyembuhkan dan mengobati rasa sakit mereka. Pasien berharap
mendapatkan pelayanan yang cepat, efisien dan efektif.
Penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang berintegritas, transparan, akuntabel, dan responsif
memerlukan sistem yang dapat mengintegrasikan seluruh komponen tersebut.
Contohnya adalah tata kelola perusahaan yang baik / Good Corporate Governance (GCG). Penerapan GCG dalam bisnis
organisasi merupakan kunci keberhasilan organisasi dan memungkinkan untuk
menghasilkan keuntungan jangka panjang dan
memberikan layanan yang berkualitas. Di Indonesia,banyak masalah dengan
penerapan GCG yang buruk dalam operasi organisasi dimasa lalu (Suryanto & Refianto, 2019).
Menurut
sebuah studi oleh McKinsey & Co., diketahui bahwa penerapan GCG diIndonesia
berada pada peringkat terendah. Menurut studi pada akhir tahun 2004 oleh CLSA (Credit Lyonnais Securities Asia)
Indonesia berada pada peringkat 10 atau terburuk di Asia Tenggara dalam hal
kinerja GCG, dan Standard & Poor's juga
menyatakan kinerja GCG di Indonesia tidak bertumbuh. Sebuah survei baru-baru
ini dilakukan oleh Asian Association for
Corporate Governance (ACGA) pada 11 negara Asia. Setidaknya 80% dari
standar internasional harus dipenuhi. Menurut hasil survei 2018, Australia
adalah negara non-Asia dengan skor tinggi 71%, tetapi jauh dari tingkat internasional 80%. Indonesia saat ini
menempati posisi terendah dengan skor 34% (Asian Corporate Association,2018).
Meski
demikian, pengaplikasian GCG semakin penting karena tentunya akan meningkatkan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dari organisasi kesehatan. Pada tahun
1999, pemerintah juga membentuk badan nasional yang mengawasi pelaksanaan GCG,
yaitu Komite Nasional Kebijakan Corporate
Governance (KNKCG) (Suryanto & Refianto, 2019).
Selain
penggunaan pedoman GCG, ada faktor lain yang dapat mempengaruhi kepuasan
pasien. Salah satunya adalah mutu pelayanan kesehatan yang baik. Pelayanan
kesehatan yang baik adalah salah satu kebutuhan utama semua pasien, dan tingkat
kepuasan pasien adalah tingkat dimana perasaan seseorang setelah membandingkan
kinerja atau hasil yang dirasakan oleh pasien sesuai harapannya (Kurniawati et al., 2015). Dalam konteks
ini, rumah sakit perlu meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan untuk
membangun citra dan reputasi positif rumah sakit saat pasien berbagi kepuasan
dengan orang lain. Rumah sakit tentu mendapat manfaat positif dari akumulasi
ini. Pembangunan rumah sakit harus ditingkatkan sesuai dengan perkembangan
kebutuhan dan tuntutan masyarakat, serta sesuai dengan standar pelayanan
minimal rumah sakit,standar profesi,dan standar operasional prosedur.
Rumah sakit harus memberikan pelayanan kesehatan yang
berkualitas dengan
harga yang terjangkau untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan berusaha untuk
mengevaluasi dan menangkap semua peluang serta meningkatkan daya saingnya. Agar
dapat bersaing, RSU Royal Prima Medan harus mampu memberikan pelayanan terbaik
kepada pelanggannya. Pelayanan yang baik bukan berarti hanya cukup pelayanan
yang profesional saja, tetapi juga harus ditunjang dengan peralatan dan
perlengkapan yang mumpuni serta lingkungan yang ramah bagi pelanggan.
Dalam
rangka pengaplikasian prinsip GCG dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan di
rumah sakit milik negara, pemerintah telah menetapkan pelayanan public dalam
bentuk Badan Layanan Umum. Undang-Undang Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum berdasarkan Bab I,
Pasal 1 ayat 1disebutkan bahwa,
“Badan Layanan Umum, yang
selanjutnya disebut BLU (Badan Layanan Umum),adalah instansi di lingkungan
Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang dan / atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari
keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi
dan produktivitas. Pada pasal kedua disebutkan bahwa BLU bertujuan untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam
pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas,dan
penerapan praktek bisnis yang sehat.”
Menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005,
“Rumah sakit dapat menjadi BLU
apabila rumah sakit tersebut telah memenuhi persyaratan substantif,teknis,dan
administratif.Persyaratan substantif terpenuhi apabila instansi pemerintah yang
bersangkutan menyelenggarakan layanan umum yang berpengaruh dengan penyediaan barang dan/atau jasa
layanan umum dan pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan
perekonomian masyarakat atau layanan umum dan/atau pengelolaan dana khusus
dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepada masyarakat.
Persyaratan teknis terpenuhi apabila kinerja pelayanan dibidang tugas pokok dan
fungsinya layak dikelola dan peningkatan pencapaian melalui BLU sebagaimana
direkomendasikan oleh menteri / pimpinan lembaga / kepala SKPD (Satuan Kerja
Perangkat Daerah) sesuai dengan kewenangannya dan kinerja keuangan satuan kerja
instansi yang bersangkutan adalah sehat sebagaimana ditunjukkan dalam dokumen
usulan penetapan BLU.”
Meski
demikian, masih terdapat keluhan yang meluas tentang pelayanan kesehatan di RSU
Royal Prima Medan. Peneliti mengambil unit rawat inap sebagai tempat penelitian
disebabkan oleh peneliti mengalami kesulitan dalam mewawancarai pasien rawat
jalan yang dikarenakan pasien tidak bersedia meluangkan waktunya untuk
diwawancarai sehingga dalam survey awal peneliti melakukan wawancara kepada
pasien rawat inap yaitu sebanyak 10 orang pasien sebagai responden perihal
pelayanan yang diberikan olehRSU Royal
Prima Medan. Dari hasil wawancara, 60% pasien mengeluhkan pelayanan yang
diberikan oleh RSU Royal Prima Medan, baik itu dari segi fasilitas, layanan
yang diberikan oleh petugas kesehatan baik itu dokter maupun perawat, adanya mis-informasi
yang diberikan oleh petugas kesehatan serta belum adanya one gate system dalam pelayanan rawat inap.
Oleh
karena itu, peneliti memilih RSU Royal Prima Medan sebagai lokasi penelitian.
Selain itu, dirumah sakit ini belum ada kajian internal maupun eksternal
tentang kepuasan pelayanan, dan kepuasan pasien juga dikaji dari perspektif
prinsip GCG. Berdasarkan informasi diatas, peneliti ingin menguji dan
menganalisis pengaruh penerapan prinsip Good
Corporate Governance (GCG) terhadap kepuasan pasien di RSU Royal Prima
Medan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisa pengaruh kewajaran
(fairness) terhadap kepuasan pasien diruang rawat inapRSU Royal Prima Medan,
dan (2) menganalisa pengaruh transparansi (disclosure and transparency)
terhadap tingkat kepuasan pasien diruang rawat inap RSU Royal Prima Medan.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan rancangan crosssectional survey (Creswell, 2021). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner
yang dikumpulkan dari responden sebagai sumber informasi untuk menganalisis
pengaruh antara konsep Good Corporate Governance dengan kepuasan pasien,
melalui pendekatan, observasi serta pengumpulan data sekaligus padasuatu saat (Suryanto & Refianto, 2019). Penelitian berlokasi di RSU Royal Prima Medan, dan waktu
penelitian Januari 2023– Februari 2023
Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam penelitian, seluruh pasien di rawat inap RSU
Royal Prima Medan pada saat penelitian dilaksanakan merupakan populasi.
Sementara itu, sampel yang merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut, diambil dari seluruh populasi selama
penelitian berlangsung. Jenis populasi yang akan diteliti adalah infinite
population, karena peneliti tidak mengetahui angka pasti jumlah pasien rawat
inap di RSU Royal Prima Medan selama penelitian berlangsung.
Karena jumlah pengunjung pusat perbelanjaan tidak
dapat diprediksi, maka jumlah populasi yang tidak selalu pasti, maka jumlah
sampel yang dibutuhkan akan dipengaruhi oleh maksimum error (i) dan derajat
kepercayaan dalam penaksiran jumlah populasi tersebut. Dalam menentukan ukuran
sampel ini, penulis menggunakan Rumus Lemeshow. Rumus Lemeshow ini digunakan
karena jumlah populasi yang tidak diketahui atau tidak terbatas (infinite
population). Adapun rumus Lemeshow adalah sebagai berikut (Lemeshow,1990):
𝐧 = 𝐙𝟐𝐏(𝟏−𝐏)
𝐝𝟐
Keterangan:
n =
jumlah sampel
𝐙𝟐 = derajat kemaknaan 95 % (α = 0.05) sehingga didapatkan nilai
Z =1,96P = proporsi populasi(0.5)
d =Sampling
error10%(0.1)
𝐧 = (𝟏,𝟗𝟔)𝟐(𝟎,𝟓)(𝟏−𝟎,𝟓)(𝟎,𝟏)𝟐
𝐧=96,04
Dengan
menggunakan rumus Lemeshow diatas, maka nilai sampel (n) yang didapat adalah
sebesar 96,04 yang kemudian dibulatkan menjadi100 orang.
Teknik
Pengumpulan Data
Pengisian kuesioner
digunakan sebagai teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data
dalam penelitin. Alat riset tersebut didistribusikan kepada pasien yang sedang
menjalani perawatan di RSU Royal Prima Medan. Data yang masuk kemudian
diseusaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Lembaran instrument survei
sudah pernah dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
Variabel
Penelitian
Variabel
independen dalam penelitian ini adalah Good Coprporate Governance dengan
prinsip-prinsipnya yakni kewajaran/ fairness (X1), transparansi/ disclosure and
transparency (X2), akuntabilitas/ accountability (X3), serta responsibilitas/
responsibility (X4) Untuk variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat
kepuasan pasien di unit rawat inap RSU Royal Prima Medan.
Analisis Data
Analisis Univariat
Analisa univariat
merupakan langkah awal analisa setiap variabel dalam suatu penelitian.
Menganalisa variabel -variabel yang ada secara deskriptif dengan menghitung
distribusi frekuensi dan proporsi untuk mengetahui karakteristik dari subjek
penelitian. Hasilnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan
narasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝐹
Analisis Bivariat
Setelah
data terkumpul kemudian dianalisis menggunakan program SPSS. Analisis
normalitas suatu data perlu dilakukan untuk menguji data variabel dependen dan
independen untuk menentukan apakah distribusi data normal atau tidak normal.
Jika data tersebut normal, maka analisis bivariat yang digunakan untuk menguji
korelasi antara dua variabel independen numerik dengan variabel dependen
berbentuk numerik adalah uji korelasi Pearson, akan tetapi jika data yang
digunakan tidak normal, untuk menguji korelasi antara dua variabel independen numerik dengan variabel dependen berbentuk
numerik adalah uji korelasi Spearm antara kesalahan yang digunakan adalah 5%,
untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik. Berarti jika p value ≤
0.05 maka hasilnya bermakna yangartinya Ho ditolak dan Ha diterima. Uji
statistik korelasi Pearson menggunakan bantuan program komputer dengan program
SPSS (Soekidjo, 2012). Tabel 3.3.
dibawah ini menjelaskan koefisien korelasi masing-masing nilai terhadap
keeratan korelasi antara dua variabel.
Koefisien |
Kekuatan Korelasi |
0.00 |
Tidak Berkolerasi |
0.01-0.09 |
Berkolerasi namun kurang berarti |
0.10-0.29 |
Berkolerasi lemah |
0.30-0.49 |
Berkolerasi moderat |
0.50-0.69 |
Berkolerasi kuat |
0.70-0.89 |
Berkolerasi sangat kuat |
0.90-1,00 |
Berkolerasi mendekati sempurna |
Analisis
Multivariat
Data yang
dikumpulkan akan dianalisis dengan menggunakan uji statistik regresi linear berganda karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan prinsip good corporate governance (kewajaran, transparansi, akuntabilitas, dan responsibilitas) terhadap kepuasan pasien
diRSU Royal Prima Medan.
Pengaruh
penerapan prinsip – prinsip GCG terhadap
kepuasan pasien akan dianalisa dengan menggunakan uji statistik linier
berganda. Dalam penggunaan uji statistik linier berganda, ada beberapa tahapan
yang harus dipenuhi antara lain data berdistribusi normal, uji koefisien dan
uji autokorelasi, uji kelinearan, dan uji determinasi.
Uji
Normalitas Data
Uji
normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah sebuah data mengikuti atau
mendekati distribusi normal. Salah satu uji yang sering digunakan adalah uji
Kolmogorov Smirnov. Penentuan normal atau tidaknya data ditentukan dengan:
1)
Jika nilai p (signifikansi) > 0,05 maka distribusi data normal;
2)
Jika nilai p (signifikansi) <0,05 maka distribusi data tidak normal.
Uji Koefisien dan Autokorelasi
Analisis
koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antara
dua variabel atau lebih variabel independen dengan variabel dependen. Nilai R
berkisar antara 0 sampai 1, nilai semakin mendekati 1 berarti pengaruh yang terjadi semakin kuat dan
begitu juga sebaliknya. Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien
korelasi adalah:
0,00–0,199 = sangat
rendah
0,20–0,399 = rendah
0,40–0,599 =
sedang
0,6–0,799 = kuat
0,8–1,000 = sangat kuat
Uji
autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi
klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu
pengamatan dengan pengamatan lain pada regresi berganda.Uji autokorelasi
dilakukan dengan pengujuan Durbin Watson (DW) yaitu:
1,65<DW<
35 tidak terjadi autokorelasi
1,21
< DW < 1,65 atau 35 < DW < 79 tidak dapat disimpulkan DW<1,21
atau DW>2,79 terjadi autokorelasi
Uji Kelinearan (Uji–F)
Uji F
menunjukkan apakah semua variabel dependen berpengaruh secara bersama – sama
terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini, uji F akan menjawab hipotesis
penelitian dimana:
H0: b1= b2= 0, artinya secara
bersama – sama tidak terdapat pengaruh positif
dan signifikan dari variabel bebas yaitu prinsip–prinsip GCG (kewajaran, transparansi,
akuntabilitas, dan responsibilitas) terhadap variabel terikat yaitu kepuasan
pasien unit rawat inap.
Ha: b1≠ b2≠ 0, artinya secara
bersama – sama terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari
variabel bebas yaitu prinsip–prinsip GCG (kewajaran,
transparansi, akuntabilitas, dan responsibilitas) terhadap variabel terikat
yaitu kepuasan pasien unit rawat inap. Adapun kriteria pengambilan keputusan:
H0 tidak ditolak jika Fhitung<Ftabel pada α=10%H0 ditolak jika Fhitung≥Ftabel pada α =10%
Uji Linier Berganda dan Uji Determinasi
Analisa
regresi linier berganda digunakan untuk meramalkan suatu variabel dependen Y
berdasarkan dua atau lebih variabel independen dalam suatu persamaan persamaan
linier.
Analisis Data Univariat
Analisis data univariat
pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui distribusi pengaruh good corporate governance terhadap
kepuasan pasien di RSU Royal Prima Medan. Distribusi frekuensi dalam penelitian
ini meliputi: umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, kewajaran,
transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, dan kepuasan pasien.
Distribusi
Umur, Jenis
Kelamin, Pendidikan, dan Pekerjaan di RSU Royal Prima Medan
Adapun distribusi umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan di RSU Royal Prima Medan dapat dilihat pada gambar tabel di bawah
ini:
Tabel
2. Distribusi
Umur, Jenis
Kelamin, Pendidikan, dan Pekerjaan di RSU Royal Prima Medan
Umur |
n |
% |
< 35
tahun |
24 |
24,0 |
36-45
tahun |
40 |
40,0 |
> 45
tahun |
36 |
36,0 |
Jenis
Kelamin |
n
|
% |
Laki-laki |
47 |
47,0 |
Perempuan
|
53 |
53,0 |
Pendidikan |
n
|
% |
SMP |
17 |
17,0 |
SMA |
28 |
28,0 |
PT |
45 |
45,0 |
Pekerjaan |
n |
% |
IRT |
23 |
23,0 |
Wiraswasta |
38 |
38,0 |
PNS |
39 |
39,0 |
Total |
100 |
100 |
Berdasarkan tabel 2
di atas, diketahui bahwa dari 100 responden, responden yang berumur < 35 tahun
yaitu sebanyak 24 (24,0%), yang berumur 35-45 tahun yaitu sebanyak 40 (40,0%),
dan yang berumur > 45 tahun yaitu sebanyak 36 (36,0%). Responden berjenis
kelamin laki-laki yaitu sebanyak 47 (47,0%) responden dan yang berjenis
kelamin perempuan yaitu sebanyak 53 (53,0%) responden.
Responden
yang berpendidikan SMP yaitu sebanyak 17 (17,0%) responden, berpendidikan SMA yaitu
sebanyak 28 (28,0%) responden, dan
berpendidikan PT yaitu sebanyak 45 (45,0%) responden. Responden yang memiliki pekerjaan sebagai IRT yaitu
sebanyak 23 (23,0%) responden, wiraswasta yaitu
sebanyak 38 (38,0%) responden, dan
PNS yaitu sebanyak 39 (39,0%) responden.
Distribusi
Kewajaran (Fairness) di RSU Royal Prima Medan
Adapun distribusi kewajaran (fairness) di RSU Royal Prima Medan
dapat dilihat pada gambar tabel di bawah ini:
Tabel
3. Distribusi
Kewajaran (Fairness) di RSU Royal Prima Medan
Kewajaran (Fairness) |
n |
% |
Tidak
Baik |
40 |
40,0 |
Cukup
Baik |
39 |
39,0 |
Sangat
Baik |
21 |
21,0 |
Total |
100 |
100 |
Berdasarkan tabel 3
di atas, diketahui bahwa dari 100 responden, responden yang menyatakan kewajaran tidak
baik yaitu sebanyak 40 (40,0%) responden, kewajaran cukup
baik yaitu sebanyak 39 (39,0%) responden, dan kewajaran
sangat baik yaitu sebanyak 21 (21,0%) responden.
Distribusi
Transparansi
(Disclosure and Transparency) di RSU Royal Prima Medan
Adapun distribusi transparansi (disclosure and transparency) di
RSU Royal Prima Medan dapat dilihat pada gambar tabel di bawah ini:
Tabel
4. Distribusi
Transparansi
(Disclosure and Transparency) di RSU Royal Prima Medan
Transparansi
(Disclosure and Transparency) |
n |
% |
Tidak
Baik |
43 |
43,0 |
Cukup
Baik |
37 |
37,0 |
Sangat
Baik |
20 |
20,0 |
Total |
100 |
100 |
Berdasarkan tabel 4 di atas, diketahui bahwa dari 100 responden, responden
yang menyatakan transparansi (disclosure and
transparency) tidak baik yaitu
sebanyak 43 (43,0%) responden, transparansi (disclosure and transparency) cukup baik yaitu
sebanyak 37 (37,0%) responden, dan transparansi (disclosure and transparency) sangat
baik yaitu sebanyak 20 (20,0%) responden.
Distribusi
Akuntabilitas
(Accountability) di RSU Royal Prima Medan
Adapun distribusi akuntabilitas (accountability) di RSU
Royal Prima Medan dapat dilihat pada gambar tabel di bawah ini:
Tabel
5. Distribusi
Akuntabilitas
(Accountability)
di RSU Royal Prima Medan
Akuntabilitas
(Accountability) |
n |
% |
Tidak
Baik |
49 |
49,0 |
Cukup
Baik |
30 |
30,0 |
Sangat
Baik |
21 |
21,0 |
Total |
100 |
100 |
Berdasarkan tabel 5
di atas, diketahui bahwa dari 100 responden, responden yang menyatakan akuntabilitas (accountability) tidak baik yaitu
sebanyak 49 (49,0%) responden, akuntabilitas (accountability) cukup baik yaitu
sebanyak 30 (30,0%) responden, dan akuntabilitas (accountability) sangat baik yaitu
sebanyak 21 (21,0%) responden.
Distribusi Responsibilitas (Responsibility)
di RSU Royal Prima Medan
Adapun distribusi responsibilitas (responsibility) di
RSU Royal Prima Medan dapat dilihat pada gambar tabel di bawah ini:
Tabel
6. Distribusi
Responsibilitas
(Responsibility) di
RSU Royal Prima Medan
Responsibilitas
(Responsibility) |
n |
% |
Tidak
Baik |
44 |
44,0 |
Cukup
Baik |
38 |
38,0 |
Sangat Baik |
18 |
18,0 |
Total |
100 |
100 |
Berdasarkan tabel 6
di atas, diketahui bahwa dari 100 responden, responden yang menyatakan responsibilitas (responsibility) tidak baik yaitu
sebanyak 44 (44,0%) responden, responsibilitas (responsibility) cukup baik yaitu
sebanyak 38 (38,0%) responden, dan responsibilitas (responsibility) sangat baik yaitu
sebanyak 18 (18,0%) responden.
Distribusi Kepuasan Pasien di RSU Royal Prima Medan
Adapun distribusi kepuasan pasien di RSU Royal Prima Medan
dapat dilihat pada gambar tabel di bawah ini:
Tabel
7. Distribusi
Kepuasan
Pasien di RSU Royal Prima
Medan
Kepuasan
Pasien |
n |
% |
Tidak
Baik |
38 |
38,0 |
Cukup
Baik |
31 |
31,0 |
Sangat
Baik |
31 |
31,0 |
Total |
100 |
100 |
Berdasarkan tabel 7
di atas, diketahui bahwa dari 100 responden, responden yang memiliki kepuasan tidak baik yaitu
sebanyak 38 (38,0%) responden,
memiliki kepuasan cukup baik yaitu
sebanyak 31 (31,0%) responden, dan
memiliki kepuasan sangat baik yaitu
sebanyak 31 (31,0%) responden.
Analisis Data
Bivariat
Pengaruh Kewajaran (Fairness) Terhadap
Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap
RSU Royal Prima Medan
Untuk melihat pengaruh
kewajaran (fairness) terhadap kepuasan pasien di ruang rawat inap
RSU Royal Prima Medan, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 8. Pengaruh
Kewajaran (Fairness) Terhadap Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap
RSU Royal Prima Medan
|
Kepuasan Pasien |
|||||||||
Kewajaran (Fairness) |
Tidak Baik |
Cukup Baik |
Sangat Baik |
Total |
p value |
|||||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
n |
% |
|||
Tidak
Baik |
35 |
35,0 |
2 |
2,0 |
3 |
3,0 |
40 |
40,0 |
0,000 |
|
Cukup
Baik |
3 |
3,0 |
28 |
28,0 |
8 |
8,0 |
39 |
39,0 |
||
Sangat
Baik |
0 |
0 |
1 |
1,0 |
20 |
20,0 |
21 |
21,0 |
||
Total |
38 |
38,0 |
31 |
31,0 |
31 |
31,0 |
100 |
100 |
||
Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa dari 100
responden yang diteliti, responden yang menyatakan bahwa kewajaran (fairness) tidak baik yaitu sebanyak 40 (40,0%)
responden. Ada sebanyak 35 (35,0%) responden yang menyatakan bahwa kewajaran (fairness) tidak baik dan kepuasan pasien tidak baik,
sebanyak 2 (2,0%) responden yang menyatakan bahwa kewajaran (fairness) tidak baik dan kepuasan pasien cukup baik,
dan sebanyak 3 (3,0%) responden yang menyatakan bahwa kewajaran (fairness) tidak baik dan kepuasan pasien sangat
baik.
Berdasarkan hasil
perhitungan di atas diketahui bahwa hasil uji statistik diperoleh nilai p significancy yaitu 0,000 < 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kewajaran (fairness) terhadap
kepuasan pasien di ruang rawat inap RSU Royal Prima Medan.
Pengaruh Transparansi
(Transparency) Terhadap Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap
RSU Royal Prima Medan
Untuk melihat pengaruh transparansi
(transparency) terhadap kepuasan pasien di ruang rawat inap
RSU Royal Prima Medan, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 9. Pengaruh
Transparansi (Transparency) Terhadap
Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap
RSU Royal Prima Medan
|
Kepuasan Pasien |
|||||||||
Transparansi (Transparency) |
Tidak Baik |
Cukup Baik |
Sangat Baik |
Total |
p value |
|||||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
n |
% |
|||
Tidak
Baik |
36 |
36,0 |
1 |
1,0 |
6 |
6,0 |
43 |
43,0 |
0,000 |
|
Cukup
Baik |
2 |
320 |
28 |
28,0 |
7 |
7,0 |
37 |
37,0 |
||
Sangat
Baik |
0 |
0 |
2 |
2,0 |
18 |
18,0 |
20 |
20,0 |
||
Total |
38 |
38,0 |
31 |
31,0 |
31 |
31,0 |
100 |
100 |
||
Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa dari 100
responden yang diteliti, responden yang menyatakan bahwa transparansi
(transparency) tidak baik yaitu sebanyak 43 (43,0%)
responden. Ada sebanyak 36 (36,0%) responden yang menyatakan bahwa transparansi
(transparency) tidak baik dan kepuasan pasien tidak baik,
sebanyak 1 (1,0%) responden yang menyatakan bahwa transparansi (transparency) tidak baik dan kepuasan pasien cukup baik, dan sebanyak 6 (6,0%)
responden yang menyatakan bahwa transparansi (transparency) tidak baik dan kepuasan pasien sangat baik.
Berdasarkan hasil
perhitungan di atas diketahui bahwa hasil uji statistik diperoleh nilai p significancy yaitu 0,000 < 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh transparansi (transparency) terhadap kepuasan pasien di ruang rawat inap RSU Royal Prima Medan.
Pengaruh
Akuntabilitas
(Accountability) Terhadap Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap
RSU Royal Prima Medan
Untuk melihat pengaruh akuntabilitas (accountability) terhadap kepuasan pasien di ruang rawat inap
RSU Royal Prima Medan, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 10. Pengaruh Akuntabilitas (Accountability)
Terhadap Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap
RSU Royal Prima Medan
|
Kepuasan Pasien |
|||||||||
Transparansi (Transparency) |
Tidak Baik |
Cukup Baik |
Sangat Baik |
Total |
p value |
|||||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
n |
% |
|||
Tidak Baik |
36 |
36,0 |
1 |
1,0 |
6 |
6,0 |
43 |
43,0 |
0,000 |
|
Cukup Baik |
2 |
320 |
28 |
28,0 |
7 |
7,0 |
37 |
37,0 |
||
Sangat Baik |
0 |
0 |
2 |
2,0 |
18 |
18,0 |
20 |
20,0 |
||
Total |
38 |
38,0 |
31 |
31,0 |
31 |
31,0 |
100 |
100 |
||
Berdasarkan
tabel 10 diketahui bahwa dari 100 responden yang diteliti, responden yang
menyatakan bahwa transparansi (transparency) tidak baik yaitu sebanyak 43 (43,0%)
responden. Ada sebanyak 36 (36,0%) responden yang menyatakan bahwa transparansi
(transparency) tidak baik dan kepuasan pasien tidak baik,
sebanyak 1 (1,0%) responden yang menyatakan bahwa transparansi (transparency) tidak baik dan kepuasan pasien cukup baik, dan sebanyak 6 (6,0%)
responden yang menyatakan bahwa transparansi (transparency) tidak baik dan kepuasan pasien sangat baik.
Berdasarkan
hasil perhitungan di atas diketahui bahwa hasil uji statistik diperoleh nilai p
significancy yaitu 0,000 < 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh transparansi (transparency) terhadap kepuasan pasien di ruang rawat inap RSU Royal Prima Medan.
Pengaruh Akuntabilitas (Accountability) Terhadap
Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap
RSU Royal Prima Medan
Untuk
melihat pengaruh akuntabilitas (accountability) terhadap kepuasan pasien di ruang rawat inap
RSU Royal Prima Medan, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 11. Pengaruh Akuntabilitas
(Accountability) Terhadap Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap RSU Royal Prima Medan
|
Kepuasan Pasien |
|||||||||
Transparansi (Disclosure
and Transparency) |
Tidak Baik |
Cukup Baik |
Sangat Baik |
Total |
p value |
|||||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
n |
% |
|||
Tidak Baik |
37 |
37,0 |
5 |
5,0 |
7 |
7,0 |
49 |
40,0 |
0,000 |
|
Cukup Baik |
1 |
1,0 |
26 |
26,0 |
3 |
3,0 |
30 |
39,0 |
||
Sangat Baik |
0 |
0 |
0 |
0 |
21 |
21,0 |
21 |
21,0 |
||
Total |
38 |
38,0 |
31 |
31,0 |
31 |
31,0 |
100 |
100 |
||
Berdasarkan
tabel 11 diketahui bahwa dari 100 responden yang diteliti, responden yang
menyatakan bahwa akuntabilitas (accountability) tidak baik yaitu sebanyak 49 (49,0%) responden. Ada sebanyak 37
(37,0%) responden yang menyatakan bahwa akuntabilitas (accountability)
tidak baik dan kepuasan pasien
tidak baik, sebanyak 5 (5,0%) responden yang menyatakan bahwa akuntabilitas (accountability)tidak baik dan kepuasan pasien cukup baik,
dan sebanyak 7 (7,0%) responden yang menyatakan bahwa akuntabilitas (accountability)
tidak baik dan kepuasan pasien sangat
baik.
Berdasarkan
hasil perhitungan di atas diketahui bahwa hasil uji statistik diperoleh nilai p
significancy yaitu 0,000 < 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh akuntabilitas (accountability)
terhadap kepuasan pasien di ruang rawat inap RSU
Royal Prima Medan.
Pengaruh
Responsibilitas (Responsibility) Terhadap Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap
RSU Royal Prima Medan
Untuk
melihat pengaruh responsibilitas (responsibility) terhadap kepuasan pasien di ruang rawat inap
RSU Royal Prima Medan, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 12. Pengaruh Responsibilitas
(Responsibility) Terhadap Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap RSU Royal Prima Medan
|
Kepuasan Pasien |
|||||||||
Responsibilitas
(Responsibility) |
Tidak Baik |
Cukup Baik |
Sangat Baik |
Total |
p value |
|||||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
n |
% |
|||
Tidak Baik |
36 |
36,0 |
2 |
2,0 |
6 |
6,0 |
44 |
44,0 |
0,000 |
|
Cukup Baik |
2 |
320 |
27 |
27,0 |
9 |
9,0 |
38 |
38,0 |
||
Sangat Baik |
0 |
0 |
2 |
2,0 |
16 |
16,0 |
18 |
18,0 |
||
Total |
38 |
38,0 |
31 |
31,0 |
31 |
31,0 |
100 |
100 |
||
Berdasarkan
tabel 12 diketahui bahwa dari 100 responden yang diteliti, responden yang
menyatakan bahwa responsibilitas (responsibility) tidak baik yaitu sebanyak 40 (40,0%)
responden. Ada sebanyak 35 (31,5%) responden yang menyatakan bahwa
responsibilitas (responsibility)
tidak baik dan kepuasan pasien tidak baik, sebanyak 2 (2,0%) responden
yang menyatakan bahwa responsibilitas (responsibility) tidak baik dan kepuasan pasien cukup baik,
dan sebanyak 3 (3,0%) responden yang menyatakan bahwa responsibilitas (responsibility)
tidak baik dan kepuasan pasien sangat
baik.
Berdasarkan
hasil perhitungan di atas diketahui bahwa hasil uji statistik diperoleh nilai p
significancy yaitu 0,000 < 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh responsibilitas (responsibility)
terhadap kepuasan pasien di ruang rawat inap RSU Royal Prima Medan.
Analisis Multivariat
Uji multivariat bertujuan untuk mengetahui variabel
mana yang dominan berpengaruh terhadap kepuasan pasien di ruang rawat inap RSU Royal Prima Medan. Syarat untuk
menyeleksi menjadi kandidat dalam uji regresi linier adalah p value < 0,25.
Tabel 13. Seleksi Variabel yang Menjadi Kandidat Model
dalam Uji Regresi Linier Berganda Berdasarkan Analisis Bivariat
Variabel |
p value |
Keterangan |
Kewajaran (fairness) |
0,000 |
Kandidat |
Transparansi (transparency) |
0,000 |
Kandidat |
Akuntabilitas (accountability) |
0,000 |
Kandidat |
Responsibilitas (responsibility) |
0,000 |
Kandidat |
Berdasarkan
13 di atas dapat diketahui bahwa semua variabel yakni empat variabel menjadi
kandidat model dalam uji regresi linier dimana p value < 0,25. Hasil analisis regresi linier dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 14. Hasil Tahap Pertama Analisis Regresi Linier
Variabel |
B |
t |
p value |
Kewajaran (fairness) |
0,438 |
3,510 |
0,001 |
Transparansi (transparency) |
0,192 |
1,716 |
0,089 |
Akuntabilitas (accountability) |
0,289 |
3,040 |
0,003 |
Responsibilitas (responsibility) |
0,097 |
0,772 |
0,442 |
Tabel 15. Hasil Tahap Kedua Analisis Regresi Linier
Variabel |
B |
t |
p value |
Kewajaran (fairness) |
0,496 |
4,998 |
0,000 |
Transparansi (transparency) |
0,239 |
2,565 |
0,012 |
Akuntabilitas (accountability) |
0,268 |
2,948 |
0,004 |
Tabel 16. Hasil Tahap Akhir Analisis Regresi Linier
Variabel |
B |
t |
p value |
Kewajaran (fairness) |
0,610 |
6,686 |
0,000 |
Akuntabilitas (accountability) |
0,350 |
3,996 |
0,000 |
Berdasarkan
tabel 16
di atas dapat dilihat bahwa analisis regresi linier tahap terakhir menghasilkan
variabel yang dominan berpengaruh
terhadap kepuasan pasien di ruang rawat inap
RSU Royal Prima Medan, yaitu variabel Kewajaran (fairness) dengan p value 0,000, t = 6,686 yang artinya
variabel Kewajaran (fairness)
memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap kepuasan pasien di ruang rawat inap RSU Royal Prima Medan.
Pengaruh
Kewajaran (Fairness) Terhadap Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap
RSU Royal Prima Medan
Sistem
yang mengarahkan dan mengendalikan rumah sakit untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan
kewenangan yang diperlukan oleh rumah sakit, untuk
menjamin kelangsungan eksistensinya dan
pertanggung jawaban kepada pasiens. Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer,
pasien, dan sebagainya. Hal tersebut
dikarenakan GCG khususnya kewajaran diyakini sebagai sebuah sistem yang
diperlukan dalam memperbaiki masalah-masalah
organisasi serta dalam rangka meningkatkan nilai
rumah sakit.
Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa dari 100
responden yang diteliti, responden yang menyatakan bahwa kewajaran (fairness) tidak baik yaitu sebanyak 40 (40,0%)
responden. Ada sebanyak 35 (35,0%) responden yang menyatakan bahwa kewajaran (fairness) tidak baik dan kepuasan pasien tidak baik,
sebanyak 2 (2,0%) responden yang menyatakan bahwa kewajaran (fairness) tidak baik dan kepuasan pasien cukup baik,
dan sebanyak 3 (3,0%) responden yang menyatakan bahwa kewajaran (fairness) tidak baik dan kepuasan pasien sangat
baik.
Berdasarkan hasil
perhitungan di atas diketahui bahwa hasil uji statistik diperoleh nilai p significancy yaitu 0,000 < 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kewajaran (fairness) terhadap
kepuasan pasien di ruang rawat inap RSU Royal Prima Medan.
Hasil penelitian yang
dilakukan diRSU Royal Prima menunjukkan bahwa pelaksanaan Good Coorporate Governance pada aspek kewajaran dimana pihak rumah sakit harus dapat
menjalankan perlakuaan yang adil dan setara didalam memenuhi hak-hak pasien
yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku.
Tutur kata petugas administrasi dalam memberikan penjelasan kepada pasien
mengenai prosedur pendaftaran dirumah sakit cukup baik meskipun ada beberapa
petugas yang terkesan acuh kepada pasien. Respon perawat ruangan dalam
memberikan bantuan kepada pasien juga dinilai cukup baik.
Prinsip kewajaran tersebut
merupakan suatu alat untuk membantu rumah sakit dalam mengendalikan operasional
rumah sakit dalam mendukung tercapainya tujuan rumah sakit. Dengan
diterapkaannya Good Coorporate Governance
pada rumah sakit yang sesuai dengan kondisi rumah sakit, pimpinan, selaku
pengambilan keputasan dalam rumah sakit, diharapkan dapat memperoleh informasi
yang cepat, tepat, dan dapat dipercaya agar keputasan yang diambil dapat
memenuhi tujuan yang telah direncanakan dan ditetapkan sebelumnya dan melalui
komitmen tersebut dapat menciptakan kepuasan pasien.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa aspek kewajaran dalam
pasien melihat bahwa rumah sakit dalam menjalankan menajemen pelayanan sudah
menerapkan pembagian tugas sesuai dengan profesi dan keahliannya masing-masing tanpa
ada diskriminasi dan hal ini tentunya ada standar yang harus di pedomani
tentang tupoksi dalam kelembagaan, dengan demikian semua dapat berperan secara
adil dan berfungsi. Sistem pembagian tugas yang tidak adil tentunya akan
berdampak pada kualitas pelayanan dan citra rumah sakit akan buruk dimata
masyarakat. Pelaksanaan tugas yang dijalankan harus mendapat evaluasi secara
berkala hasil kerja untuk membutikan keberhasilan dalam pelaksanaan tugas dan
fungsinya serta tanggungjawabnya.
Hasil pelaksanaan kewajaran
dalam peran dan tanggung jawab kepala bagian sudah sesuai dengan kebutuhan dan
memiliki tugas dan fungsi yang berbeda. Kinerja mereka tetap dilakukan evaluasi
sebagai promosi jabatan berikutnya, Menurut Kabag SDM pemberian reward sudah dilaksanakan di RSU Royal
Prima secara adil dan disesuaikan dengan standar yang telah ditetapkan.
Rumah sakit memberikan kesempatan bagi seluruh pasien untuk
memberikan saran dan pendapatnya untuk memajukan rumah sakit. Kemudian rumah
sakit juga memperlakukan seluruh pasien secara adil tidak memandang adanya
perbedaan. Rumah sakit juga menyediakan handling
complain untuk melayani komplain dari pasien dan pada hari itu juga
komplain tersebut harus segera di tindak lanjuti. Menerapkan prinsip kewajaran
dalam organisasi akan mempengaruhi kinerja organisasi, dimana pasien merasa
dihargai jika diperlakukan dengan wajar sesuai dan seadil-adilnya oleh pihak
pemberi jasa pelayanan.
RSU Royal Prima dalam
memberikan pelayanan kesehatan sudah sesuai dengan prinsip kewajaran sesuai
dengan standar yang berlaku, dan
dilayani oleh tenaga kesehatan sesuai dengan profesinya masing-masing. Rumah
sakit memberikan kesempatan kepada seluruh pasien untuk menyampaikan pendapat
dan memberi saran. Perlakuan terhadap pasien yang melakukan kesalahan juga
diperlakukan secara adil dan tidak adanya saling menjatuhkan satu sama lain.
Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Annisah (2019) yang menemukan bahwa kewajaran dengan kinerja pasien non medis RSI
Siti Khadijah Palembang ini dapat disebabkan karena jika penerapan kewajaran
atau keadilan di rumah sakit seperti selalu diperlakukan adil, tidak membedakan
saat terdapat promosi jabatan antar pasien yang setara, penilaian kinerja yang
tidak subjektif, dan unsur- unsur kewajaran dalam Good Corporate Governance lainnya telah baik, maka pasien akan
menjadi lebih semangat dan termotivasi untuk bekerja dengan baik karena merasa
diperlakukan adil serta memiliki hak dan tanggung jawab yang sesuai sehingga
kinerja pasien bisa menjadi lebih baik.
Peneliti berasumsi bahwa
rumah sakit harus memiliki layanan handling
complain untuk menerima saran dan kritik serta komplain dari customer. Fairness juga diartikan sebagai perlakuan yang adil dan setara
dalam memenuhi hak-hak penerima jasa.
Pengaruh Transparansi (Transparency) Terhadap
Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap
RSU Royal Prima Medan
Transparansi merupakan
penyampaian informasi dan keterbukaan Adanya transparansi dalam sebuah rumah sakit
berdampak positif bagi rumah sakit karena
dapat mengantisipasi terjadinya kemungkinan
pasien tidak memperoleh informasi yang ada.
Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa dari 100
responden yang diteliti, responden yang menyatakan bahwa transparansi
(transparency) tidak baik yaitu sebanyak 43 (43,0%)
responden. Ada sebanyak 36 (36,0%) responden yang menyatakan bahwa transparansi
(transparency) tidak baik dan kepuasan pasien tidak baik,
sebanyak 1 (1,0%) responden yang menyatakan bahwa transparansi (transparency) tidak baik dan kepuasan pasien cukup baik, dan sebanyak 6 (6,0%)
responden yang menyatakan bahwa transparansi (transparency) tidak baik dan kepuasan pasien sangat baik.
Berdasarkan hasil
perhitungan di atas diketahui bahwa hasil uji statistik diperoleh nilai p significancy yaitu 0,000 < 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh transparansi (transparency) terhadap kepuasan pasien di ruang rawat inap RSU Royal Prima Medan.
Hasil penelitian yang
dilakukan di RSU Royal Prima mengenai
implementasi GCG pada aspek transparansi yaitu ditemukan bahwa dalam
pelaksanaannya aspek transparansi sudah berjalan baik namun ada hal-hal
tertentu yang bersifat privasi rumah sakit, sehingga tidak semua hal dilakukan
dengan trasparan dan hanya pada bagian tertentu dan orang tertentu yang dapat
mengetahuinya mislanya penyakit pasien. Petugas tidak transparan kepada pasien
namun lebih kepada keluarga pasien dengan beberapa pertimbangan
Pengambilan keputusan untuk
tindakan medis dilakukan melalui kordinasi dengan anggota keluarga atau
pendamping pasien dan itu telah dituliskan suatu keputusan, ketatalaksanaan
secara efisien dan efektif sesuai kebutuhan yang
diharapkan dapat mendukung kelancaran dalam pelayanan kesehatan masyarakat dan
pengembangan rumah sakit, penyempurnaan ketatalaksanaan secara menyeluruh
terutama yang
menyangkut mekanisme dan tata kerja organisasi, serta prosedur pelayanan
umum. Peningkatan kualitas dan profesionalisme rumah sakit serta moralitas
dapat menunjukkan identitasnya sebagai pengayom dan pelayan kesehatan
masyarakat. Rumah sakit juga sebisa mungkin penyebaran
informasi dilakukan dengan target tepat waktu dan efisien.
Hasil penelitian juga
menemukan bahwa manajemen bertanggungjawab atas laporan kesehatan pasien.
Transparansi dapat mewujudkan tata kelola yang baik maka harus dapat memberikan
informasi secara terbuka dan secara keseluruhan kepada pasien. Berdasarkan
hasil penelitian dapat dilihat bahwa transparansi informasi secara keseluruhan
sudah dilakukan namun ada beberapa informasi yang tidak layak untuk dikonsumsi
publik. Pemberian informasi secara terbuka juga harus dapat disampaikan secara
jelas, agar dapat dipahami oleh seluruh staf dan pasien, serta masyarakat
pengguna, pengelolaan informasi yang baik merupakan wujud dalam upaya
pengembangan manajemen organisasi yang baik dan bijaksana dalam suatu
organisasi. Untuk menghindari kesalahan dalam penerimaan informasi dan asumsi
maka setiap informasi yang akan disampaikan harus dapat dikelola dengan baik
dan benar agar pesan informasi mudah dipahami.
Berdasarkan hasil
penelitian pada aspek transparansi dalam
peran, tugas dan tanggung jawab diatas dapat dilihat bahwa direktur
sangat terbuka melakukan perannya sebagai direktur, memberikan pengawasan,
evaluasi kinerja dan memberikan bimbingan terhadap manejerial dalam pelaksanaan
tata kelola yang baik agar organisasi rumah sakit dapat berjalan dengan
maksimal. Transparansi dalam tugas dan tanggung jawab pada masing-masing
petugas sudah dijalankan dengan baik sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
masing-masing. Transparansi dalam menjalankan aktifitas dalam pengelolaan tata
kelola yang baik harus didasarkan pada komitmen bersama. Komponen transparansi
harus dapat dilaksanakan dengan baik dan komprehensif dimana pimpinan
memberikan pengawasan, arahan, bimbingan dan motivasi dilakukan secara terbuka
dan sebenar-benarnya. Organisasi yang sudah dapat berkomitmen dalam menjalankan
transparansi dengan baik mendorong
pelaksanaan prinsip tata kelola yang baik.
Berdasarkan hasil
penelitian diatas berkaitan dengan transparansi dalam hal kondisi keuangan dan
pengambilan keputusan dapat diketahui bahwa transparansi masih dilakukan
tertutup dan hanya orang-orang tertentu yang dapat mengetahui kondisi pasien.
Prinsip transparansi
berkaitan dengan kualitas informasi yang disajikan oleh rumah sakit. Kualitas
informasi yang disajikan akan sangat memengaruhi kepercayaan pasien kepada
manajemen rumah sakit. Aspek transparansi lebih mengarah pada kejelasan
mekanisme formulasi dan implementasi kebijakan, program dan proyek yang dibuat
dan dilaksanakan oleh rumah sakit. Segala kebijakan dan implementasi kebijakan
baik di tingkat pimpinan maupun ke bawah selalu dilaksanakan secara transparan
dan diketahui oleh pihak internal rumah sakit. Kaitannya dengan tata kelola
rumah sakit, transparansi berarti kesediaan rumah sakit untuk senantiasa
memberikan informasi faktual mengenai berbagai hal yang berkenaan dengan proses
tata kelola rumah sakit.
Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Supriatini, dkk (2019) yang
menemukan bahwa semua asas dan aturan yang berkaitan dengan
pemenuhan aturan tentang manajemen rumah sakit telah diatur dengan sangat jelas
dalam tata kelola rumah sakit khususnya mengenai transparansi rumah sakit
sebagai pedoman tata kelola rumah sakit yang baik serta sebagai bentuk
implementasi dalam meningkatkan dan memberikan pelayanan kesehatan untuk
mencapai tujuan kesehatan nasional (59).
Peneliti berasumsi bahwa
transparansi merupakan upaya rumah sakit dalam penyediaan segala informasi
tindakan dan kebijakan yang memadai, akurat, dan tepat waktu kepada masyarakat,
pasien, menciptakan kepercayaan timbal balik antara organisasi dan masyarakat
melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh
informasi yang akurat dan memadai.
Pengaruh Akuntabilitas (Accountability)
Terhadap Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap RSU Royal Prima Medan
Prinsip
akuntabilitas menyatakan bahwa kerangka pengelolaan
rumah sakit harus memastikan pedoman strategis
suatu rumah sakit, pengawasan efektif atas pengelolaan
pasien, pertanggungjawaban kepada rumah sakit
dan para pasien. Prinsip ini berimplikasi pada kewajiban hukum para manajemen,
yakni diisyaratkan untuk menjalin hubungan
yang berbasiskan kepercayaan dengan pasien dan
rumah sakit.
Berdasarkan tabel 10 diketahui bahwa dari 100
responden yang diteliti, responden yang menyatakan bahwa akuntabilitas (accountability) tidak baik yaitu sebanyak 49 (49,0%)
responden. Ada sebanyak 37 (37,0%) responden yang menyatakan bahwa akuntabilitas (accountability) tidak baik dan kepuasan pasien tidak baik,
sebanyak 5 (5,0%) responden yang menyatakan bahwa akuntabilitas
(accountability)tidak baik dan
kepuasan pasien cukup baik, dan sebanyak 7 (7,0%) responden yang menyatakan
bahwa akuntabilitas (accountability) tidak baik dan kepuasan pasien sangat baik.
Berdasarkan hasil
perhitungan di atas diketahui bahwa hasil uji statistik diperoleh nilai p significancy yaitu 0,000 < 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh akuntabilitas
(accountability) terhadap kepuasan pasien di ruang rawat inap RSU
Royal Prima Medan.
Hasil penelitian yang
dilakukan di RSU Royal Prima menunjukkan bahwa pelaksanaan Good Coorporate
Governance pada aspek akuntabilitas yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban organisasi sehingga pengelolaan organisasi terlaksana secara
efektif dan efisien.
Hasil penelitian dalam
akuntabilitas hukum dan pelayanan kesehatan dapat dilihat bahwa dalam
pelaksanaan akuntabilitas hukum sudah dijalankan dengan baik, karena organisasi
pelayanan jasa kesehatan sangat berkomitmen harus benar-benar dapat memberikan
pelayanan yang maksimal terhadap pasien. Pemberian pelayanan disesuaikan dengan
keahlian profesi kesehatan yang telah disesuaikan dengan kebutuhan serta
didukung dengan kelengkapan sarana kesehatan yang dapat mempercepat proses
penyembuhan pasien. Pelaksanaan akuntabilitas hukum merupakan aspek yang harus
dijalankan dengan baik, bertindak sesuai dengan kebijakan dan prosedur
pelayanan yang telah ditetapkan. Profesi kesehatan tetap harus menjunjung
tinggi kode etik profesi kesehatan masing-masing.
Hasil penelitian yang
berkaitan dengan pelaksanaan akuntabilitas financial, dijalankan dengan baik
dan benar sesuai dengan standar, serta peraturan kementerian. Sistem pelaporan
finansial merupakan bukti otentik yang harus dapat dipertanggungjawabkan. Hal
ini bertujuan untuk dapat mewujudkan peningkatan pendapatan dan efisien biaya.
Pelaksanaan akuntabilitas bidang SDM sudah terlaksana secara keseluruhan
mengingat harus menyesuaikan dengan kondisi anggaran yang ditetapkan, namun
komite medik dan kepala keperawatan menyatakan bahwa untuk gaji belum
seluruhnya disesuaikan dengan UMK ketenagakerjaan yang berlaku.
RSU Royal Prima dalam
menjalankan akuntabilitas sudah sesuai dengan pelayanan kebutuhan dasar dan
standar pelayanan yang harus di berikan dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada pasien. Semua organ yang ada dalam organisasi RSU Royal Prima sudah
menerapkan akuntabilitas. Perbaikan pelayanan kesehatan pada umumnya adalah
suatu investasi sumber daya manusia untuk mewujudkan tata kelola yang baik. Hal
ini mengharuskan RSU Royal Prima dapat menumbuhkan kapasitas pelayanan
kesehatan yang lebih produktif sehingga memberikan kepuasan bagi pengguna jasa
kesehatan. Akuntabilitas merupakan prinsip yang siap menjamin setiap
penyelenggaraan rumah sakit dapat di
pertanggungjawabkan secara terbuka oleh pelaku kepada pihak yang terkena dampak
penerapan kebijakan yang dilaksanakannya.
Untuk dapat menunjang
kualitas pelayanan kesehatan RSU Royal Prima sudah menjalankan kode etik
masing-masing profesi sehingga ini sebagai bukti salah satu rumah sakit telah
menjalankan akuntabilatas secara hukum, perundang-undangan dan standar tenaga
kesehatan yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Laporan kinerja
yang dilakukan RSU Royal Prima sudah mengikuti beberapa prinsip dalam penulisan
laporan yaitu laporan harus disusun secara jujur, objektif, akurat dan
transparan, disamping itu perlu diperhatikan lingkup pertanggungjawaban,
hal-hal yang dilaporkan harus proporsional sesuai dengan lingkup kewenangan dan
tanggungjawab masing-masing dan memuat kegagalan maupun keberhasilan.
RSU Royal Prima dalam
akuntabilitasnya dapat dilihat pada struktur organisasi telah memiliki
bagian-bagian dari struktur organisasi yang jelas serta pembagian tugas dan
fungsi yang memudahkan kegiatan operasional rumah sakit dalam pelayanan
kesehatan. Akuntabilitas sendiri merupakan kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban organisasi sehingga pengelolaan rumah sakit terlaksana
secara efektif. Setiap bagian telah melaksanakan tugasnya dengan baik karena
koordinasi yang baik pula.
Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Malahayati dan Dedy (2020) yang menemukan bahwa berdasarkan analisis domain,
penelitian mengidentifikasi beberapa masalah yang menjadi penyebab yaitu
infrastruktur yang kurang baik, komitmen sumber daya manusia (SDM), standar
prosedur operasional (SPO) yang belum diterapkan, kejelasan tugas pokok dan
fungsi, serta supervisi yang belum efektif, pengawasan dari pihak manajemen
yang tidak dijalankan serta sistem eksternal sebagai penyebab belum optimalnya
sistem informasi manajemen rumah sakit (60).
Peneliti berasumsi bahwa
dalam aspek akuntabilitas, sebaiknya setiap pimpinan dapat melibatkan para
kepala bagian untuk berdiskusi dan mendengarkan saran dan pendapatnya
masing-masing. Hal ini dapat digunakan sebagai tools penilaian kinerja yang berorientasi pada penilaian kinerja internal,
terutama dalam hal kejelasan proses kerja di
lingkungan organisasi termasuk unit kerja yang bertanggungjawab. Tercapainya kelancaran kegiatan operasional dan terwujudnya
koordinasi, fasilitasi dan pengendalian yang
meminimalkan tumpang tindih proses kegiatan di lingkungan subbagian organisasi yang bersangkutan. SOP berbeda dengan
pengendalian program, dimana pengendalian program lebih diorientasikan pada
penilaian, pelaksanaan dan pencapaian hasil dari kegiatan yang lebih diorietasikan pada penilaian pelaksanaan dan pencapaian outcome dari kegiatan.
Pengaruh Responsibilitas (Responsibility)
Terhadap Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap RSU Royal Prima Medan
Prinsip
responsibilitas mencangkup hal-hal yang terkait dengan
pemenuhan kewajiban sosial rumah sakit sebagai bagian
dari masyarakat.
Rumah sakit dalam memenuhi pertanggungjawaban kepada
para pasien
dan pasiens
harus sesuai dengan hukum dan perundang-undangan yang
berlaku dalam pengelolaan rumah sakit tersebut.
Secara singkat, rumah sakit harus
menjunjung tinggi supremasi hukum (rule of low), antara lain harus
mengikuti
peraturan perpajakan, peraturan ketenagakerjaan dan
keselamatan kerja, peraturan
kesehatan, peraturan lingkungan hidup, peraturan
perlindungan konsumen, dan
larangan praktik monopoli serta persaingan usaha
tidak sehat.
Berdasarkan tabel 11 diketahui bahwa dari 100
responden yang diteliti, responden yang menyatakan bahwa responsibilitas (responsibility) tidak baik yaitu sebanyak 40 (40,0%)
responden. Ada sebanyak 35 (31,5%) responden yang menyatakan bahwa responsibilitas (responsibility) tidak baik dan kepuasan pasien tidak baik,
sebanyak 2 (2,0%) responden yang menyatakan bahwa responsibilitas
(responsibility) tidak baik dan
kepuasan pasien cukup baik, dan sebanyak 3 (3,0%) responden yang menyatakan
bahwa responsibilitas (responsibility) tidak baik dan kepuasan pasien sangat baik.
Berdasarkan hasil
perhitungan di atas diketahui bahwa hasil uji statistik diperoleh nilai p significancy yaitu 0,000 < 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh responsibilitas
(responsibility) terhadap kepuasan pasien di ruang rawat inap RSU Royal Prima Medan.
Hasil penelitian yang dilakukan di RSU Royal Prima diketahui bahwa
pelaksanaan Good Coorporate Governance
pada aspek responsibilitas menemukan bahwa direktur menyatakan bahwa setiap pasien mempunyai hak
untuk memperoleh perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, dan perlakuan yang
sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama. Setiap penghasilan yang diterima oleh Wajib
Pajak Orang Pribadi maupun Badan dikenai pajak. Ada tanggung
jawab rumah sakit terhadap lingkungan disekitar rumah sakit yaitu mengenai
masalah limbah rumah sakit dan parkir rumah sakit. Karena kurangnya lahan
parkir menyebabkan kendaraan pasien dan keluarga pasien parkir dibahu jalan
yang menganggu lingkungan sekitar rumah sakit. Etika
profesional atau kode etik yang mencakup prinsip perilaku bagi para profesional
yang harus dijaga.
Hasil penelitian dalam
pelaksanaan responsibilitas dapat dilihat bahwa RSU Royal Prima sudah
menjalankan prinsip responsibilitas dimana sistem upah sudah disesuaikan dengan
peraturan yang ditetapkan kementerian, namun masih ada pasien yang berstatus
tenaga honorer hal ini juga sudah mendapat kesesuaian dengan peraturan ketenagaankerjaan propinsi dan standar upah
minimum rata-rata. Pelaksanaan responsibilitas dalam standar manajemen rumah
sakit, sebagai komite medik dan kepala bidang keperawatan sudah berjalan sesuai
dengan standar pelayanan keperawatan, semua prosedur pelayanan keperawatan sudah
memiliki SOP sebagai pedoman implementasi perawat dalam memberikan pelayanan
kesehatan, perawat bertugas sesuai dengan peran dan fungsinya sebagai profesi
keperawatan dengan menjalankan prosedur sesuai dengan asuhan keperawatan dan
tenaga kesehatan, sistem pengawasan dijalankan sebagai upaya meminimalisir
kesalahan dalam pelayanan dan menjaga stabilitas kualitas pelayanan yang
diberikan. Implementasi responsibilitas mengharuskan tenaga kesehatan untuk
dapat memberikan pelayanan kesehatan yang lebih produktif sehingga hal ini
memberikan kepuasan dalam pelayanan kesehatan.
Profesi perawat dan tenaga
kesehatan lainnya yang ada di RSU Royal Prima mengungkapkan bahwa pelaksanaan
responsibilitas rumah sakit dalam dalam menjalankan kewajibannya sudah
terlaksana seperti berupaya memberikan pelayanan yang bermutu kepada pasien,
seperti pelayanan keperawatan sesuai dengan standar asuhan keperawatan,
menyediakan sarana yang menunjang pelayanan kesehatan yang maksimal, untuk
pelaksanaan program rumah sakit menjalankan program kepada masyarakat seperti
kegiatan sunat masal bakti sosial, seminar dan lainnya.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Halawa dkk (2022). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara seluruh dimensi prinsip Good Corporate Governance dan kualitas pelayanan kesehatan dengan
kepuasan pasien. Melalui
analisis regresi linier berganda diketahui bahwa variabel responsibilitas
merupakan variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi kepuasan pasien (61). Peneliti berasumsi bahwa
pelaksanaan responsibilitas rumah sakit dalam dalam menjalankan kewajibannya
sudah terlaksana seperti berupaya memberikan pelayanan yang bermutu,
menyediakan sarana yang menunjang pelayanan kesehatan yang maksimal.
Berdasarkan
hasil penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh
penerapan prinsip GCG (fairness, disclosure and transparency, accountability) terhadap kepuasan
pasien di RSU Royal Prima Medan”, dapat disimpulan
bahwa: (1) ada
pengaruh kewajaran (fairness)
terhadap kepuasan pasien di ruang rawat inap RSU Royal Prima Medan, (2) ada pengaruh transparansi (disclosure and transparency) terhadap tingkat
kepuasan pasien di ruang rawat inap RSU Royal Prima Medan, (3) ada pengaruh akuntabilitas (accountability) terhadap
tingkat kepuasan pasien
di ruang rawat inap RSU Royal Prima Medan, (4) ada pengaruh responsibilitas (responsibility) terhadap
tingkat kepuasan pasien
di ruang rawat inap RSU Royal Prima Medan, dan (5) variabel
yang dominan berpengaruh terhadap kepuasan
pasien di RSU Royal Prima
Medan adalah variabel kewajaran (fairness).
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, V. A. P. (2020). Makalah Penyakit Menular Dan
Covid-19 (vania X MIA 3).
Astuti, D. (2017). Persepsi Pasien
Tentang Mutu Pelayanan Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Puskesmas. HIGEIA
(Journal of Public Health Research and Development), 1(3), 65–72.
Azizah, A., & Adawia, P. R.
(2018). Analisis perkembangan industri transportasi online di era inovasi
disruptif (Studi Kasus PT Gojek Indonesia). Cakrawala: Jurnal Humaniora Bina
Sarana Informatika, 18(2), 149–156.
Creswell, J. W. (2021). A concise
introduction to mixed methods research. SAGE publications.
Ekawati, S., & Andriani, H.
(2022). Strategi bauran pemasaran pelayanan kesehatan rumah sakit Yadika Pondok
Bambu pada masa pandemi Covid-19. Jurnal Medika Hutama, 3(02
Januari), 2073–2083.
Kurniawati, R., Suwanto, S., &
Ismansyah, R. (2015). Hubungan Mutu Pelayanan dengan Motivasi Kunjungan
Pasien di PUSKESMAS Air Putih Samarinda Tahun 2014.
Listiyono, R. A. (2015). Studi
Deskriptif Tentang Kuaitas Pelayanan di Rumah Sakit Umum Dr. Wahidin Sudiro
Husodo Kota Mojokerto Pasca Menjadi Rumah Sakit Tipe B. Jurnal Kebijakan Dan
Manajemen Publik, 1(1), 2–7.
Muhammad Arifki, Z., & Ahmad, G.
(2019). Kualitas pelayanan kesehatan rawat jalan dengan tingkat kepatuhan minum
obat penderita tuberkulosis paru. Holistik: Jurnal Kesehatan, 13(4),
381–388.
Muhyiddin, M. (2020). Covid-19, new
normal, dan Perencanaan Pembangunan di Indonesia. Jurnal Perencanaan Pembangunan:
The Indonesian Journal of Development Planning, 4(2), 240–252.
Mustopa, R., Ahsaina, N. A., &
Rais, Y. (2021). Pelatihan dan pengembangan manajemen sumber daya manusia di
masa pandemi covid-19. Jurnal Sosial Dan Teknologi, 1(3),
166–174.
Pertiwi, A. (2017). Analisis
perbedaan kualitas pelayanan pada pasien bpjs dan pasien umum terhadap kepuasan
pasien di rawat jalan rsud kota surakarta. Jurnal Manajemen Dayasaing, 18(2),
113–121.
Soekidjo, N. (2012). Promosi
kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 131–132.
Sugiyono. (2019). Metode
Penelitian Kuatitatif Kualitatif dan R&D (Pertama). CV. ALFABETA.
Sukur, A., Amin, B. F., & Arif,
M. (2020). Edukasi olahraga dan kesehatan masyarakat di masa pandemi covid-19. Prosiding
Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat, 1, SNPPM2020P-134.
Sulasmi, E., Sibuea, M. B., Eriska,
P., & AirLangga, E. (2020). COVID 19 & KAMPUS MERDEKA Di Era New
Normal. Kumpulan Buku Dosen.
Suryanto, A., & Refianto, R.
(2019). Analisis pengaruh penerapan good corporate governance terhadap kinerja
keuangan. Jurnal Bina Manajemen, 8(1).
This
work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0
International License. |